Yusra Mardini, Atlet Pengungsi yang Berenang dari Suriah ke Jerman demi Selamatkan Diri
loading...
A
A
A
TOKYO - Perjuanganberat pernahdialami perenang asal Suriah, Yusra Mardini yang harus berenang ke Jerman untuk menyelamatkan diri. Dia terpaksa melarikan diri dari negara kelahirannya setelah kehidupannya terancam akibat perang yang melanda.
Saat ini, Mardini tercatat sebagai salah satu dalam daftar atlet pengungsi di Olimpiade Tokyo 2020 . Tapi, ini bukan yang pertama karena sebelumnya wanita berusia 23 tahun itu sudah pernah tampil di Olimpiade pada 2016. Stausnya pun sama, sebagai atlet pengungsi.
Meski demikian, Mardini tidak merasa berkecil hati dengan julukan sebagai pengungsi dari Suriah yang kini tinggal di Jerman. Dia justru merasa sangat bangga, karena lewat berenang dirinya berhasil selamat dari konflik berkepanjangan di Suriah.
“Berenang benar-benar menyelamatkan hidup saya dalam perjalanan ke Jerman dengan melarikan diri dari Suriah. Dan ketika sampai, berenang membantu saya membangun kembali hidup saya dari nol," kata Mardini.
"Perjalanan yang sulit, ilegal, orang-orang masih melakukannya dan sekarat di jalan,” lanjut perenang kelahiran Darayya, Damascus, ini dilansir dari Sky News.
Saat melarikan diri, Mardini harus berenang lewat lautan Mediterania dari Suriah menuju Jerman. Hal itu terpaksa dia lakukan karena perahu yang ditumpanginya untuk melarikan diri mengalami kebocoran. Bahkan sambil berenang, dia rela sambil menarik perahu bocor selama 3,5 jam.
Seiring berjalannya waktu, Mardini akhirnya merasa tidak suka dengan cemooh status pengungsi. Dia menganggap para pengungsi membutuhkan perlindungan, seperti halnya tempat yang aman. Bahkan hingga tampil ke Olimpiade merupakan kesuksesan tersendiri sebagai atlet pengungsi.
"Cara saya dibesarkan di Suriah, lalu menjadi pengungsi adalah hal yang buruk. Saya tidak suka kata-kata itu. Tapi kemudian saya berpikiran seperti ‘pengungsi berarti orang yang mencari perlindungan, tempat di mana mereka ingin tetap aman' dan tidak ada yang salah dengan itu,” ucapnya.
"Melarikan diri dari negara Anda secara paksa adalah untuk menemukan tempat aman, memiliki masa depan yang lebih baik dan memikirkan anak-anak Anda sekarang. Bahkan untuk berpikir tentang membangun keluarga yang bahagia, rumah kecil dengan taman. Tidak ada yang salah dengan itu,” sambung Mardini.
Seperti pada Olimpiade 2016, Mardini akan turun di nomor 100 meter gaya kupu-kupu. Jika menilik pada hasil di Olimpiade Rio, Mardini langsung terhenti di babak penyisihan.
Foto: Sky
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
Baca Juga
Saat ini, Mardini tercatat sebagai salah satu dalam daftar atlet pengungsi di Olimpiade Tokyo 2020 . Tapi, ini bukan yang pertama karena sebelumnya wanita berusia 23 tahun itu sudah pernah tampil di Olimpiade pada 2016. Stausnya pun sama, sebagai atlet pengungsi.
Meski demikian, Mardini tidak merasa berkecil hati dengan julukan sebagai pengungsi dari Suriah yang kini tinggal di Jerman. Dia justru merasa sangat bangga, karena lewat berenang dirinya berhasil selamat dari konflik berkepanjangan di Suriah.
“Berenang benar-benar menyelamatkan hidup saya dalam perjalanan ke Jerman dengan melarikan diri dari Suriah. Dan ketika sampai, berenang membantu saya membangun kembali hidup saya dari nol," kata Mardini.
"Perjalanan yang sulit, ilegal, orang-orang masih melakukannya dan sekarat di jalan,” lanjut perenang kelahiran Darayya, Damascus, ini dilansir dari Sky News.
Saat melarikan diri, Mardini harus berenang lewat lautan Mediterania dari Suriah menuju Jerman. Hal itu terpaksa dia lakukan karena perahu yang ditumpanginya untuk melarikan diri mengalami kebocoran. Bahkan sambil berenang, dia rela sambil menarik perahu bocor selama 3,5 jam.
Seiring berjalannya waktu, Mardini akhirnya merasa tidak suka dengan cemooh status pengungsi. Dia menganggap para pengungsi membutuhkan perlindungan, seperti halnya tempat yang aman. Bahkan hingga tampil ke Olimpiade merupakan kesuksesan tersendiri sebagai atlet pengungsi.
"Cara saya dibesarkan di Suriah, lalu menjadi pengungsi adalah hal yang buruk. Saya tidak suka kata-kata itu. Tapi kemudian saya berpikiran seperti ‘pengungsi berarti orang yang mencari perlindungan, tempat di mana mereka ingin tetap aman' dan tidak ada yang salah dengan itu,” ucapnya.
"Melarikan diri dari negara Anda secara paksa adalah untuk menemukan tempat aman, memiliki masa depan yang lebih baik dan memikirkan anak-anak Anda sekarang. Bahkan untuk berpikir tentang membangun keluarga yang bahagia, rumah kecil dengan taman. Tidak ada yang salah dengan itu,” sambung Mardini.
Baca Juga
Seperti pada Olimpiade 2016, Mardini akan turun di nomor 100 meter gaya kupu-kupu. Jika menilik pada hasil di Olimpiade Rio, Mardini langsung terhenti di babak penyisihan.
Foto: Sky
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
(mirz)