Jelang SEA Games, Tenis Meja Indonesia Masih Dihantui Masalah
A
A
A
JAKARTA - Kurang dari tiga minggu sebelum pelaksanaan SEA Games 2015 di Singapura, kepengurusan tenis meja Indonesia masih belum akur. Adanya dualisme kepengurusan membuat atlet tenis meja Indonesia terancam absen di pentas SEA Games tahun ini.
Dualisme tersebut berawal setelah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat merestui kepengurusan pimpinan Marzuki Alie untuk periode 2014-2019. Padahal sebelumnya sudah terbentuk kepengurusan yang dipimpin Oegroseno untuk periode 2013-2018.
Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Suwarno mengatakan bahwa pihaknya sudah coba membantu tenis meja agar bisa tampil di SEA Games 2015. Namun hal ini tidak semudah yang ia perkirakan.
"Tenis meja itu, kita merencanakan untuk mengirim empat putra dan empat putri dimana kita selesksi melalui sejumlah proses. Pada saat seleksi kita berusaha untuk mewadahi semua. Kelompoknya Pak Marzuki kita wadahi, kelompoknya Pak Oergoseno juga kita wadahi," jelas Suwarno.
"Semuanya sepakat, tapi pada hari yang ditentukan kelompok pak Oergoseno tidak datang. Sehingga kami tidak bisa mengambil keputusan," lanjut dia.
Suwarno selanjutnya mengatakan bahwa sudah melaporkan hal ini pada Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia berharap masalah dualisme ini segera teratasi sebelum dimulainya SEA Games.
"Tadi saya melaporkan kepada menteri, karena masih ada dilihat dari segi atlet yang belum diputuskan," tuturnya.
Selain tenis meja, persiapan cabor bela diri dan akurasi juga belum mencapai kata sempurna. Masih ada beberapa alat latihan yang hingga saat ini belum terlengkapi.
"Hasil dari pengecekan tadi bersama staf. Harapannya dalam satu minggu ini berangsur-angsur diadakan bagi perlengkapan dan peralatan pertandingan khususnya untuk bela diri dan akurasi," ungkap Suwarno.
Dualisme tersebut berawal setelah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat merestui kepengurusan pimpinan Marzuki Alie untuk periode 2014-2019. Padahal sebelumnya sudah terbentuk kepengurusan yang dipimpin Oegroseno untuk periode 2013-2018.
Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Suwarno mengatakan bahwa pihaknya sudah coba membantu tenis meja agar bisa tampil di SEA Games 2015. Namun hal ini tidak semudah yang ia perkirakan.
"Tenis meja itu, kita merencanakan untuk mengirim empat putra dan empat putri dimana kita selesksi melalui sejumlah proses. Pada saat seleksi kita berusaha untuk mewadahi semua. Kelompoknya Pak Marzuki kita wadahi, kelompoknya Pak Oergoseno juga kita wadahi," jelas Suwarno.
"Semuanya sepakat, tapi pada hari yang ditentukan kelompok pak Oergoseno tidak datang. Sehingga kami tidak bisa mengambil keputusan," lanjut dia.
Suwarno selanjutnya mengatakan bahwa sudah melaporkan hal ini pada Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia berharap masalah dualisme ini segera teratasi sebelum dimulainya SEA Games.
"Tadi saya melaporkan kepada menteri, karena masih ada dilihat dari segi atlet yang belum diputuskan," tuturnya.
Selain tenis meja, persiapan cabor bela diri dan akurasi juga belum mencapai kata sempurna. Masih ada beberapa alat latihan yang hingga saat ini belum terlengkapi.
"Hasil dari pengecekan tadi bersama staf. Harapannya dalam satu minggu ini berangsur-angsur diadakan bagi perlengkapan dan peralatan pertandingan khususnya untuk bela diri dan akurasi," ungkap Suwarno.
(bep)