Prestasi Melorot, Pelatih Tunggal Putri: Gregoria Terbebani Nomor 1 Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyebab menurunnya performa Gregoria Mariska Tunjung dalam beberapa tahun terakhir terungkap. Menurut pelatih tunggal putri PBSI Herli Djaenudin, hal itu lantaran Gregoria merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia.
Gregoria diprediksi bisa menjadi andalan karena merupakan wonderkid di sektor tunggal putri Indonesia. Jelang menginjak usia 20 tahun, dia meraih ranking BWF tertingginya, yakni di posisi 13 dunia pada Juli 2019 lalu.
Akan tetapi, sejak itu performanya terus menurun. Dia kerap kali kalah di babak-babak awal dalam setiap turnamen yang diikutinya hingga membuatnya sempat turun ke ranking 31 dunia.
Bahkan, sampai Juni 2022 lalu, perempat final terakhir yang diraihnya adalah pada Januari 2020 di ajang Thailand Masters. Kemudian, semifinal terakhirnya adalah di ajang Denmark Open pada Oktober 2018 lalu.
Herli pun menilai bahwa penurunan performa Gregoria banyak disebabkan dari segi non-teknis. Salah satunya adalah karena dia merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia sehingga membuatnya selalu diandalkan sebagai tumpuan.
Padahal menurut Herli, dari segi kemampuan pemain berusia 22 tahun itu sangat mumpuni untuk bersaing dengan para pemain top dunia. Namun, karena mentalnya belum bisa mengatasi tekanan tersebut, akhirnya Gregoria malah terpuruk dan sering tampil jauh di bawah performa terbaiknya.
“Selama ini sih non teknis lainnya enggak ada saya pikir (yang membuat performa Gregoria menurun). Karena mungkin sekarang dia nomor satu (tunggal putri Indonesia) dan jadi ujung tombaknya, itu ternyata menjadi boomerang buat dia gitu punya pikiran seperti itu,” kata Herli saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (21/7/2022).
“Saya selalu bilang ke dia ‘kalau dari segi kemampuan kamu itu bisa bersaing dengan pemain level atas, cuma kamu belum bisa keluar nih dari tekanan ini. Pelatih pasti support kamu, tenang aja, tugas kamu cuma satu: masuk lapangan, bermain habis-habisan dan tidak mau kalah, enjoy nikmatin prosesnya,’ itu yang selalu kita arahkan ke dia saat ini,” imbuhnya.
Terus didukung oleh sang pelatih, pada akhirnya Gregoria mulai bisa keluar dari beban yang dirasakannya tersebut. Kini, penampilannya perlahan membaik dan itu bisa dilihat dari hasil yang didapatnya dalam dua turnamen terakhir.
Pada ajang Malaysia Masters 2022 yang bergulir pada Juli ini, pemain kelahiran Wonogiri itu mampu menembus partai semifinal pertamanya dalam hampir empat tahun terakhir. Perjuangannya kandas di tangan jagoan Korea Selatan, An Se Young, dengan skor 18-21, 21-13 dan 8-21.
Lalu, pada gelaran Singapore Open 2022 pekan lalu, Gregoria melaju ke perempat final. Dia tumbang dari pemain ranking 11 dunia asal China, Wang Zhi Yi, dua gim langsung dengan skor 17-21 dan 18-21.
Herli pun mengungkapkan bahwa Gregoria memang mulai menemukan permainan terbaiknya lagi. Sebab, anak buahnya itu kini bisa keluar dari tekanan sehingga mampu bermain lebih lepas dan menikmati pertandingan.
“Dia mulai menyadari ‘ternyata saya lebih enak mainnya, lebih lepas, lebih percaya diri’ itu yang bikin dia sekarang bagus, dia sudah tahu itu. Saya lihat dia lebih enjoy sekarang karena dari segi teknik dia memang bagus dan mampu bersaing,” ujar Herli.
“Dia juga sudah mulai ada keinginan untuk membuktikan dan hasilnya Alhamdulillah (bagus),” tambahnya.
Berkat hasil apik yang diraih Gregoria di dua turnamen terakhir tersebut, rankingnya pun kini perlahan membaik. Dia sekarang telah merangkak lima peringkat dan menduduki ranking 26 dunia.
Gregoria diprediksi bisa menjadi andalan karena merupakan wonderkid di sektor tunggal putri Indonesia. Jelang menginjak usia 20 tahun, dia meraih ranking BWF tertingginya, yakni di posisi 13 dunia pada Juli 2019 lalu.
Akan tetapi, sejak itu performanya terus menurun. Dia kerap kali kalah di babak-babak awal dalam setiap turnamen yang diikutinya hingga membuatnya sempat turun ke ranking 31 dunia.
Bahkan, sampai Juni 2022 lalu, perempat final terakhir yang diraihnya adalah pada Januari 2020 di ajang Thailand Masters. Kemudian, semifinal terakhirnya adalah di ajang Denmark Open pada Oktober 2018 lalu.
Herli pun menilai bahwa penurunan performa Gregoria banyak disebabkan dari segi non-teknis. Salah satunya adalah karena dia merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia sehingga membuatnya selalu diandalkan sebagai tumpuan.
Padahal menurut Herli, dari segi kemampuan pemain berusia 22 tahun itu sangat mumpuni untuk bersaing dengan para pemain top dunia. Namun, karena mentalnya belum bisa mengatasi tekanan tersebut, akhirnya Gregoria malah terpuruk dan sering tampil jauh di bawah performa terbaiknya.
“Selama ini sih non teknis lainnya enggak ada saya pikir (yang membuat performa Gregoria menurun). Karena mungkin sekarang dia nomor satu (tunggal putri Indonesia) dan jadi ujung tombaknya, itu ternyata menjadi boomerang buat dia gitu punya pikiran seperti itu,” kata Herli saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (21/7/2022).
“Saya selalu bilang ke dia ‘kalau dari segi kemampuan kamu itu bisa bersaing dengan pemain level atas, cuma kamu belum bisa keluar nih dari tekanan ini. Pelatih pasti support kamu, tenang aja, tugas kamu cuma satu: masuk lapangan, bermain habis-habisan dan tidak mau kalah, enjoy nikmatin prosesnya,’ itu yang selalu kita arahkan ke dia saat ini,” imbuhnya.
Terus didukung oleh sang pelatih, pada akhirnya Gregoria mulai bisa keluar dari beban yang dirasakannya tersebut. Kini, penampilannya perlahan membaik dan itu bisa dilihat dari hasil yang didapatnya dalam dua turnamen terakhir.
Pada ajang Malaysia Masters 2022 yang bergulir pada Juli ini, pemain kelahiran Wonogiri itu mampu menembus partai semifinal pertamanya dalam hampir empat tahun terakhir. Perjuangannya kandas di tangan jagoan Korea Selatan, An Se Young, dengan skor 18-21, 21-13 dan 8-21.
Lalu, pada gelaran Singapore Open 2022 pekan lalu, Gregoria melaju ke perempat final. Dia tumbang dari pemain ranking 11 dunia asal China, Wang Zhi Yi, dua gim langsung dengan skor 17-21 dan 18-21.
Herli pun mengungkapkan bahwa Gregoria memang mulai menemukan permainan terbaiknya lagi. Sebab, anak buahnya itu kini bisa keluar dari tekanan sehingga mampu bermain lebih lepas dan menikmati pertandingan.
“Dia mulai menyadari ‘ternyata saya lebih enak mainnya, lebih lepas, lebih percaya diri’ itu yang bikin dia sekarang bagus, dia sudah tahu itu. Saya lihat dia lebih enjoy sekarang karena dari segi teknik dia memang bagus dan mampu bersaing,” ujar Herli.
“Dia juga sudah mulai ada keinginan untuk membuktikan dan hasilnya Alhamdulillah (bagus),” tambahnya.
Berkat hasil apik yang diraih Gregoria di dua turnamen terakhir tersebut, rankingnya pun kini perlahan membaik. Dia sekarang telah merangkak lima peringkat dan menduduki ranking 26 dunia.
(sha)