Daftar 7 Ketum Sepak Bola Mundur dari Jabatan, Nomor 2 Paham Budaya Malu
loading...
A
A
A
Carlo mundur setelah mendapat banyak tekanan untuk mengakhiri kepemimpinannya di FIGC. Carlo Tavecchio dianggap paham budaya malu, meski sebelumnya Carlo enggan mundur, malahan dia memecat pelatih Timnas Italia, Gian Piero Ventura.
Pengunduran diri Carki Tavecchio dari kursi Presiden federasi sepak bola Italia merupakan peristiwa menggegerkan kedua yang melibatkan pucuk pimpinan Federasi Sepak bola Italia setelah kasus Franco Carraro yang tersandung Calciopoli 2006.
3. Musa Bility (Merasa Cukup 2 Periode)
Ketua Umum Asosiasi Sepak Bola Liberia, Musa Bility mundur pada Maret 2018 atau sebulan sebelum pemelihan ketua umum.
Bility bisa saja menjadi ketua umum untuk periode ketiga, namun pria yang pernah mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA itu ingin memberi contoh bahwa kepemimpinan dua periode sudah cukup bagi seorang ketua umum.
4. Wolfgang Niersbach (Tersandung Kasus Suap FIFA)
Berbeda dengan dua ketua federasi di Malaysia dan Italia. Wolfgang memutuskan untuk mundur dari jabatannya karena dianggap terlibat dalam skandal Piala Dunia 2006.
Menurut kabar yang beredar, ia menyuap FIFA agar Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia saat itu. Walaupun belum terbukti bersalah tapi demi kebaikan sepak bola Jerman, ia memutuskan untuk berhenti dari jabatannya.
Dari deretan para petinggi federasi sepak bola yang mundur karena persoalan yang membelitnya, mengapa sampai dengan saat ini Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan tak juga mundur dari jabatannya seusai Tragedi Kanjuruhan itu?
5. Tunku Ismail Sultan Ibrahim (Timnas Malaysia Merosot di Tabel FIFA)
Serupa dengan Carlo Tavecchio, Tunku Ismail Sultan Ibrahim juga tak lagi menjadi presiden asosiasi sepak bola Malaysia setelah timnas Malaysia menempati peringkat ke-178 dalam daftar rangking FIFA.
Putra Mahkota Johor itu resmi meninggalkan kursi jabatannya pada Maret 2018, namun tetap menjabat sebagai bos penyelenggara Liga Malaysia (FMLLP)
6. Greg Clarke (Tersandung Kasus Rasisme)
Greg Clarke mengundurkan diri dari jabatan Ketua Asosiasi Sepak Bola Ingris, FA. Langkah itu dilakukan setelah ia menuai badai karena memakai kata "pemain kulit berwarna", yang dianggap rasis, dalam pertemuan dengan komite parlemen.
Pengunduran diri Carki Tavecchio dari kursi Presiden federasi sepak bola Italia merupakan peristiwa menggegerkan kedua yang melibatkan pucuk pimpinan Federasi Sepak bola Italia setelah kasus Franco Carraro yang tersandung Calciopoli 2006.
3. Musa Bility (Merasa Cukup 2 Periode)
Ketua Umum Asosiasi Sepak Bola Liberia, Musa Bility mundur pada Maret 2018 atau sebulan sebelum pemelihan ketua umum.
Bility bisa saja menjadi ketua umum untuk periode ketiga, namun pria yang pernah mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA itu ingin memberi contoh bahwa kepemimpinan dua periode sudah cukup bagi seorang ketua umum.
4. Wolfgang Niersbach (Tersandung Kasus Suap FIFA)
Berbeda dengan dua ketua federasi di Malaysia dan Italia. Wolfgang memutuskan untuk mundur dari jabatannya karena dianggap terlibat dalam skandal Piala Dunia 2006.
Menurut kabar yang beredar, ia menyuap FIFA agar Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia saat itu. Walaupun belum terbukti bersalah tapi demi kebaikan sepak bola Jerman, ia memutuskan untuk berhenti dari jabatannya.
Dari deretan para petinggi federasi sepak bola yang mundur karena persoalan yang membelitnya, mengapa sampai dengan saat ini Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan tak juga mundur dari jabatannya seusai Tragedi Kanjuruhan itu?
5. Tunku Ismail Sultan Ibrahim (Timnas Malaysia Merosot di Tabel FIFA)
Serupa dengan Carlo Tavecchio, Tunku Ismail Sultan Ibrahim juga tak lagi menjadi presiden asosiasi sepak bola Malaysia setelah timnas Malaysia menempati peringkat ke-178 dalam daftar rangking FIFA.
Putra Mahkota Johor itu resmi meninggalkan kursi jabatannya pada Maret 2018, namun tetap menjabat sebagai bos penyelenggara Liga Malaysia (FMLLP)
6. Greg Clarke (Tersandung Kasus Rasisme)
Greg Clarke mengundurkan diri dari jabatan Ketua Asosiasi Sepak Bola Ingris, FA. Langkah itu dilakukan setelah ia menuai badai karena memakai kata "pemain kulit berwarna", yang dianggap rasis, dalam pertemuan dengan komite parlemen.