Gagal di Indian Wells, Serena Cekcok dengan CEO Turnamen
A
A
A
INDIAN WELLS - Serena Williams gagal merebut gelar juara di Indian Wells 2016 usai takluk di tangan Victoria Azarenka. Petenis nomor satu dunia itu menyerah 4-6, 4-6 di partai final.
Kekalahan tersebut membuat Serena kembali gagal meraih gelar juara di Indian Wells. Pada 2015, Serena untuk kali pertama tampil dalam turnamen itu setelah 14 tahun melakukan aksi boikot di Indian Wells. Sayangnya, pada kesempatan comeback tahun lalu, Serena mundur lantaran cedera lutut.
Saat memastikan lolos ke partai final Indian Wells 2016, Serena terusik dengan komentar CEO turnamen, Raymond Moore. Meski tak langsung ditujukan pada Serena, Moore membuat pernyataan kontroversi dengan membandingkan popularitas petenis pria dan wanita di Indian Wells.
"Jika saya adalah seorang pemain wanita, saya akan turun setiap malam untuk berlutut dan bersyukur kepada Tuhan bahwa Roger Federer dan Rafa Nadal dilahirkan, karena mereka telah membuat olahraga ini benar-benar istimewa," kata Moore, dikutip BBC.
Serena menanggapi pernyataan kontroversi itu setelah dirinya dikalahkan Azarenka di laga pamungkas. Menurut Serena, Moore sebagai seorang petinggi di turnamen, tidak pantas mengeluarakan kata-kata seperti itu.
"Saya tidak berpikir bahwa setiap petenis wanita di sini harus berlutut seperti itu. Ada banyak petenis wanita di luar saya yang bermain dengan cara yang luar biasa, banyak dari mereka yang menarik untuk ditonton," kata Serena.
Serena pernah memboikot Indian Wells selama 14 tahun sejak 2001 hingga 2015 lalu. Pemenang 19 grand slam tersebut memutuskan tak ingin terlibat dalam turnamen yang diselenggarakan di California itu karena pernah menerima ejekan rasial ketika bertanding.
Ejekan tersebut muncul ketika Serena mengalahkan petenis Belgia, Kim Clijsters di final Indian Wells 2001. Williams dan keluarganya menerima cemoohan penonton sepanjang pertandingan karena sang kakak, Venus, mengundurkan diri dari partai semifinal melawan Serena hanya 20 menit sebelum pertandingan berlangsung. (Baca juga : Kalahkan Raonic, Djokovic Klaim Gelar Kelima di Indian Wells)
Kekalahan tersebut membuat Serena kembali gagal meraih gelar juara di Indian Wells. Pada 2015, Serena untuk kali pertama tampil dalam turnamen itu setelah 14 tahun melakukan aksi boikot di Indian Wells. Sayangnya, pada kesempatan comeback tahun lalu, Serena mundur lantaran cedera lutut.
Saat memastikan lolos ke partai final Indian Wells 2016, Serena terusik dengan komentar CEO turnamen, Raymond Moore. Meski tak langsung ditujukan pada Serena, Moore membuat pernyataan kontroversi dengan membandingkan popularitas petenis pria dan wanita di Indian Wells.
"Jika saya adalah seorang pemain wanita, saya akan turun setiap malam untuk berlutut dan bersyukur kepada Tuhan bahwa Roger Federer dan Rafa Nadal dilahirkan, karena mereka telah membuat olahraga ini benar-benar istimewa," kata Moore, dikutip BBC.
Serena menanggapi pernyataan kontroversi itu setelah dirinya dikalahkan Azarenka di laga pamungkas. Menurut Serena, Moore sebagai seorang petinggi di turnamen, tidak pantas mengeluarakan kata-kata seperti itu.
"Saya tidak berpikir bahwa setiap petenis wanita di sini harus berlutut seperti itu. Ada banyak petenis wanita di luar saya yang bermain dengan cara yang luar biasa, banyak dari mereka yang menarik untuk ditonton," kata Serena.
Serena pernah memboikot Indian Wells selama 14 tahun sejak 2001 hingga 2015 lalu. Pemenang 19 grand slam tersebut memutuskan tak ingin terlibat dalam turnamen yang diselenggarakan di California itu karena pernah menerima ejekan rasial ketika bertanding.
Ejekan tersebut muncul ketika Serena mengalahkan petenis Belgia, Kim Clijsters di final Indian Wells 2001. Williams dan keluarganya menerima cemoohan penonton sepanjang pertandingan karena sang kakak, Venus, mengundurkan diri dari partai semifinal melawan Serena hanya 20 menit sebelum pertandingan berlangsung. (Baca juga : Kalahkan Raonic, Djokovic Klaim Gelar Kelima di Indian Wells)
(bbk)