Ponpes Keluarga Rio Haryanto Iringi Doa Perjuangan di Formula 1
A
A
A
BOYOLALI - Masuknya Rio Haryanto sebagai pembalap Formula Satu (F1) disambut pengurus dan siswa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikam, di Dukuh Sorowaden, Desa/Kecamatan Banyudono, Boyolali. Mereka merasa memiliki ikatan emosional karena Ponpes didirikan keluarga besar Rio Haryanto.
Sejarah pendirian Ponpes Al Hikam yang berdiri mulai 2003 lalu memang tak lepas dari keluarga Rio Haryanto. Kala itu, pendirian ponpes digagas oleh Sutantyo-Min Handayani dan Indah Pennywati yang merupakan kakek-nenek, dan ibunda Rio Haryanto.
Serta KH Ali Muchson dan Idrus Assegaf yang merupakan tokoh agama di Kecamatan Banyudono. Nama Al Hikam dipilih dari arti hakim atau bijaksana. Selain untuk penyebaran agama Islam, Ponpes juga diperuntukkan bagi anak yatim, dan kaum dhuafa yang digratiskan biaya pendidikannya. Awal didirikan, Ponpes tidak langsung serta besar sebagaimana berkembang seperti sekarang.
Kala itu, santri yang mondok hanya berjumlah empat orang yang rata rata adalah anak yatim. Sekolah yang didirikan di pondok pertama kali adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau sekolah setingkat SMP. Pada tahun 2005, ponpes yang memiliki luas lahan sekitar satu hektar ini mendapatkan akte dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).
“Dari cerita yang saya terima, awal mula prosesnya mendapatkan ketika berada di masjid yang ada di rumah kakek Rio di Bangak, Banyudono,” ungkap Mohammad Kholid Ismail, Pelaksana Harian Yayasan Ponpes Terpadu Al Hikam kepada Koran Sindo.
Nama Madrasah Tsanawiyah diakui belum familiar di masyarakat pada umumnya. Agar lebih akrab di telinga masyarakat, pada tahun 2005 selanjutnya didirikan Sekolah Taman Kanak Kanak Islam Terpadu (TKIT). Setahun berikutnya didirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun berikutnya.
Dengan nama yang lebih familiar, ternyata respon masyarakat dari tahun ke tahun semakin bagus. Tercatat jumlah murid yang kini menuntut ilmu mulai dari PAUD sebanyak 104 siswa, TKIT 102 siswa, SDIT 266 siswa dan MTs 35 siswa. Dari jumlah itu, terdapat 60 anak dengan berbagai umur yang mondok di Ponpes Al Hikam.
Mereka sebagian besar berasal dari luar daerah seperti Kebumen, Tasikmalaya, dan Klaten. Sementara, siswa lainnya yang tidak mondok berasal sekitar ponpes. Para pengajarnya pun bertambah dari semula hanya lima orang kini telah menjadi 50 orang.
Pendidikan bernafaskan Islam diakui kental di lingkungan pondok. Mereka diajarkan beragam perbedaan dalam Islam karena semuanya memiliki dasar yang kuat. Sehingga pendidikan upayakan utuh dari berbagai sisi karena Islam itu luas. Selain itu juga diajarkan pemahaman tentang Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelum resmi masuk ke FI dan bergabung dengan tim Manor Racing, nama Rio Haryanto sebagai pembalap memang belum akrab di kalangan para siswa dan hanya sebagian kecil yang mengetahui. Namun demikian, para siswa rata rata sudah tahu sosok Rio Haryanto karena terkadang sering berkunjung ke Ponpes.
Para siswa mulai tahu Rio Haryanto akan masuk ke F1 ketika datang pada Desember 2015 lalu. Kala itu, Rio Haryanto selama beberapa hari datang berturut turut dan melakukan aktivitas dengan para siswa. Seperti salat Maghrib dan Isya berjamaah.
Selain itu juga bermain voli serta melihat kolam lele yang ada di lingkungan pondok. Rio Haryanto tak lupa minta didoakan agar bisa masuk ke ajang balapan bergengsi F1. Setelah muncul khabar Rio Haryanto resmi masuk F1 dengan nomor mobil 88, para pengajar, pengasuh dan siswa merasa bangga karena merasa ada kedekatan secara personal.
Terlebih keluarga Rio Haryanto sering memberikan suntikan dana untuk pendidikan dan operasional hingga alat alat tulis ke ponpes. Sehingga biaya sekolah mampu dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Nama Ponpes dan pendidikan yang didirikan Yayasan Ponpes Terpadu A Hikam juga semakin terangkat beriringan dengan nama Rio Haryanto yang masuk F1. Harapannya, murid yang belajar semakin banyak, terutama anak yatim dan dhuafa. “Sebab tidak semua anak yatim dan dhuafa itu mau sekolah di pondok,” tuturnya.
Jika ada anak yatim atau Dhuafa yang ingin bersekolah di Ponpes Al Hikam, syaratnya mudah karena mereka merupakan sosok yang harus dimuliakan. Selama ini, anak yatim dan dhuafa yang nyantri rata rata dibawa oleh kenalan para pengurus ponpes.
Menyusul masuknya Rio Haryanto ke F1, seluruh penghuni ponpes akan menggelar doa bersama di sela sela kegiatan rutin yang selama ini telah dilakukan. Namun untuk acara nonton bareng F1, sejauh ini belum terpikirkan dan belum dibahas. Sebab selama ini, ada aturan pembatasan nonton televisi di lingkungan pondok agar para murid tidak terganggu.
Selain itu, juga hanya terdapat dua televisi di pondok. Para siswa diperkenankan menonton dengan di bawah pengawasan. Selain itu, mereka juga diwajibkan tidur maksimal pukul 22.00 WIB karena jam 03.30 WIB sudah harus bangun.
Setelah selesai ajang F1 nantinya, Rio Haryanto diharapkan dapat kembali menyambangi ponpes. Selama ini, Rio memang datang ke ponpes ketika libur perlombaan. “Kalau datang memang mendadak, biasanya pagi diberitahu dan sorenya datang,” ungkapnya.
Sosok Rio Haryanto yang selama ini dikenal sebagai pribadi low profil, santai, gigih, pantang menyerah diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para siswa dalam mencapai cita citanya.
Kepala Sekolah Mts Al Hikam Zainal Arifin melanjutkan, dirinya akan mengusulkan agar para siswa dapat diagendakan nonton bareng di televisi saat Rio Haryanto berlaga di arena balap. Selain itu, spanduk ucapan selamat bertanding disertai foto Rio Haryanto bersama anak anak ponpes rencananya juga akan dibentang di depan sekolah.
Tak lupa, doa agar Rio Haryanto selalu diberi kesehatan, keselamatan dan berprestasi akan selalu dipanjatkan kepada Allah. Saat ini, dirinya tengah mencari informasi mengenai jadwal kapan balapan paling bergengsi di kolong jagat itu akan digelar.
Prestasi yang ditorehkan pria kelahiran Solo 22 Januari 1993 ini memang cukup membanggakan. Di kalangan ponpes Al Hikam, sosok Rio Haryanto dikenal memang tidak banyak bicara. Namun sekali bicara ternyata memiliki kharisma. “Ketika datang saat bulan Ramadan, Mas Rio Haryanto juga mendoakan para siswa agar menjadi anak yang soleh,” kenangnya.
Ketika datang, Rio Haryanto tak lupa memberikan santunan kepada anak yatim dan dhuafa yang nyantri. Saat datang, para siswa juga ada yang minta foto dan tanda tangan. Harapan agar Rio Haryanto dapat datang setelah balapan F1 juga diutarakan Kepala Sekolah SDIT Al Hikam, Lukman Abdul Azis. Kedatangan Rio Haryanto diharapkan dapat memberikan motivasi dan penyemangat para siswa untuk lebih berprestasi.
Sejarah pendirian Ponpes Al Hikam yang berdiri mulai 2003 lalu memang tak lepas dari keluarga Rio Haryanto. Kala itu, pendirian ponpes digagas oleh Sutantyo-Min Handayani dan Indah Pennywati yang merupakan kakek-nenek, dan ibunda Rio Haryanto.
Serta KH Ali Muchson dan Idrus Assegaf yang merupakan tokoh agama di Kecamatan Banyudono. Nama Al Hikam dipilih dari arti hakim atau bijaksana. Selain untuk penyebaran agama Islam, Ponpes juga diperuntukkan bagi anak yatim, dan kaum dhuafa yang digratiskan biaya pendidikannya. Awal didirikan, Ponpes tidak langsung serta besar sebagaimana berkembang seperti sekarang.
Kala itu, santri yang mondok hanya berjumlah empat orang yang rata rata adalah anak yatim. Sekolah yang didirikan di pondok pertama kali adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau sekolah setingkat SMP. Pada tahun 2005, ponpes yang memiliki luas lahan sekitar satu hektar ini mendapatkan akte dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).
“Dari cerita yang saya terima, awal mula prosesnya mendapatkan ketika berada di masjid yang ada di rumah kakek Rio di Bangak, Banyudono,” ungkap Mohammad Kholid Ismail, Pelaksana Harian Yayasan Ponpes Terpadu Al Hikam kepada Koran Sindo.
Nama Madrasah Tsanawiyah diakui belum familiar di masyarakat pada umumnya. Agar lebih akrab di telinga masyarakat, pada tahun 2005 selanjutnya didirikan Sekolah Taman Kanak Kanak Islam Terpadu (TKIT). Setahun berikutnya didirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun berikutnya.
Dengan nama yang lebih familiar, ternyata respon masyarakat dari tahun ke tahun semakin bagus. Tercatat jumlah murid yang kini menuntut ilmu mulai dari PAUD sebanyak 104 siswa, TKIT 102 siswa, SDIT 266 siswa dan MTs 35 siswa. Dari jumlah itu, terdapat 60 anak dengan berbagai umur yang mondok di Ponpes Al Hikam.
Mereka sebagian besar berasal dari luar daerah seperti Kebumen, Tasikmalaya, dan Klaten. Sementara, siswa lainnya yang tidak mondok berasal sekitar ponpes. Para pengajarnya pun bertambah dari semula hanya lima orang kini telah menjadi 50 orang.
Pendidikan bernafaskan Islam diakui kental di lingkungan pondok. Mereka diajarkan beragam perbedaan dalam Islam karena semuanya memiliki dasar yang kuat. Sehingga pendidikan upayakan utuh dari berbagai sisi karena Islam itu luas. Selain itu juga diajarkan pemahaman tentang Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelum resmi masuk ke FI dan bergabung dengan tim Manor Racing, nama Rio Haryanto sebagai pembalap memang belum akrab di kalangan para siswa dan hanya sebagian kecil yang mengetahui. Namun demikian, para siswa rata rata sudah tahu sosok Rio Haryanto karena terkadang sering berkunjung ke Ponpes.
Para siswa mulai tahu Rio Haryanto akan masuk ke F1 ketika datang pada Desember 2015 lalu. Kala itu, Rio Haryanto selama beberapa hari datang berturut turut dan melakukan aktivitas dengan para siswa. Seperti salat Maghrib dan Isya berjamaah.
Selain itu juga bermain voli serta melihat kolam lele yang ada di lingkungan pondok. Rio Haryanto tak lupa minta didoakan agar bisa masuk ke ajang balapan bergengsi F1. Setelah muncul khabar Rio Haryanto resmi masuk F1 dengan nomor mobil 88, para pengajar, pengasuh dan siswa merasa bangga karena merasa ada kedekatan secara personal.
Terlebih keluarga Rio Haryanto sering memberikan suntikan dana untuk pendidikan dan operasional hingga alat alat tulis ke ponpes. Sehingga biaya sekolah mampu dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Nama Ponpes dan pendidikan yang didirikan Yayasan Ponpes Terpadu A Hikam juga semakin terangkat beriringan dengan nama Rio Haryanto yang masuk F1. Harapannya, murid yang belajar semakin banyak, terutama anak yatim dan dhuafa. “Sebab tidak semua anak yatim dan dhuafa itu mau sekolah di pondok,” tuturnya.
Jika ada anak yatim atau Dhuafa yang ingin bersekolah di Ponpes Al Hikam, syaratnya mudah karena mereka merupakan sosok yang harus dimuliakan. Selama ini, anak yatim dan dhuafa yang nyantri rata rata dibawa oleh kenalan para pengurus ponpes.
Menyusul masuknya Rio Haryanto ke F1, seluruh penghuni ponpes akan menggelar doa bersama di sela sela kegiatan rutin yang selama ini telah dilakukan. Namun untuk acara nonton bareng F1, sejauh ini belum terpikirkan dan belum dibahas. Sebab selama ini, ada aturan pembatasan nonton televisi di lingkungan pondok agar para murid tidak terganggu.
Selain itu, juga hanya terdapat dua televisi di pondok. Para siswa diperkenankan menonton dengan di bawah pengawasan. Selain itu, mereka juga diwajibkan tidur maksimal pukul 22.00 WIB karena jam 03.30 WIB sudah harus bangun.
Setelah selesai ajang F1 nantinya, Rio Haryanto diharapkan dapat kembali menyambangi ponpes. Selama ini, Rio memang datang ke ponpes ketika libur perlombaan. “Kalau datang memang mendadak, biasanya pagi diberitahu dan sorenya datang,” ungkapnya.
Sosok Rio Haryanto yang selama ini dikenal sebagai pribadi low profil, santai, gigih, pantang menyerah diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para siswa dalam mencapai cita citanya.
Kepala Sekolah Mts Al Hikam Zainal Arifin melanjutkan, dirinya akan mengusulkan agar para siswa dapat diagendakan nonton bareng di televisi saat Rio Haryanto berlaga di arena balap. Selain itu, spanduk ucapan selamat bertanding disertai foto Rio Haryanto bersama anak anak ponpes rencananya juga akan dibentang di depan sekolah.
Tak lupa, doa agar Rio Haryanto selalu diberi kesehatan, keselamatan dan berprestasi akan selalu dipanjatkan kepada Allah. Saat ini, dirinya tengah mencari informasi mengenai jadwal kapan balapan paling bergengsi di kolong jagat itu akan digelar.
Prestasi yang ditorehkan pria kelahiran Solo 22 Januari 1993 ini memang cukup membanggakan. Di kalangan ponpes Al Hikam, sosok Rio Haryanto dikenal memang tidak banyak bicara. Namun sekali bicara ternyata memiliki kharisma. “Ketika datang saat bulan Ramadan, Mas Rio Haryanto juga mendoakan para siswa agar menjadi anak yang soleh,” kenangnya.
Ketika datang, Rio Haryanto tak lupa memberikan santunan kepada anak yatim dan dhuafa yang nyantri. Saat datang, para siswa juga ada yang minta foto dan tanda tangan. Harapan agar Rio Haryanto dapat datang setelah balapan F1 juga diutarakan Kepala Sekolah SDIT Al Hikam, Lukman Abdul Azis. Kedatangan Rio Haryanto diharapkan dapat memberikan motivasi dan penyemangat para siswa untuk lebih berprestasi.
(bbk)