Kisah Mark Magsayo: Penjual Es Krim Miskin Juara Dunia Tinju Kaya Raya

Rabu, 06 Juli 2022 - 12:49 WIB
loading...
Kisah Mark Magsayo:...
Mark Magsayo, si Penjual Es Krim Miskin Kini Juara Dunia Tinju Kaya Raya/Boxing Scene
A A A
Mark Magsayo si penjual es krim miskin yang menjelma menjadi juara dunia tinju yang akan meneruskan kejayaan Manny Pacquiao dalam peta persaingan tinju dunia. Nama Mark Magsayo mendunia setelah menjadi juara dunia tinju kelas bulu WBC.

Keberhasilan itu membuat Mark Magsayo menjadi oase bagi tinju Filipina selepas Manny Pacquiao pensiun. Memang, Filipina masih ada Nonito Donaire yang sempat menjadi juara dunia kelas bantam. Tapi, usia Donaire beranjak menua yang diperkirakan sulit bersaing dengan Naoya Inoue.



Siapa Mark Magsayo? Lazimnya petinju yang berasal dari kawasan miskin hampir semua negara. Mark magsayo juga tumbuh dari keluarga miskin di Filipina. Untuk bertahan hidup, Magsayo sempat menjadi penjual es krim. ''Saya tumbuh dalam kemiskinan dan menjual es krim untuk bertahan hidup, tetapi sekarang saya adalah seorang petinju juara dunia yang menghasilkan kekayaan yang dikelola oleh istri saya,''kata Magsayo.

Mark Magsayo mengalahkan kemiskinan seperti idolanya Manny Pacquiao dan sekarang menjadi juara dunia yangkaya raya dan kini dikelola oleh istrinya. Petinju kelas bulu itu akan kembali pada hari Sabtu di Texas, mempertahankan gelar WBC melawan Rey Vargas.

Perjalanan tinju Magsayo dimulai pada tahun 2003 ketika dia baru berusia delapan tahun. Dia terinspirasi untuk bertarung oleh Pacquiao, yang baru saja melakukan yang pertama dari dua pertarungan klasiknya dengan Marco Antonio Barrera.

Tapi seperti PacMan, Magsayo dibesarkan dalam kemiskinan dan harus bekerja di jalanan Filipina untuk membantu mendatangkan penghasilan bagi keluarganya. Dia mengatakan kepada SunSport: "Saya dibesarkan dalam keluarga miskin, karena kemiskinan. Saya membantu keluarga saya dengan keuangan, makanan untuk makan. Saya menjual es krim. Itu masa kecilku,"kenang Magsayo.

Magsayo berhenti menjual es krim pada usia sepuluh tahun untuk fokus pada tinju, percaya bahwa suatu hari nanti bisa membawa keluarganya lebih banyak uang. Tapi seperti kasus yang tumbuh di Kota Tagbilaran - 800km selatan ibukota Manila di pulau Bohol - dia mengalami kesulitan.

"Saya mulai bertinju, saya bertarung tiga kali dan saya kalah tiga kali dalam tiga pertarungan pertama saya. Ayah saya berkata kepada saya, 'Mark, berhenti bertinju'. Tapi tidak, saya masih muda, saya masih anak-anak dan saya berpikir untuk tetap berdedikasi,''tutur Magsayo.

"Pada usia sepuluh tahun, saya berlatih keras, saya bangun pagi-pagi untuk berlari dan saya berlatih sepulang sekolah. Saya berdedikasi untuk bertarung dan pertarungan berikutnya saya menangkan,"lanjutnmya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1779 seconds (0.1#10.140)