Peng Shuai Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China, WTA Beri Sanksi

Kamis, 02 Desember 2021 - 09:06 WIB
loading...
Peng Shuai Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China, WTA Beri Sanksi
Peng Shuai Dipaksa Layani Syahwat Eks Wakil PM China, WTA Beri Sanksi/The Sun
A A A
Skandal petenis China Peng Shuai yang dipaksa melayani nafsu syahwat mantan wakil perdana menteri Zhang Gaoli berakibat jatuhnya sanksi dari Asosiasi Tenis Wanita WTA. Pihak WTA menangguhkan semua turnamen tenisnya di China di tengah kekhawatiran akan keselamatan Peng Shuai setelah skandal seks tersebut terkuak ke publik.

WTA mengambil sikap keras dan belum pernah terjadi sebelumnya setelah gagal diyakinkan bahwa Peng Shuai aman, terjamin keselamatannya dan bebas dari sensor. Mantan juara ganda Wimbledon Peng Shuai membuat tuduhan seksual serius terhadap eks wakil PM China Zhang Gaoli dalam sebuah posting media sosial pada 2 November.

Baca Juga: Kisah Petenis China Dipaksa Layani Nafsu Seks Eks Wakil PM China


Bos Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach berbicara dengan Peng Shuai bulan lalu dengan mengklaim dia aman dan sehat serta menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-temannya. Kepala WTA Steve Simon menginginkan penyelidikan penuh dan transparan atas tuduhan serius tersebut, terutama karena semua referensi tentang Peng Shuai dihapus dari internet di China.

China adalah pasar yang menguntungkan untuk olahraga ini dan ada sembilan acara di sana pada tahun 2019, termasuk Final WTA di Shenzhen yang menyediakan uang sebesar £10,5 juta. Dalam pernyataan 595 kata yang diposting malam ini, Simon mengatakan: "Pejabat China telah diberikan kesempatan untuk menghentikan penyensoran ini, membuktikan bahwa Peng bebas dan dapat berbicara tanpa gangguan atau intimidasi, dan menyelidiki tuduhan penyerangan seksual secara penuh, adil dan transparan.''

''Sayangnya, kepemimpinan di China belum menangani masalah yang sangat serius ini dengan cara yang kredibel. Meskipun kita sekarang tahu di mana Peng, saya sangat ragu bahwa dia bebas, aman, dan tidak tunduk pada sensor, paksaan, dan intimidasi. WTA telah menjelaskan apa yang dibutuhkan di sini, dan kami mengulangi seruan kami untuk penyelidikan penuh dan transparan – tanpa sensor – atas tuduhan penyerangan seksual Peng Shuai.''

''Semua ini tidak dapat diterima. Jika orang-orang kuat dapat menekan suara perempuan dan menghapus tuduhan penyerangan seksual di bawah karpet, maka dasar di mana WTA didirikan – kesetaraan untuk perempuan – akan mengalami kemunduran besar.''

''Saya tidak akan dan tidak bisa membiarkan itu terjadi pada WTA dan para pemainnya. Akibatnya, dan dengan dukungan penuh dari Dewan Direksi WTA, saya mengumumkan penangguhan segera semua turnamen WTA di China, termasuk Hong Kong.''

''Dalam hati nurani yang baik, saya tidak melihat bagaimana saya dapat meminta atlet kami untuk bersaing di sana ketika Peng Shuai tidak diizinkan untuk berkomunikasi secara bebas dan tampaknya telah ditekan untuk menentang tuduhannya tentang kekerasan seksual.''



''Mengingat keadaan saat ini, saya juga sangat prihatin dengan risiko yang dapat dihadapi semua pemain dan staf kami jika kami mengadakan acara di China pada tahun 2022. Saya bersyukur dengan banyaknya dukungan internasional yang diterima WTA atas posisinya dalam masalah ini.''

''Untuk lebih melindungi Peng dan banyak wanita lain di seluruh dunia, lebih mendesak dari sebelumnya bagi orang-orang untuk berbicara. WTA akan melakukan segala kemungkinan untuk melindungi para pemainnya. Saat kami melakukannya, saya berharap para pemimpin di seluruh dunia akan terus berbicara sehingga keadilan dapat ditegakkan untuk Peng, dan semua wanita, apa pun konsekuensi keuangannya.''

''Saya sangat menyesal telah sampai pada titik ini. Komunitas tenis di China dan Hong Kong penuh dengan orang-orang hebat yang telah bekerja dengan kami selama bertahun-tahun. Mereka harus bangga dengan pencapaian, keramahan, dan kesuksesan mereka.''

''Namun, kecuali China mengambil langkah yang kami minta, kami tidak dapat membahayakan pemain dan staf kami dengan mengadakan acara di China.''
(aww)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2835 seconds (0.1#10.140)