Rizky dan Bobby Meraih Gelar Juara Turnamen Biliar Open Handicap 2021 Bandung
loading...
A
A
A
BANDUNG - Rizky asal Jambi berhasil meraih gelar juara di nomor 9 ball Turnamen Biliar Open Handicap Bandung 2021 yang berlangsung 1-13 Juni 2021. Di babak final, Rizky (handicap 7) mengalahkan Hanafi (handicap 5) asal Jakarta dengan skor 7-6. Rizky masuk ke babak final setelah di semifinal mengalahkan Arun (handicap.8) dari klub RK 87 dengan skor 8-7. Sedangkan Hanafi di semifinal mengalahkan Albert dari klub Carabao dgn skor 5-1.
Sedangkan, di nomor 10 ball, atlet tuan rumah Bobby (handicap 5) menjadi juara setelah mengalahkan Ismail Kadir (handicap 8) dari klub JRX dgn skor 8-7. Di semifinal (khusus grup handicap 4 &5) Bobby mengalahkan Gazza (handicap 4) dari Jakarta. Sedangkan Ismail Kadir mengalahkan Ferry S dari Kalimantan Barat.
Turnamen ini berlangsung di Pit Pool Bandung dari tanggal 1-13 Juni 2021 menerapkan sistem handicap dan memperebutkan hadiah total Rp 408 juta.
BACA JUGA: RCTI+ Hadirkan Keseruan Simulasi Bulu Tangkis Jelang Olimpiade Tokyo 2020
Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Barat, Rudi YB Kadarisman mengatakan, turnamen itu dirancang untuk 2 nomor pertandingan, bola 9 dan bola 10, putri dan Putra, menggunakan sistem handicap. Handicap rata-rata untuk atlet nasional 7, 8, bagi atlet putri handicap 4 dan atlet junior di handicap 5 sampai 6.
“Yang menarik adalah rata-rata justru yang juara tidak disangka, untuk bola 9 juara 1 nya memang ada pemain nasional namanya Rizky, lawannya adalah Hanafi, di final Rizky juara 1 Hanafi juara 2. Begitu juga di bola 10, yang juara adalah justru dari kabupaten Bandung yaitu Bobby dan juara dua adalah Ismail pemain nasional.”
Ketua Panitia Pelaksana Turnamen, Fahmi Atala mengatakan, sistem handicap ini memang tidak pernah bisa baku, karena pihak PB POBSI secara nasional tidak pernah mengeluarkan peringkat handicap pebiliar Indonesia, sehingga sulit untuk menentukan handicap pebiliar. Hal ini menyulitkan panitia kejuaraan, karena selalu ada kontroversi ketika seorang pebiliar ditentukan handicapnya. Ia mengharapkan PB POBSI mengeluarkan peringkat handicap atlet secara nasional.
BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Jadi Top Skor Sepanjang Masa Piala Eropa, Lewati Rekor Platini
“Memang selama ini PB POBSI tidak pernah mengeluarkan handicap itu termasuk ranking pebiliar nasional di Indonesia. Akibatnya seperti Kejuaraan Bandung Open ini, untuk nomor 9 dan 10 -ball yang menggunakan sistim handicap maka kami membuat perhitungan, pertimbangan dan penentuan sendiri.”
Menurut Fahmi sistem handicap ini terbilang khas Indonesia, sementara di banyak negara lain tidak ada handicap. Pertandingan selalu dilakukan open dan berhadiah besar, serta rutin sehingga banyak bermunculan pebiliar baru.
Sedangkan, di nomor 10 ball, atlet tuan rumah Bobby (handicap 5) menjadi juara setelah mengalahkan Ismail Kadir (handicap 8) dari klub JRX dgn skor 8-7. Di semifinal (khusus grup handicap 4 &5) Bobby mengalahkan Gazza (handicap 4) dari Jakarta. Sedangkan Ismail Kadir mengalahkan Ferry S dari Kalimantan Barat.
Turnamen ini berlangsung di Pit Pool Bandung dari tanggal 1-13 Juni 2021 menerapkan sistem handicap dan memperebutkan hadiah total Rp 408 juta.
BACA JUGA: RCTI+ Hadirkan Keseruan Simulasi Bulu Tangkis Jelang Olimpiade Tokyo 2020
Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Barat, Rudi YB Kadarisman mengatakan, turnamen itu dirancang untuk 2 nomor pertandingan, bola 9 dan bola 10, putri dan Putra, menggunakan sistem handicap. Handicap rata-rata untuk atlet nasional 7, 8, bagi atlet putri handicap 4 dan atlet junior di handicap 5 sampai 6.
“Yang menarik adalah rata-rata justru yang juara tidak disangka, untuk bola 9 juara 1 nya memang ada pemain nasional namanya Rizky, lawannya adalah Hanafi, di final Rizky juara 1 Hanafi juara 2. Begitu juga di bola 10, yang juara adalah justru dari kabupaten Bandung yaitu Bobby dan juara dua adalah Ismail pemain nasional.”
Ketua Panitia Pelaksana Turnamen, Fahmi Atala mengatakan, sistem handicap ini memang tidak pernah bisa baku, karena pihak PB POBSI secara nasional tidak pernah mengeluarkan peringkat handicap pebiliar Indonesia, sehingga sulit untuk menentukan handicap pebiliar. Hal ini menyulitkan panitia kejuaraan, karena selalu ada kontroversi ketika seorang pebiliar ditentukan handicapnya. Ia mengharapkan PB POBSI mengeluarkan peringkat handicap atlet secara nasional.
BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Jadi Top Skor Sepanjang Masa Piala Eropa, Lewati Rekor Platini
“Memang selama ini PB POBSI tidak pernah mengeluarkan handicap itu termasuk ranking pebiliar nasional di Indonesia. Akibatnya seperti Kejuaraan Bandung Open ini, untuk nomor 9 dan 10 -ball yang menggunakan sistim handicap maka kami membuat perhitungan, pertimbangan dan penentuan sendiri.”
Menurut Fahmi sistem handicap ini terbilang khas Indonesia, sementara di banyak negara lain tidak ada handicap. Pertandingan selalu dilakukan open dan berhadiah besar, serta rutin sehingga banyak bermunculan pebiliar baru.