Jorge Lorenzo: Ayah Saya Seperti Hitler
loading...
A
A
A
LUGANO - Jorge Lorenzo menyebut ayahnya Jose Manuel Lorenzo seperti Hitler. Pernyataan itu muncul saat diwawancarai Fran Rivera, belum lama ini.
Rivera awalnya tertarik untuk membahas mengenai kehidupan baru Lorenzo pasca dirinya memutuskan pensiun dari ajang kuda besi MotoGP. Tapi secara mengejutkan ada pernyataan yang membuat wartawan berusia 47 tahun itu tersenyum.
Ini berkaitan dengan perkataan Lorenzo yang menyebut ayahnya seperti Hitler. Itu bermula ketika X-Fuera menceritakan awal mula ia mengenal dunia balap.
BACA JUGA: Rossi yang Tak Lagi Bisa Bersenang-senang di MotoGP
"Ayah saya yang melahirkan saya di dunia ini (mengenal balap) karena itu adalah passion-nya. Dia mengenalkan saya pada motor ketika saya berusia 3 tahun dan balapan pertama saya adalah ketika saya berusia 3 tahun," jelas Lorenzo dikutip dari AS Sport, Rabu (16/6/2021).
"Dia (ayahnya) seperti seorang sersan, seperti semacam Hitler. Dia mengajari saya banyak nilai seperti disiplin atau bahwa tidak ada yang terjadi karena keberuntungan, tetapi dengan kerja keras," kenang Lorenzo.
BACA JUGA: Rossi Ingin Rusak Hegemoni Marquez di MotoGP Jerman
Pada kesempatan ini, Lorenzo juga berbicara tentang apa yang harus dijelaskan oleh seorang pembalap ketika dia menghadapi karier olahraga seperti dia. Dikatakannya, olahraga pada umumnya menuntut banyak keegoisan dari diri sendiri.
"Anda harus egois karena olahraga mengarah ke sana. Saya pikir penting bahwa ketika balapan berakhir, lupakan apa yang terjadi di dalamnya dan Anda bisa berbicara dengan saingan Anda."
Lebih jauh, hal terburuk dalam kariernya adalah masalah cedera. Itulah yang dirasakan Lorenzo .
"Pada 2019, ketika saya menandatangani kontrak dengan Honda, saya mulai cedera karena skafoid saya patah saat pramusim dan kemudian tulang rusuk saya patah di balapan pertama. Saya tidak beradaptasi dengan motor karena itu motor yang sangat rumit dan hasilnya tidak bagus. Saya masih menyisakan satu tahun lagi di kontrak bersama Honda,, tapi saya tidak bisa bertahan."
"Semuanya datang menghampiri saya. Antara tidak beradaptasi dan selalu membalap dengan cedera, saya mengatakan bahwa setelah 18 tahun pengorbanan, waktunya telah tiba untuk menikmati hidup sedikit," pungkas Lorenzo.
Rivera awalnya tertarik untuk membahas mengenai kehidupan baru Lorenzo pasca dirinya memutuskan pensiun dari ajang kuda besi MotoGP. Tapi secara mengejutkan ada pernyataan yang membuat wartawan berusia 47 tahun itu tersenyum.
Ini berkaitan dengan perkataan Lorenzo yang menyebut ayahnya seperti Hitler. Itu bermula ketika X-Fuera menceritakan awal mula ia mengenal dunia balap.
BACA JUGA: Rossi yang Tak Lagi Bisa Bersenang-senang di MotoGP
"Ayah saya yang melahirkan saya di dunia ini (mengenal balap) karena itu adalah passion-nya. Dia mengenalkan saya pada motor ketika saya berusia 3 tahun dan balapan pertama saya adalah ketika saya berusia 3 tahun," jelas Lorenzo dikutip dari AS Sport, Rabu (16/6/2021).
"Dia (ayahnya) seperti seorang sersan, seperti semacam Hitler. Dia mengajari saya banyak nilai seperti disiplin atau bahwa tidak ada yang terjadi karena keberuntungan, tetapi dengan kerja keras," kenang Lorenzo.
BACA JUGA: Rossi Ingin Rusak Hegemoni Marquez di MotoGP Jerman
Pada kesempatan ini, Lorenzo juga berbicara tentang apa yang harus dijelaskan oleh seorang pembalap ketika dia menghadapi karier olahraga seperti dia. Dikatakannya, olahraga pada umumnya menuntut banyak keegoisan dari diri sendiri.
"Anda harus egois karena olahraga mengarah ke sana. Saya pikir penting bahwa ketika balapan berakhir, lupakan apa yang terjadi di dalamnya dan Anda bisa berbicara dengan saingan Anda."
Lebih jauh, hal terburuk dalam kariernya adalah masalah cedera. Itulah yang dirasakan Lorenzo .
"Pada 2019, ketika saya menandatangani kontrak dengan Honda, saya mulai cedera karena skafoid saya patah saat pramusim dan kemudian tulang rusuk saya patah di balapan pertama. Saya tidak beradaptasi dengan motor karena itu motor yang sangat rumit dan hasilnya tidak bagus. Saya masih menyisakan satu tahun lagi di kontrak bersama Honda,, tapi saya tidak bisa bertahan."
"Semuanya datang menghampiri saya. Antara tidak beradaptasi dan selalu membalap dengan cedera, saya mengatakan bahwa setelah 18 tahun pengorbanan, waktunya telah tiba untuk menikmati hidup sedikit," pungkas Lorenzo.
(yov)