Arema dan Filosofi Milo yang Alergi Rotasi
A
A
A
MALANG - Kedatangan pelatih Milomir Seslija ke Arema Cronus tak hanya menyuguhkan polemik seputar transfer pemain. Pelatih ini memperkenalkan moto klasik di sepak bola yakni 'never change the winning team'.
Semasa ditangani mendiang Suharno dan kemudian dilanjut Joko Susilo, Arema sering melakukan perombakan tim di tiap pertandingan. Artinya, hampir selalu saja ada pemain di posisi starter yang mengalami perubahan dengan beberapa alasan, di antaranya menghemat stamina.
Arema juga pernah menurunkan formasi dan komposisi berbeda di tiap pertandingan agar strategi tak terendus lawan. Itu semua memang tidak salah mengingat Singo Edan memiliki banyak pemain untuk diturunkan, apalagi saat vakum kompetisi dan pemain ingin mendapatkan jatah bermain.
Itu semua berubah dengan kedatangan Milomir Seslija. Mengamati perjalanan Arema Cronus di empat laga turnamen resmi, yakni Bali Island Cup (BIC) 2016 dan Piala Gubernur Kaltim (PGK) 2016, Milo sama sekali tak tertarik mengubah starting line-up.
Tak peduli recovery yang pendek dengan jarak pertandingan mepet, dia tetap menurunkan skema yang nyaris sama. Dari Bali hingga Kalimantan, perubahan terbesar di posisi starter adalah hadirnya Goran Gancev menggantikan Kiko Insa yang masuk daftar pinjam karena dianggap kurang maksimal.
Selain itu Milo tetap mempertahankan komposisi awal. Kiper Kadek Wardana, bek Hasim Kipuw, Hamka Hamzah, Johan Alfarizie, masih mendapat jatah turun sejak awal. Srdjan Lopicic, Raphael Maitimo, Hendro Siswanto, Cristian Gonzalez, Dendi Santoso dan Esteban Vizcarra juga menjadi langganan tetap.
Milo memang sejak di Bali mengatakan akan melakukan rotasi. Namun, hingga sejauh ini, rotasi tersebut dalam menerapannya adalah pergantian pemain di tengah pertandingan, bukan mengubah skema awal atau starting line-up jika tanpa alasan yang jelas.
Ini menjadi kabar baik sekaligus kurang nyaman bagi pemain. Mereka yang langganan starter tentu bisa mengoptimalkan kemampuannya karena mendapat kesempatan lebih. Catat saja Dendi Santoso yang kepercayaan diri dan performanya terus menanjak termasuk di Kalimantan.
Namun bagi pemain yang tak masuk starter, tentu menjadi masa-masa yang berat dan membosankan berada di bangku cadangan. Juan Revi misalnya, pemain yang sebelumnya langganan starter, kini harus bersabar menunggu pergantian pemain. Apalagi Sunarto yang tak pernah benar-benar menjanjikan.
Keputusan Milomir Seslija ini juga sangat mendukung konsistensi tim, karena dengan komposisi yang hampir selalu sama maka chemistry antar pemain bisa lebih melekat. Walau pun tetap ada potensi timpang ketika ada satu atau lebih pemain inti yang cedera.
Keberadaan eks direktur teknik Barito Putra tersebut sejauh ini juga menunjukkan bahwa dalam sebuah tim tetap ada persaingan. Ada peringkat berdasar beberapa aspek. Pemain dengan level performa, fisik dan mental terbaik, stabil dan konsisten, akan terus mendapat kesempatan.
Sementara, pemain di bangku cadangan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak. Begitulah tim sepak bola. Ada penyaringan untuk tim inti, bukan menganggap semua pemain sama kemudian digilir bermain hanya merasa kasihan tak pernah
tampil.
Filosofi Milo sejauh ini cukup berhasil dalam menerjemahkan 'never change the winning team'. Selalu menang di empat pertandingan resmi, yakni di Bali hingga berlanjut ke Kalimantan. Tanda-tanda melakukan perombakan starting line-up belum juga muncul, kecuali masuknya Goran Gancev.
Tidak adanya gangguan kebugaran dan penurunan performa dari tim utama, menjadi tanda The Best Eleven masih akan bertahan untuk laga kontra Pusamania Borneo FC. Kecuali ada kebutuhan darurat, Milo tampaknya belum akan mengubah komposisi terbaiknya.
Semasa ditangani mendiang Suharno dan kemudian dilanjut Joko Susilo, Arema sering melakukan perombakan tim di tiap pertandingan. Artinya, hampir selalu saja ada pemain di posisi starter yang mengalami perubahan dengan beberapa alasan, di antaranya menghemat stamina.
Arema juga pernah menurunkan formasi dan komposisi berbeda di tiap pertandingan agar strategi tak terendus lawan. Itu semua memang tidak salah mengingat Singo Edan memiliki banyak pemain untuk diturunkan, apalagi saat vakum kompetisi dan pemain ingin mendapatkan jatah bermain.
Itu semua berubah dengan kedatangan Milomir Seslija. Mengamati perjalanan Arema Cronus di empat laga turnamen resmi, yakni Bali Island Cup (BIC) 2016 dan Piala Gubernur Kaltim (PGK) 2016, Milo sama sekali tak tertarik mengubah starting line-up.
Tak peduli recovery yang pendek dengan jarak pertandingan mepet, dia tetap menurunkan skema yang nyaris sama. Dari Bali hingga Kalimantan, perubahan terbesar di posisi starter adalah hadirnya Goran Gancev menggantikan Kiko Insa yang masuk daftar pinjam karena dianggap kurang maksimal.
Selain itu Milo tetap mempertahankan komposisi awal. Kiper Kadek Wardana, bek Hasim Kipuw, Hamka Hamzah, Johan Alfarizie, masih mendapat jatah turun sejak awal. Srdjan Lopicic, Raphael Maitimo, Hendro Siswanto, Cristian Gonzalez, Dendi Santoso dan Esteban Vizcarra juga menjadi langganan tetap.
Milo memang sejak di Bali mengatakan akan melakukan rotasi. Namun, hingga sejauh ini, rotasi tersebut dalam menerapannya adalah pergantian pemain di tengah pertandingan, bukan mengubah skema awal atau starting line-up jika tanpa alasan yang jelas.
Ini menjadi kabar baik sekaligus kurang nyaman bagi pemain. Mereka yang langganan starter tentu bisa mengoptimalkan kemampuannya karena mendapat kesempatan lebih. Catat saja Dendi Santoso yang kepercayaan diri dan performanya terus menanjak termasuk di Kalimantan.
Namun bagi pemain yang tak masuk starter, tentu menjadi masa-masa yang berat dan membosankan berada di bangku cadangan. Juan Revi misalnya, pemain yang sebelumnya langganan starter, kini harus bersabar menunggu pergantian pemain. Apalagi Sunarto yang tak pernah benar-benar menjanjikan.
Keputusan Milomir Seslija ini juga sangat mendukung konsistensi tim, karena dengan komposisi yang hampir selalu sama maka chemistry antar pemain bisa lebih melekat. Walau pun tetap ada potensi timpang ketika ada satu atau lebih pemain inti yang cedera.
Keberadaan eks direktur teknik Barito Putra tersebut sejauh ini juga menunjukkan bahwa dalam sebuah tim tetap ada persaingan. Ada peringkat berdasar beberapa aspek. Pemain dengan level performa, fisik dan mental terbaik, stabil dan konsisten, akan terus mendapat kesempatan.
Sementara, pemain di bangku cadangan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak. Begitulah tim sepak bola. Ada penyaringan untuk tim inti, bukan menganggap semua pemain sama kemudian digilir bermain hanya merasa kasihan tak pernah
tampil.
Filosofi Milo sejauh ini cukup berhasil dalam menerjemahkan 'never change the winning team'. Selalu menang di empat pertandingan resmi, yakni di Bali hingga berlanjut ke Kalimantan. Tanda-tanda melakukan perombakan starting line-up belum juga muncul, kecuali masuknya Goran Gancev.
Tidak adanya gangguan kebugaran dan penurunan performa dari tim utama, menjadi tanda The Best Eleven masih akan bertahan untuk laga kontra Pusamania Borneo FC. Kecuali ada kebutuhan darurat, Milo tampaknya belum akan mengubah komposisi terbaiknya.
(aww)