Harapan Menggelar Turnamen AS Terbuka Meredup
loading...
A
A
A
NEW YORK - Harapan menggelar turnamen Amerika Serikat Terbuka 2020 tampaknya makin meredup. Penyebabnya, para petenis ternama mulai mempertanyakan masalah kesehatan dan keselamatan bepergian ke New York di tengah krisis dunia akibat pandemi virus corona.
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) sedang berupaya keras untuk menggelar turnamen Grand Slam tersebut sesuai jadwal meskipun tanpa penonton di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King di Flushing Meadows, Queens, 31 Agustus - 14 September nanti. Namun, pembicaraan berbagai pemangku kepentingan dalam olahraga ini dilaporkan telah mengungkapkan perpecahan serius antara pemain dan penyelenggara.
USTA dikabarkan kekurangan dana untuk menggelar turnamen. Awal pekan ini, otoritas tenis tertinggi di AS itu juga telah mengumumkan akan memberhentikan 110 pekerja dan menutup kantor pusatnya di White Plains, New York, sebagai akibat dari dampak keuangan yang semakin memburuk akibat krisis virus yang juga biasa disebut Covid-19 tersebut. (Baca: Nick Kyrgios: Gelar Grand Slam Bukan Tujuan Saya)
Apalagi, banyak petenis terkemuka, termasuk Novak Djokovic, Rafael Nadal, Nick Kyrgios, dan Simona Halep, telah menyatakan keberatan serius tentang protokol kesehatan dan keselamatan yang ingin diterapkan oleh USTA untuk menggelar turnamen dan enggan berkomitmen mengambil bagian dari acara tersebut.
Protokol itu termasuk memaksa pemain untuk tinggal di hotel karantina di luar Manhattan, memaksakan hanya satu anggota tim pendukung per pemain, menghilangkan kualifikasi nomor tunggal, dan mengurangi peserta nomor ganda dari 64 menjadi 24 pasangan. (Lihat Fotonya: Stasiun Pasar Senen Lakukan Adaptasi New Normal)
Kondisi ini mendapat sorotan dari petenis peringkat satu dunia Novak Djokovic dan menyebutnya sebagai tindakan ekstrim. Selain itu, Simona Halep juga mengaku memiliki kekhawatiran besar jika pergi ke New York dengan kondisi seperti sekarang ini.
“Bukan hanya karena kita berada di tengah pandemi global tetapi juga karena risiko perjalanan, karantina potensial, dan kemudian perubahan di sekitar turnamen. Kita terbiasa dengan hal-hal yang beroperasi sangat berbeda dan itu tidak akan menjadi transisi yang mudah sama sekali, terutama pada tubuh kita,” katanya kepada New York Times dilansir sportbusiness.
Ini jelas situasi yang sangat sulit bagi Stacey Allaster, mantan ketua dan kepala eksekutif Asosiasi Tenis Wanita (USTA), yang pekan ini ditunjuk sebagai direktur turnamen wanita pertama di AS Terbuka.
Ada rencana tentatif untuk Cincinnati Masters yang akan diadakan di Pusat Tenis Nasional sebagai bagian dari rangkaian yang sama dengan AS Terbuka. Turnamen berlevel tinggi, yang juga dikenal sebagai Western & Southern Open itu, saat ini dijadwalkan berlangsung pada 17-23 Agustus di Mason, Ohio, atau seminggu sebelum AS Terbuka. (Baca juga: Pernikahan Sesama Jenis Gemparkan Warga Sulawesi Selatan)
Selain itu, opsi lain yang dipertimbangkan oleh USTA adalah membatalkan turnamen pemanasan AS Terbuka, Cincinnati Masters, dan memainkan secara penuh Grand Slam di New York tersebut, termasuk babak kualifikasi dan nomor ganda dengan melibatkan 64 pasangan.
“Kami juga memiliki skenario ketiga, dan itu adalah kami mengemasnya dan membatalkan acara saja untuk tahun ini, yang kami benar-benar tidak ingin lakukan,” kata presiden USTA Patrick Galbraith. (Baca juga: Sipir Perempuan AS Malah Bercinta dengan Tahanan yang Dijaganya)
USTA telah menolak mengadakan turnamen di luar New York, menyusul adanya wacana pemindahan ke Kampus Nasional USTA di Orlando, Florida, dan Taman Tenis Indian Wells di Palm Springs, California. Keputusan final turnamen ini dikabarkan akan diumumkan 15 Juni. Tetapi tampaknya jika AS Terbuka melanjutkan, itu tidak akan dengan kekuatan penuh lapangan yang pasti akan mendevaluasi turnamen.
“Kami memiliki waktu kurang dari seminggu, jadi kami akhirnya harus menyelesaikan apa yang akan kami lakukan,” ungkap Galbraith. (Raikhul Amar)
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) sedang berupaya keras untuk menggelar turnamen Grand Slam tersebut sesuai jadwal meskipun tanpa penonton di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King di Flushing Meadows, Queens, 31 Agustus - 14 September nanti. Namun, pembicaraan berbagai pemangku kepentingan dalam olahraga ini dilaporkan telah mengungkapkan perpecahan serius antara pemain dan penyelenggara.
USTA dikabarkan kekurangan dana untuk menggelar turnamen. Awal pekan ini, otoritas tenis tertinggi di AS itu juga telah mengumumkan akan memberhentikan 110 pekerja dan menutup kantor pusatnya di White Plains, New York, sebagai akibat dari dampak keuangan yang semakin memburuk akibat krisis virus yang juga biasa disebut Covid-19 tersebut. (Baca: Nick Kyrgios: Gelar Grand Slam Bukan Tujuan Saya)
Apalagi, banyak petenis terkemuka, termasuk Novak Djokovic, Rafael Nadal, Nick Kyrgios, dan Simona Halep, telah menyatakan keberatan serius tentang protokol kesehatan dan keselamatan yang ingin diterapkan oleh USTA untuk menggelar turnamen dan enggan berkomitmen mengambil bagian dari acara tersebut.
Protokol itu termasuk memaksa pemain untuk tinggal di hotel karantina di luar Manhattan, memaksakan hanya satu anggota tim pendukung per pemain, menghilangkan kualifikasi nomor tunggal, dan mengurangi peserta nomor ganda dari 64 menjadi 24 pasangan. (Lihat Fotonya: Stasiun Pasar Senen Lakukan Adaptasi New Normal)
Kondisi ini mendapat sorotan dari petenis peringkat satu dunia Novak Djokovic dan menyebutnya sebagai tindakan ekstrim. Selain itu, Simona Halep juga mengaku memiliki kekhawatiran besar jika pergi ke New York dengan kondisi seperti sekarang ini.
“Bukan hanya karena kita berada di tengah pandemi global tetapi juga karena risiko perjalanan, karantina potensial, dan kemudian perubahan di sekitar turnamen. Kita terbiasa dengan hal-hal yang beroperasi sangat berbeda dan itu tidak akan menjadi transisi yang mudah sama sekali, terutama pada tubuh kita,” katanya kepada New York Times dilansir sportbusiness.
Ini jelas situasi yang sangat sulit bagi Stacey Allaster, mantan ketua dan kepala eksekutif Asosiasi Tenis Wanita (USTA), yang pekan ini ditunjuk sebagai direktur turnamen wanita pertama di AS Terbuka.
Ada rencana tentatif untuk Cincinnati Masters yang akan diadakan di Pusat Tenis Nasional sebagai bagian dari rangkaian yang sama dengan AS Terbuka. Turnamen berlevel tinggi, yang juga dikenal sebagai Western & Southern Open itu, saat ini dijadwalkan berlangsung pada 17-23 Agustus di Mason, Ohio, atau seminggu sebelum AS Terbuka. (Baca juga: Pernikahan Sesama Jenis Gemparkan Warga Sulawesi Selatan)
Selain itu, opsi lain yang dipertimbangkan oleh USTA adalah membatalkan turnamen pemanasan AS Terbuka, Cincinnati Masters, dan memainkan secara penuh Grand Slam di New York tersebut, termasuk babak kualifikasi dan nomor ganda dengan melibatkan 64 pasangan.
“Kami juga memiliki skenario ketiga, dan itu adalah kami mengemasnya dan membatalkan acara saja untuk tahun ini, yang kami benar-benar tidak ingin lakukan,” kata presiden USTA Patrick Galbraith. (Baca juga: Sipir Perempuan AS Malah Bercinta dengan Tahanan yang Dijaganya)
USTA telah menolak mengadakan turnamen di luar New York, menyusul adanya wacana pemindahan ke Kampus Nasional USTA di Orlando, Florida, dan Taman Tenis Indian Wells di Palm Springs, California. Keputusan final turnamen ini dikabarkan akan diumumkan 15 Juni. Tetapi tampaknya jika AS Terbuka melanjutkan, itu tidak akan dengan kekuatan penuh lapangan yang pasti akan mendevaluasi turnamen.
“Kami memiliki waktu kurang dari seminggu, jadi kami akhirnya harus menyelesaikan apa yang akan kami lakukan,” ungkap Galbraith. (Raikhul Amar)
(ysw)