Indonesia Tak Patuh Program Anti-doping, Bisa Bernasib Seperti Rusia di Olimpiade?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kabar tak enak datang setelah Badan Anti-Doping Dunia ( WADA ) menyatakan Indonesia tidak patuh dalam menerapkan program pengujian yang efektif. Selain terancam tak bisa jadi tuan rumah di ajang olahraga internasional, bisa saja nasib Indonesia serupa Rusia.
Ya, Indonesia bersama Thailand dan Korea Utara dinyatakan tidak patuh program tersebut pada Jumat (8/10/2021). Padahal hal itu merupakan syarat suatu negara untuk dapat menjadi tuan rumah di ajang internasional.
Beberapa ajang besar olahraga yang sempat diwacanakan digelar di Indonesia pun terancam gagal. Katakanlah seperti Piala Dunia U-20 2023, MotoGP 2022, Formula E, Piala Dunia Bola Basket FIBA, dll.
Lebih dari itu, ternyata Indonesia bisa saja kehilangan identitasnya dalam beberapa ajang olahraga ketika digelar di luar negeri. Hal itu serupa dengan yang diterima Rusia terutama dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
Ya, Rusia tidak menggunakan nama asli negaranya di ajang itu dan diganti dengan sebutan Komite Olimpiade Rusia (ROC). Mereka pun tidak diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan dan mengibarkan bendera asli negaranya tersebut.
Hal itu merupakan imbas dari larangan berpartisipasi dalam semua acara olahraga besar selama dua tahun oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Sanksi ini merupakan pengurangan dua tahun dari yang sebenarnya empat tahun dari WADA.
Rusia disanksi karena badan anti-doping negara tersebut (Rusada) dinyatakan tidak patuh lantaran memanipulasi data laboratorium. Meski berbeda dari segi konteks kasusnya, namun hal ini menunjukkan ketegasan WADA yang tanpa toleransi terkait permasalahan doping.
Hal itu juga menjadi sanksi paling parah yang diberlakukan kepada sebuah negara dalam ajang olahraga. Meski begitu, atlet-atlet masih diizinkan bermain meski di bawah bendera netral.
Setidaknya nama Rusia tidak akan muncul dalam beberapa ajang bergengsi dunia ke depan termasuk Piala Dunia 2022 di Qatar. Tentu ini tidak boleh terjadi untuk Indonesia yang banyak ajang bergengsi di beberapa tahun ke depan.
Sampai berita ini dibuat, timMNC Portal Indonesia tengah menunggu tanggapan dari otoritas olahraga dalam negeri seperti Kemenpora, Ketua KOI, dan sejumlah pemimpin cabang olahraga. Menarik menunggu langkah apa yang akan diambil Indonesia.
Ya, Indonesia bersama Thailand dan Korea Utara dinyatakan tidak patuh program tersebut pada Jumat (8/10/2021). Padahal hal itu merupakan syarat suatu negara untuk dapat menjadi tuan rumah di ajang internasional.
Beberapa ajang besar olahraga yang sempat diwacanakan digelar di Indonesia pun terancam gagal. Katakanlah seperti Piala Dunia U-20 2023, MotoGP 2022, Formula E, Piala Dunia Bola Basket FIBA, dll.
Lebih dari itu, ternyata Indonesia bisa saja kehilangan identitasnya dalam beberapa ajang olahraga ketika digelar di luar negeri. Hal itu serupa dengan yang diterima Rusia terutama dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
Ya, Rusia tidak menggunakan nama asli negaranya di ajang itu dan diganti dengan sebutan Komite Olimpiade Rusia (ROC). Mereka pun tidak diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan dan mengibarkan bendera asli negaranya tersebut.
Hal itu merupakan imbas dari larangan berpartisipasi dalam semua acara olahraga besar selama dua tahun oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Sanksi ini merupakan pengurangan dua tahun dari yang sebenarnya empat tahun dari WADA.
Rusia disanksi karena badan anti-doping negara tersebut (Rusada) dinyatakan tidak patuh lantaran memanipulasi data laboratorium. Meski berbeda dari segi konteks kasusnya, namun hal ini menunjukkan ketegasan WADA yang tanpa toleransi terkait permasalahan doping.
Hal itu juga menjadi sanksi paling parah yang diberlakukan kepada sebuah negara dalam ajang olahraga. Meski begitu, atlet-atlet masih diizinkan bermain meski di bawah bendera netral.
Setidaknya nama Rusia tidak akan muncul dalam beberapa ajang bergengsi dunia ke depan termasuk Piala Dunia 2022 di Qatar. Tentu ini tidak boleh terjadi untuk Indonesia yang banyak ajang bergengsi di beberapa tahun ke depan.
Sampai berita ini dibuat, timMNC Portal Indonesia tengah menunggu tanggapan dari otoritas olahraga dalam negeri seperti Kemenpora, Ketua KOI, dan sejumlah pemimpin cabang olahraga. Menarik menunggu langkah apa yang akan diambil Indonesia.
(sto)