Musim Sepak Bola Terpendek di Dunia: Main 7 Hari di Gunung Es dan Paus
loading...
A
A
A
Qeqertarsuaq di Pulau Disko adalah tempat favorit untuk Grønlandsbanken Final 6 - di mana tim termasuk B-67 atau G-44 akan bersaing memperebutkan trofi. Dalam beberapa tahun terakhir, pulau vulkanik itu membuat lapangan buatan yang memiliki pegunungan datar berwarna merah yang oleh penduduk setempat disebut The Grand Canyon di satu sisi dan pantai berpasir hitam di sisi lain.
Untuk mencapainya, tim harus berlayar ke pulau dengan pemainnya. Ada delapan tim yang bersaing dalam turnamen selama seminggu dari seluruh negeri. Mereka sampai di sana dengan memenangkan pertandingan kualifikasi regional yang berlangsung selama Juli.
Lapangan buatan Qeqertarsuaq, bagaimanapun, tentu saja merupakan peningkatan dari apa yang dimiliki para pemain Greenland sebelumnya.Cedera adalah bagian tak terpisahkan dari olahraga apa pun.
Tapi, jenis yang diderita para pemain Greenland - patah kaki, tempurung lutut, hidung, dan lengan akan lebih mirip dengan UFC dan sebagian dapat disalahkan oleh kondisi dan fasilitas.
Sebelum 2016, kejuaraan dimainkan di atas pasir dan batu. Itu membuat fisioterapis sibuk dan para pemain berharap akan terluka. "Itu pada dasarnya lapangan pasir yang keras," kata kapten B-67 Johannes Groth kepada CNN Sport. "Kadang-kadang ada batu-batu besar jadi ketika Anda bermain keras, itu akan sangat menyakitkan,"lanjutnya
Nasib pemain yang menjadi kiper lebih buruk. Mereka benar-benar dipaksa berjuang keras dalam menyelamatkan gawangnya. "Untuk menjadi penjaga gawang di lapangan-lapangan itu, Anda benar-benar harus memberikan diri Anda sepenuhnya," kata mantan kapten G-44 Johan Frederik Zeeb.
"Anda harus memiliki beberapa lapis pakaian untuk menjadi penjaga gawang di tanah yang kotor. Anda mendapat banyak goresan di sekujur tubuh Anda."
Tahun ini, rencana sedang dibuat untuk memastikan Greenland mendapatkan status FIFA. FA Denmark membantu keadaan mereka, dan pembangunan lebih banyak lapangan buatan sedang berlangsung.
Untuk mencapainya, tim harus berlayar ke pulau dengan pemainnya. Ada delapan tim yang bersaing dalam turnamen selama seminggu dari seluruh negeri. Mereka sampai di sana dengan memenangkan pertandingan kualifikasi regional yang berlangsung selama Juli.
Lapangan buatan Qeqertarsuaq, bagaimanapun, tentu saja merupakan peningkatan dari apa yang dimiliki para pemain Greenland sebelumnya.Cedera adalah bagian tak terpisahkan dari olahraga apa pun.
Tapi, jenis yang diderita para pemain Greenland - patah kaki, tempurung lutut, hidung, dan lengan akan lebih mirip dengan UFC dan sebagian dapat disalahkan oleh kondisi dan fasilitas.
Sebelum 2016, kejuaraan dimainkan di atas pasir dan batu. Itu membuat fisioterapis sibuk dan para pemain berharap akan terluka. "Itu pada dasarnya lapangan pasir yang keras," kata kapten B-67 Johannes Groth kepada CNN Sport. "Kadang-kadang ada batu-batu besar jadi ketika Anda bermain keras, itu akan sangat menyakitkan,"lanjutnya
Nasib pemain yang menjadi kiper lebih buruk. Mereka benar-benar dipaksa berjuang keras dalam menyelamatkan gawangnya. "Untuk menjadi penjaga gawang di lapangan-lapangan itu, Anda benar-benar harus memberikan diri Anda sepenuhnya," kata mantan kapten G-44 Johan Frederik Zeeb.
"Anda harus memiliki beberapa lapis pakaian untuk menjadi penjaga gawang di tanah yang kotor. Anda mendapat banyak goresan di sekujur tubuh Anda."
Tahun ini, rencana sedang dibuat untuk memastikan Greenland mendapatkan status FIFA. FA Denmark membantu keadaan mereka, dan pembangunan lebih banyak lapangan buatan sedang berlangsung.