Kisruh Sepak Bola Mulai Memecah Persatuan Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Dampak terburuk dari berlarut-larutnya kisruh sepak bola di Indonesia yang selama ini paling ditakutkan, akhirnya mulai muncul ke permukaan. Bukan soal pengangguran atau hilangnya kesempatan para pemain muda untuk berlaga di level internasional, namun dampak paling mengerikan dari kisruh yang diawali oleh kebijakan Menpora ini adalah terpecahnya persatuan Indonesia.
Mungkin sebagian kalangan menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Namun nyatanya, isyu perpecahan mulai terasa jelas di sebagian wilayah terluar Indonesia.
Salah satunya adalah Papua. Hilangnya kesempatan untuk bisa menyaksikan Persipura Jayapura berlaga di level kompetisi lokal maupun internasional, membuat saudara-saudara kita di wilayah timur Indonesia merasa kalau hal ini adalah skenario dari warga ibu kota Jakarta, untuk mematikan marabat dan harga diri mereka.
''Orang Jakarta telah mematikan warga Papua. Kami tidak perduli itu PSSI atau Menpora penyebabnya, tapi yang pasti orang jakarta sudah mematikan harga diri dan kebanggaan kami,'' ungkap Jefri Pigai, warga Papua yang juga salah satu pecinta setia Persipura Jayapura kepada Sindonews.com.
''Persipura adalah harga diri, kehormatan dan nyawa kami. Persipura yang menjaga harkat dan martabat warga Papua selama ini, sekarang juga dimatikan. Kami tidak bisa terima,'' sambungnya.
Sebelumnya, komisioner Komnas HAM yang juga berasal dari Papua, Natalius Pigai, juga sempat mengungkapkan pendapatnya soal besarnya kemungkinan perpecahan akibat kisruh sepak bola berkepanjangan. Menurutnya, sepak bola bukan hanya hiburan semata, namun sepak bola salah satu alat pemersatu bangsa.
''Satu hal yang tidak boleh dilupa, sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling besar menyedot minat masyarakat di Indonesia bahkan dunia, adalah salah satu wadah pemersatu bangsa. Bila ini terus dibiarkan berlarut-larut, maka sama saja membiarkan negara ini terpecah belah,'' tukas Pigai.
Mungkin sebagian kalangan menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Namun nyatanya, isyu perpecahan mulai terasa jelas di sebagian wilayah terluar Indonesia.
Salah satunya adalah Papua. Hilangnya kesempatan untuk bisa menyaksikan Persipura Jayapura berlaga di level kompetisi lokal maupun internasional, membuat saudara-saudara kita di wilayah timur Indonesia merasa kalau hal ini adalah skenario dari warga ibu kota Jakarta, untuk mematikan marabat dan harga diri mereka.
''Orang Jakarta telah mematikan warga Papua. Kami tidak perduli itu PSSI atau Menpora penyebabnya, tapi yang pasti orang jakarta sudah mematikan harga diri dan kebanggaan kami,'' ungkap Jefri Pigai, warga Papua yang juga salah satu pecinta setia Persipura Jayapura kepada Sindonews.com.
''Persipura adalah harga diri, kehormatan dan nyawa kami. Persipura yang menjaga harkat dan martabat warga Papua selama ini, sekarang juga dimatikan. Kami tidak bisa terima,'' sambungnya.
Sebelumnya, komisioner Komnas HAM yang juga berasal dari Papua, Natalius Pigai, juga sempat mengungkapkan pendapatnya soal besarnya kemungkinan perpecahan akibat kisruh sepak bola berkepanjangan. Menurutnya, sepak bola bukan hanya hiburan semata, namun sepak bola salah satu alat pemersatu bangsa.
''Satu hal yang tidak boleh dilupa, sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling besar menyedot minat masyarakat di Indonesia bahkan dunia, adalah salah satu wadah pemersatu bangsa. Bila ini terus dibiarkan berlarut-larut, maka sama saja membiarkan negara ini terpecah belah,'' tukas Pigai.
(rus)