Firman Utina Buka-bukaan Bongkar Alasannya Mundur dari Persib Bandung
A
A
A
BANDUNG - Firman Utina berani buka-bukaan membongkar alasannya mundur dari Persib Bandung. Sejumlah pasal dalam kontrak yang diajukan PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) dianggap Firman merugikan pemain. (Baca juga: Status Pemain Bebas, Firman Utina Bukan Milik Persib Bandung)
Keputusan Firman untuk mundur sekaligus memupus harapannya untuk pensiun di Persib. Sekali lagi Firman menegaskan jika keputusannya mundur bukan karena nilai kontrak yang diterimanya. Dia menunjuk ada poin-poin atau pasal-pasal yang tertuang dalam klausul kontrak yang diberikan PT PBB sangat merugikan pemain. Padahal kontrak itu sendiri hanya berlangsung tiga bulan lamanya.
Salah satu yang memberatkan yaitu pemain dilarang mengemukakan pendapat kepada publik atau juga media massa jika ada permasalahan dengan manajemen. (Baca juga: Firman Utina Belum Teken Kontrak di Persib Bandung, Ada Apa?)
"Saya harus terpaksa mengundurkan diri dulu di saat teman-teman yang lain sudah kontrak. Saya merasa pasal-pasal yang diajukan pengurus PT PBB. Banyak yang memberatkan kalau saya harus buka berarti saya membuka kinerja yang tidak bagus Persib itu sendiri," papar Firman saat ditemui seusai mengunjungi pernikahan Taufiq dan Eka Desnasari di Jalan Arwana, Marga Asih, Kabupaten Bandung, Kamis (3/12).
Selain masih menghargai manajemen yang telah merekrutnya hampir tiga tahun silam ini. Firman ingin kepergiannya dari tim Persib Bandung dilakukan dengan baik-baik.
"Saya juga berteriak sana sini juga takut karena di Persib saya sudah 3 tahun. Tim yang saya bela tiba-tiba akan berakhir dengan tidak nyaman. Saya tidak mau seperti itu," tuturnya.
Dia berharap PT PBB bisa menghargai pemainnya yang selalu bekerja keras dalam menghadapi setiap pertandingan. "Dan saya tahu ada keuntungan di sana. Tapi bukan untuk kami (pemain) sebagai pelaku dan hanya pemasukan yang mereka (manajemen) dapat," sesalnya.
Selain tidak memperbolehkan pemain berbicara kepada media massa. Pasal yang memberatkan Firman yaitu pemain tidak bisa berhubungan dengan produk lain selain produk yang mensponsori Persib.
"Saya pikir kita itu harus cari job di luar. Harus lebih memanusiakan manusia lah, dalam arti harus saling menghargai karena kita bukan pemain yang baru kemarin ke Persib sehingga manajemen tidak percaya," bebernya.
"Kita harus foto di produk di Persib yang tertera di pasal itu, nah disitu tidak ada kompensasi untuk kita. Bayangkan saya dari Tanggerang datang kesini (Bandung) pemotretan terus cuma say hello dan terimakasih. Apa yang didapat istri di rumah sedangkan suami keluar itu cari nafkah," kesalnya.
Padahal kontrak itu sendiri hanya berdurasi tiga bulan lamanya. Namun kata Firman, pasal-pasal yang tertuang seakan-akan para pemain di kontrak hingga 4 tahun ke depan.
"Sekarang ga percaya apa manajemen terhadap kami-kami pemain ini yang sudah 3 tahun bersama. Dan mungkin bagi mereka kita tidak memberikan gelar apa-apa. Saya pikir di antara manajemen ada masalah internal, itu akan merembet. Mau target apa pun itu ga bisa tercapai kalau di dalam ada gontok-gontokan. Kalau kita satu tujuan satu misi, bayangkan kita gak dibayar saja Piala Presiden saja juara. Karena kita satu misi, punya keyakinan yang sama, pemain yang utuh," bebernya.
Saat ini para pemain Persib terutama yang sudah melakukan tandatangan kontrak dipastikan akan menjaga jarak. Sebab jika menyalahi aturan yang telah ditetapkan, otomatis denda didapatkan.
"Mereka yang sudah tandatangan otomatis jaga jarak karena yang tertera di kontrak itu bahwa pemain bilamana ada masalah harus berbicara dengan manajemen. Sekarang kalau gak dibayar sebulan harus bicara ke mana. Kalau bicara ke media, mereka (pemain) kena penalti 100 persen. Kalau pemain gak dibayar, mereka hanya bisa diam saja. Kalau gak bayar mau ngomong salah, gak ngomong salah," katanya.
Firman tidak menyayangkan para pemain yang sudah melakukan penandatanganan kontrak. Sebab itu merupakan hak masing-masing pemain.
"Kata kasarnya anda punya bisnis di Bandung dan hanya karena anda takut bisnis itu lari karena omsetnya ada di Bandung, sehingga apa yang manajemen berikan langsung tandatangan. Tapi anda sudah mengurangi rasa profesionalisme terhadap anda sebagai pemain sepak bola. Sedangkan bisnis itu dapatnya dari sepak bola. Itu yang harus dipikir dulu, kalau merugikan katakan merugikan supaya pemain bisa dihargai," tegasnya.
Dengan permasalahan ini, kondisi tim pun seakan pecah. Para pemain dan pelatih semuanya menjaga jarak terutama dalam berbicara kepada media. Seharusnya kata Firman, hal itu tidak terjadi karena sepak bola Indonesia sendiri sudah memiliki APPI, organisasi yang mewadahi permasalahan para pemain.
"Kemarin di Surabaya sama Ponaryo. Kontrak yang saya dapatkan di Persib,saya kasihkan ke mereka, terus mereka bilang poin-poinnya banyak yang merugikan,"
Firman pun langsung menyampaikan ke seluruh pemain Persib lainnya termasuk di depan salah satu Komisaris PT PBB, Kuswara S Taryono.
"Saya minta dua helai (pasal) saja diganti atau dihapus. Terus H-1 belum ada kontrak, sesudah pertandingan kedua baru ada kontrakyang sama bunyinya gak berubah. Berarti gak nyampe inspirasi pemain, sangat disayangkan. Jadi pemain pun kalau disuruh fight, tapi hati tidak nyambung ke otak, pasti lari juga gak akan ke mana, tapi kalau sebaliknya pasti nyambung kaki juga mau lari ke mana bisa dan tenang buat main," ungkapnya.
Untuk itu, pemain asal Manado saat ini hanya ingin meluangkan waktunya untuk beristirahat. Tidak menutup kemungkinan jika manajemen PT PBB kembali merekrutnya, dirinya menyatakan kesiapannya. "Siapa saja dalam sepakbola sangat mungkin terjadi, tapi saya sangat respek pada tim ini," tandasnya.
Keputusan Firman untuk mundur sekaligus memupus harapannya untuk pensiun di Persib. Sekali lagi Firman menegaskan jika keputusannya mundur bukan karena nilai kontrak yang diterimanya. Dia menunjuk ada poin-poin atau pasal-pasal yang tertuang dalam klausul kontrak yang diberikan PT PBB sangat merugikan pemain. Padahal kontrak itu sendiri hanya berlangsung tiga bulan lamanya.
Salah satu yang memberatkan yaitu pemain dilarang mengemukakan pendapat kepada publik atau juga media massa jika ada permasalahan dengan manajemen. (Baca juga: Firman Utina Belum Teken Kontrak di Persib Bandung, Ada Apa?)
"Saya harus terpaksa mengundurkan diri dulu di saat teman-teman yang lain sudah kontrak. Saya merasa pasal-pasal yang diajukan pengurus PT PBB. Banyak yang memberatkan kalau saya harus buka berarti saya membuka kinerja yang tidak bagus Persib itu sendiri," papar Firman saat ditemui seusai mengunjungi pernikahan Taufiq dan Eka Desnasari di Jalan Arwana, Marga Asih, Kabupaten Bandung, Kamis (3/12).
Selain masih menghargai manajemen yang telah merekrutnya hampir tiga tahun silam ini. Firman ingin kepergiannya dari tim Persib Bandung dilakukan dengan baik-baik.
"Saya juga berteriak sana sini juga takut karena di Persib saya sudah 3 tahun. Tim yang saya bela tiba-tiba akan berakhir dengan tidak nyaman. Saya tidak mau seperti itu," tuturnya.
Dia berharap PT PBB bisa menghargai pemainnya yang selalu bekerja keras dalam menghadapi setiap pertandingan. "Dan saya tahu ada keuntungan di sana. Tapi bukan untuk kami (pemain) sebagai pelaku dan hanya pemasukan yang mereka (manajemen) dapat," sesalnya.
Selain tidak memperbolehkan pemain berbicara kepada media massa. Pasal yang memberatkan Firman yaitu pemain tidak bisa berhubungan dengan produk lain selain produk yang mensponsori Persib.
"Saya pikir kita itu harus cari job di luar. Harus lebih memanusiakan manusia lah, dalam arti harus saling menghargai karena kita bukan pemain yang baru kemarin ke Persib sehingga manajemen tidak percaya," bebernya.
"Kita harus foto di produk di Persib yang tertera di pasal itu, nah disitu tidak ada kompensasi untuk kita. Bayangkan saya dari Tanggerang datang kesini (Bandung) pemotretan terus cuma say hello dan terimakasih. Apa yang didapat istri di rumah sedangkan suami keluar itu cari nafkah," kesalnya.
Padahal kontrak itu sendiri hanya berdurasi tiga bulan lamanya. Namun kata Firman, pasal-pasal yang tertuang seakan-akan para pemain di kontrak hingga 4 tahun ke depan.
"Sekarang ga percaya apa manajemen terhadap kami-kami pemain ini yang sudah 3 tahun bersama. Dan mungkin bagi mereka kita tidak memberikan gelar apa-apa. Saya pikir di antara manajemen ada masalah internal, itu akan merembet. Mau target apa pun itu ga bisa tercapai kalau di dalam ada gontok-gontokan. Kalau kita satu tujuan satu misi, bayangkan kita gak dibayar saja Piala Presiden saja juara. Karena kita satu misi, punya keyakinan yang sama, pemain yang utuh," bebernya.
Saat ini para pemain Persib terutama yang sudah melakukan tandatangan kontrak dipastikan akan menjaga jarak. Sebab jika menyalahi aturan yang telah ditetapkan, otomatis denda didapatkan.
"Mereka yang sudah tandatangan otomatis jaga jarak karena yang tertera di kontrak itu bahwa pemain bilamana ada masalah harus berbicara dengan manajemen. Sekarang kalau gak dibayar sebulan harus bicara ke mana. Kalau bicara ke media, mereka (pemain) kena penalti 100 persen. Kalau pemain gak dibayar, mereka hanya bisa diam saja. Kalau gak bayar mau ngomong salah, gak ngomong salah," katanya.
Firman tidak menyayangkan para pemain yang sudah melakukan penandatanganan kontrak. Sebab itu merupakan hak masing-masing pemain.
"Kata kasarnya anda punya bisnis di Bandung dan hanya karena anda takut bisnis itu lari karena omsetnya ada di Bandung, sehingga apa yang manajemen berikan langsung tandatangan. Tapi anda sudah mengurangi rasa profesionalisme terhadap anda sebagai pemain sepak bola. Sedangkan bisnis itu dapatnya dari sepak bola. Itu yang harus dipikir dulu, kalau merugikan katakan merugikan supaya pemain bisa dihargai," tegasnya.
Dengan permasalahan ini, kondisi tim pun seakan pecah. Para pemain dan pelatih semuanya menjaga jarak terutama dalam berbicara kepada media. Seharusnya kata Firman, hal itu tidak terjadi karena sepak bola Indonesia sendiri sudah memiliki APPI, organisasi yang mewadahi permasalahan para pemain.
"Kemarin di Surabaya sama Ponaryo. Kontrak yang saya dapatkan di Persib,saya kasihkan ke mereka, terus mereka bilang poin-poinnya banyak yang merugikan,"
Firman pun langsung menyampaikan ke seluruh pemain Persib lainnya termasuk di depan salah satu Komisaris PT PBB, Kuswara S Taryono.
"Saya minta dua helai (pasal) saja diganti atau dihapus. Terus H-1 belum ada kontrak, sesudah pertandingan kedua baru ada kontrakyang sama bunyinya gak berubah. Berarti gak nyampe inspirasi pemain, sangat disayangkan. Jadi pemain pun kalau disuruh fight, tapi hati tidak nyambung ke otak, pasti lari juga gak akan ke mana, tapi kalau sebaliknya pasti nyambung kaki juga mau lari ke mana bisa dan tenang buat main," ungkapnya.
Untuk itu, pemain asal Manado saat ini hanya ingin meluangkan waktunya untuk beristirahat. Tidak menutup kemungkinan jika manajemen PT PBB kembali merekrutnya, dirinya menyatakan kesiapannya. "Siapa saja dalam sepakbola sangat mungkin terjadi, tapi saya sangat respek pada tim ini," tandasnya.
(aww)