Mengenang Tragedi Heysel, Sejarah Berdarah Sepak Bola Eropa
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Tepat hari ini, 35 tahun yang lalu, sebanyak 39 orang suporter meninggal dunia di final Piala Champions (sekarang Liga Champions) yang mempertemukan Liverpool dan Juventus. Sejak hari itu, kedua klub berduka; setiap tahun mereka memasang tanda sebagai peringatan atas tragedi yang dikenal dengan Heysel Stadium Disaster (Tragedi Heysel).
Kala itu Stadion Heysel yang berlokasi di Brussels dipilih menjadi tuan rumah final Piala Champions 1984/1985. Liverpool lebih difavoritkan menang karena menyandang status juara bertahan, sedangkan Juventus dianggap sebagai penantang serius karena penampilan yang meyakinkan hingga laga puncak. (Baca Juga: Liga Inggris Kembali Digelar 17 Juni 2020 )
Satu jam sebelum kick-off pertandingan, kedua suporter yang sudah memadati Stadion Heysel terlibat bentrok. Kubu yang satu melempari kubu yang lain dengan benda-benda yang bisa mereka temukan, kendati kedua kelompok sudah disekat kawat berduri. Tak jelas siapa yang lebih dulu menyulut keributan, tetapi suporter Liverpool dengan jumlah yang lebih besar memukul mundur suporter Juventus.
Dalam posisi tersudut, suporter Juventus terkonsentrasi pada salah satu tribun hingga tembok bangunan itu roboh. Akibat peristiwa itu sebanyak 32 orang pendukung Juventus meninggal dunia. Sedangkan korban dari pihak Liverpool berjumlah 7 orang suporter.
Pertandingan final tetap digelar meski puluhan orang meninggal. Juventus berhasil memenangkan trofi Piala Champions berkat gol tunggal Michel Platini. (Baca juga: Ronaldo Hadir di Markas Juventus )
Tak ada perayaan setelah gelar itu dimenangkan Juventus, tak ada arak-arakan ketika mereka membawa trofi ke kota Turin. Sementara bagi Liverpool, mereka dihukum larangan tampil di kompetisi Eropa selama enam musim.
Sebanyak 27 orang ditahan polisi karena dianggap dalang kerusuhan. 14 orang di antaranya merupakan pendukung Liverpool, ditahan pihak kepolisian Belgia.
Sampai hari ini Tragedi Heysel dianggap sebagai salah satu insiden paling memilukan dalam sejarah kompetisi sepak bola Eropa. Kedua klub yang terlibat dalam final Piala Champions itu juga tak putus-putusnya memberi penghormatan pada mendiang para suporter.
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
Kala itu Stadion Heysel yang berlokasi di Brussels dipilih menjadi tuan rumah final Piala Champions 1984/1985. Liverpool lebih difavoritkan menang karena menyandang status juara bertahan, sedangkan Juventus dianggap sebagai penantang serius karena penampilan yang meyakinkan hingga laga puncak. (Baca Juga: Liga Inggris Kembali Digelar 17 Juni 2020 )
Satu jam sebelum kick-off pertandingan, kedua suporter yang sudah memadati Stadion Heysel terlibat bentrok. Kubu yang satu melempari kubu yang lain dengan benda-benda yang bisa mereka temukan, kendati kedua kelompok sudah disekat kawat berduri. Tak jelas siapa yang lebih dulu menyulut keributan, tetapi suporter Liverpool dengan jumlah yang lebih besar memukul mundur suporter Juventus.
Dalam posisi tersudut, suporter Juventus terkonsentrasi pada salah satu tribun hingga tembok bangunan itu roboh. Akibat peristiwa itu sebanyak 32 orang pendukung Juventus meninggal dunia. Sedangkan korban dari pihak Liverpool berjumlah 7 orang suporter.
Pertandingan final tetap digelar meski puluhan orang meninggal. Juventus berhasil memenangkan trofi Piala Champions berkat gol tunggal Michel Platini. (Baca juga: Ronaldo Hadir di Markas Juventus )
Tak ada perayaan setelah gelar itu dimenangkan Juventus, tak ada arak-arakan ketika mereka membawa trofi ke kota Turin. Sementara bagi Liverpool, mereka dihukum larangan tampil di kompetisi Eropa selama enam musim.
Sebanyak 27 orang ditahan polisi karena dianggap dalang kerusuhan. 14 orang di antaranya merupakan pendukung Liverpool, ditahan pihak kepolisian Belgia.
Sampai hari ini Tragedi Heysel dianggap sebagai salah satu insiden paling memilukan dalam sejarah kompetisi sepak bola Eropa. Kedua klub yang terlibat dalam final Piala Champions itu juga tak putus-putusnya memberi penghormatan pada mendiang para suporter.
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
(mirz)