Kisruh Kemenpora vs PSSI Jangan Hancurkan Sepak Bola Indonesia
A
A
A
PALEMBANG - Arsitek Sriwijaya FC (SFC) Under 21 Rudi Wiliam Keltjes mengkritik gaya pengelolaan sepak bola di Indonesia yang lebih menggunakan mulut daripada tindakan nyata. Keltjes mengibaratkan kisruh antara Menpora dan PSSI sebagai lembaga tertinggi olahraga di Indonesia yang lebih memilih mulut untuk bermain sepak bola.
"Sepak bola di Indonesia terlalu banyak sepak bola mulut. Pemerintah dan PSSI mengurus sepak bola harus tahu sepak bola itu bermain di lapangan bukan pake mulut,"kritik Keltjes.
Menurut mantan pelatih PSM Makassar ini, para pemain pelatih dan semua pelaku sepak bola di Indonesia butuh kompetisi bukan dagelan ribut-ribut dengan menggunakan mulut. Dengan dampak itu, semua pelaku sepak bola mati suri karena faktor tidak pahamnya pengurus sepak bola bagaimana bermain bola secara baik.''Tentunya semua pelaku sepak bola itu mau berlaga di lapangan hijau. Main sepak bola itu bukan pake mulut,"ujarnya.
Ia memberikan solusi agar konflik persepakbolaan di Indonesia segera adem ayem. Baginya pemerintah atau Kemenpora tidak hanya berdamai dengan PSSI, namun juga oknum-oknum didalamnya.
"Menpora harus berdamai dengan oknum PSSI bukan lembaganya. Artinya Imam Nahrawi (Menpora) dan La Nayla Mattalitti (Ketua Umum PSSI) harus berdamai meletakkan ego mereka berdua masing-masing. Ini bukan persoalan lembaga tapi ego mereka berdua, itu solusinya berdamailah,"paparnya.
Ia mengaku banyaknya potensi-potensi besar generasi muda di Indonesia bisa mengangkat derajat sepak bola akan hilang. Itu bentuk kehancuran sepak bola apabila konflik akhirnya merusak jalinan regenerasi tersebut.
"Jangan hilangkan semangat anak muda dan hancurkan sepak bola kita. Karena semangat bermain sepak bola sudah di miliki anak-anak bangsa ini,"pungkasnya.
"Sepak bola di Indonesia terlalu banyak sepak bola mulut. Pemerintah dan PSSI mengurus sepak bola harus tahu sepak bola itu bermain di lapangan bukan pake mulut,"kritik Keltjes.
Menurut mantan pelatih PSM Makassar ini, para pemain pelatih dan semua pelaku sepak bola di Indonesia butuh kompetisi bukan dagelan ribut-ribut dengan menggunakan mulut. Dengan dampak itu, semua pelaku sepak bola mati suri karena faktor tidak pahamnya pengurus sepak bola bagaimana bermain bola secara baik.''Tentunya semua pelaku sepak bola itu mau berlaga di lapangan hijau. Main sepak bola itu bukan pake mulut,"ujarnya.
Ia memberikan solusi agar konflik persepakbolaan di Indonesia segera adem ayem. Baginya pemerintah atau Kemenpora tidak hanya berdamai dengan PSSI, namun juga oknum-oknum didalamnya.
"Menpora harus berdamai dengan oknum PSSI bukan lembaganya. Artinya Imam Nahrawi (Menpora) dan La Nayla Mattalitti (Ketua Umum PSSI) harus berdamai meletakkan ego mereka berdua masing-masing. Ini bukan persoalan lembaga tapi ego mereka berdua, itu solusinya berdamailah,"paparnya.
Ia mengaku banyaknya potensi-potensi besar generasi muda di Indonesia bisa mengangkat derajat sepak bola akan hilang. Itu bentuk kehancuran sepak bola apabila konflik akhirnya merusak jalinan regenerasi tersebut.
"Jangan hilangkan semangat anak muda dan hancurkan sepak bola kita. Karena semangat bermain sepak bola sudah di miliki anak-anak bangsa ini,"pungkasnya.
(aww)