Duo Asing Arema Ditendang Sebelum Berkembang
A
A
A
MALANG - Sengbah Kennedy dan Yao Rudy harus mengubur mimpi menjadi bintang di Stadion Kanjuruhan. Duo Liberia itu ditendang dari skuad Arema Cronus karena tak menunjukkan progres meyakinkan. Keputusan mendepak Kennedy dan Rudy dikeluarkan jelang keikutsertaan Arema di Sunrise of Java Cup (SoJC) 2015 di Banyuwangi.
Menurut General Manager Arema Cronus Ruddy Widodo, keputusan melepas kedua pemain tersebut murni atas dasar pertimbangan teknis dan berdasar rekomendasi pelatih. "Berdasarkan evaluasi pelatih dari sisi teknis, keduanya kurang berkontribusi di Arema. Kami membuat keputusan murni dari aspek teknis," ujar Ruddy.
Dengan didepaknya duo Liberia, praktis kini hanya tersisa centreback Fabiano Beltrame sebagai satu-satunya kekuatan impor di tubuh Singo Edan. Namun, sejatinya tidak ada yang kehilangan dengan perginya dua pemain yang direkrut Januari 2015 tersebut. Sebab, baik Kennedy maupun Rudy belum pernah bermain konsisten dalam berbagai turnamen maupun di dua pertandingan QNB League 2015 silam.
Aremania, suporter Arema, malah kerap dibuat geregetan dengan permainan mereka yang tak mengalami kemajuan. Malah Yao Rudy tidak tercantum namanya di QNB League 2015, sedangkan Kennedy hanya menjadi pemain pengganti. Transfer kedua mantan Persiwa Wamena ini tergolong terburuk di Arema.
"Saya sebenarnya masih ingin di Arema. Tapi, klub telah membuat keputusan untuk tidak menggunkan tenaga saya," demikian pernyataan Yao Rudy. Striker ini sempat membuat Pelatih Arema Suharno pening karena kurang fleksibel dalam menjalankan tugasnya.
Posisinya sebagai striker tengah tidak bisa dimodifikasi karena dia tidak mampu bermain melebar sebagai winger. Itu membuat pelatih kesulitan memberi ruang karena Arema identik dengan satu striker tengah dan sudah dikavling sepenuhnya oleh Cristian Gonzales.
Sementara Kennedy tidak memiliki kelebihan signifikan dibanding gelandang lokal macam Hendro Siswanto dan Ahmad Bustomi. Sejatinya dia diplot sebagai playmaker yang lebih agresif dibanding Gustavo Lopez. Sayang skenario tidak pernah berjalan mulus.
Selain sangat jarang memberi umpan-umpan jitu ke para penyerang, seringkali dia juga kebingungan dalam mengatur tempo permainan. Prediksi bahwa pemain kribo ini bakal tumbuh menjadi gelandang sekelas Zah Rahan atau Makan Konate, akhirnya hilang tak berbekas.
Menurut General Manager Arema Cronus Ruddy Widodo, keputusan melepas kedua pemain tersebut murni atas dasar pertimbangan teknis dan berdasar rekomendasi pelatih. "Berdasarkan evaluasi pelatih dari sisi teknis, keduanya kurang berkontribusi di Arema. Kami membuat keputusan murni dari aspek teknis," ujar Ruddy.
Dengan didepaknya duo Liberia, praktis kini hanya tersisa centreback Fabiano Beltrame sebagai satu-satunya kekuatan impor di tubuh Singo Edan. Namun, sejatinya tidak ada yang kehilangan dengan perginya dua pemain yang direkrut Januari 2015 tersebut. Sebab, baik Kennedy maupun Rudy belum pernah bermain konsisten dalam berbagai turnamen maupun di dua pertandingan QNB League 2015 silam.
Aremania, suporter Arema, malah kerap dibuat geregetan dengan permainan mereka yang tak mengalami kemajuan. Malah Yao Rudy tidak tercantum namanya di QNB League 2015, sedangkan Kennedy hanya menjadi pemain pengganti. Transfer kedua mantan Persiwa Wamena ini tergolong terburuk di Arema.
"Saya sebenarnya masih ingin di Arema. Tapi, klub telah membuat keputusan untuk tidak menggunkan tenaga saya," demikian pernyataan Yao Rudy. Striker ini sempat membuat Pelatih Arema Suharno pening karena kurang fleksibel dalam menjalankan tugasnya.
Posisinya sebagai striker tengah tidak bisa dimodifikasi karena dia tidak mampu bermain melebar sebagai winger. Itu membuat pelatih kesulitan memberi ruang karena Arema identik dengan satu striker tengah dan sudah dikavling sepenuhnya oleh Cristian Gonzales.
Sementara Kennedy tidak memiliki kelebihan signifikan dibanding gelandang lokal macam Hendro Siswanto dan Ahmad Bustomi. Sejatinya dia diplot sebagai playmaker yang lebih agresif dibanding Gustavo Lopez. Sayang skenario tidak pernah berjalan mulus.
Selain sangat jarang memberi umpan-umpan jitu ke para penyerang, seringkali dia juga kebingungan dalam mengatur tempo permainan. Prediksi bahwa pemain kribo ini bakal tumbuh menjadi gelandang sekelas Zah Rahan atau Makan Konate, akhirnya hilang tak berbekas.
(sha)