Perginya Legenda Sarat Prestasi
A
A
A
BARCELONA - Mangkatnya Johan Cruyff merupakan kehilangan besar bagi dunia sepak bola. Legenda asal Belanda itu dianggap sebagai salah satu pesepak bola terhebat sepanjang masa.
Cruyff meninggal dunia pada usia 68 tahun di Barcelona akibat kanker paru-paru. Kabar ini mengejutkan banyak pihak. Ucapan bela sungkawa dan simpati langsung berdatangan melepas kepergian mantan penyerang Ajax Amsterdam dan Barcelona tersebut. (Baca juga: Banjir Ucapan Duka untuk Johan Cruyff di Linimasa)
“Pada 24 Maret 2016, Johan Cruyff (68) meninggal dunia dengan tenang di Barcelona. Dia dikelilingi anggota keluarganya setelah berjuang keras melawan kanker. Ini kesedihan yang luar biasa bagi keluarga. Kami berharap Anda menghormati privasi keluarga almarhum,” jelas perwakilan Cruyff, dilansir guardian.
Pemilik nama lengkap Hendrik Johannes Cruijff itu bukan sosok biasa. Mendiang kelahiran Amsterdam, Belanda, itu punya catatan luar biasa selama masih aktif, baik saat jadi pemain atau pelatih.
Cruyff memulai kisahnya di akademi Ajax mulai 1957-1963. Dia dipromosikan ke tim senior saat berusia 17 tahun. Tidak perlu waktu lama bagi Cruyff untuk menuai pujian. Dia dianggap punya masa cerah setelah mendulang empat gol dari sembilan laga di kompetisi domestik pada debut musimnya.
Prediksi itu benar adanya. Pada musim keduanya, Cruyff menggila dengan menghasilkan 16 gol dari 19 partai di Eredivisie, atau total 25 gol dari 23 penampilan. Hebatnya lagi, musim itu ditutupnya dengan merajai Belanda.
Sejak saat itulah nama Cruyff selalu dielu-elukan. Dia terus berpetualang bersama Ajax sampai 1973 dan hijrah ke Barcelona. Selama berkarir di Belanda, Cruyff mengumpulkan 16 gelar bergengsi, termasuk delapan trofi Eredivisie dan tiga gelar Piala Eropa (Liga Champions).
Torehan Cruyff makin mentereng karena merima sejumlah penghargaan individu. Dia pernah tiga kali dinobatkan Pemain Terbaik Belanda (1968, 1972, 1984) dan dua kali menyabet Ballon d’Or (1971 dan 1973).
Prestasi Cruyff bersama Barcelona tidak kalah hebat. Dia mempersembahkan satu trofi Liga Spanyol (1973/1974) dan Copa del Rey (1977/1978). Kehebatannya ikut diganjar titel Ballon d’Or pada 1974.
Setelah itu Cruyff merambah Los Angeles Aztecs (1979-1980), Washington Diplomats (1980-1981) dan Levante (1981) yang sayangnya tidak berbuah gelar. Tapi, masa paceklik itu usai begitu kembali lagi ke Belanda.
Cruyff hadir lagi ke Amsterdam Arena (1981-1983) dan berhasil merengkuh tiga titel. Dia lalu merapat ke Feyenoord (1983-1984) dan mendulang dua gelar, setelah itu gantung sepatu di usia 37. Selama jadi pemain, Cruyff total mengoleksi 23 gelar.
Meski mereguk sukses besar, Cruyff belum pernah juara bersama Belanda. Dia juga lekat dengan kontroversi. Salah satu kebiasaan buruknya adalah merokok di kamar ganti setelah pertandingan usai.
Setelah vakum setahun, Cruyff alih profesi jadi pelatih. Dia sempat membesut Ajax (1985-1988), Barcelona (1988-1996), dan Katalunya (2009-2013). Torehannya sebagai pelatih juga sangat mentereng. Dia mempersembahkan tiga gelar bagi Ajax, dan 10 trofi untuk El Azulgrana.
Torehan Cruyff yang paling melenggeda selama jadi nakhoda, adalah memperkenalkan sistem Total Football (Totaalvoetbal). Taktik menyerang total itu masih kerap digunakan banyak tim sampai sekarang.
Cruyff meninggal dunia pada usia 68 tahun di Barcelona akibat kanker paru-paru. Kabar ini mengejutkan banyak pihak. Ucapan bela sungkawa dan simpati langsung berdatangan melepas kepergian mantan penyerang Ajax Amsterdam dan Barcelona tersebut. (Baca juga: Banjir Ucapan Duka untuk Johan Cruyff di Linimasa)
“Pada 24 Maret 2016, Johan Cruyff (68) meninggal dunia dengan tenang di Barcelona. Dia dikelilingi anggota keluarganya setelah berjuang keras melawan kanker. Ini kesedihan yang luar biasa bagi keluarga. Kami berharap Anda menghormati privasi keluarga almarhum,” jelas perwakilan Cruyff, dilansir guardian.
Pemilik nama lengkap Hendrik Johannes Cruijff itu bukan sosok biasa. Mendiang kelahiran Amsterdam, Belanda, itu punya catatan luar biasa selama masih aktif, baik saat jadi pemain atau pelatih.
Cruyff memulai kisahnya di akademi Ajax mulai 1957-1963. Dia dipromosikan ke tim senior saat berusia 17 tahun. Tidak perlu waktu lama bagi Cruyff untuk menuai pujian. Dia dianggap punya masa cerah setelah mendulang empat gol dari sembilan laga di kompetisi domestik pada debut musimnya.
Prediksi itu benar adanya. Pada musim keduanya, Cruyff menggila dengan menghasilkan 16 gol dari 19 partai di Eredivisie, atau total 25 gol dari 23 penampilan. Hebatnya lagi, musim itu ditutupnya dengan merajai Belanda.
Sejak saat itulah nama Cruyff selalu dielu-elukan. Dia terus berpetualang bersama Ajax sampai 1973 dan hijrah ke Barcelona. Selama berkarir di Belanda, Cruyff mengumpulkan 16 gelar bergengsi, termasuk delapan trofi Eredivisie dan tiga gelar Piala Eropa (Liga Champions).
Torehan Cruyff makin mentereng karena merima sejumlah penghargaan individu. Dia pernah tiga kali dinobatkan Pemain Terbaik Belanda (1968, 1972, 1984) dan dua kali menyabet Ballon d’Or (1971 dan 1973).
Prestasi Cruyff bersama Barcelona tidak kalah hebat. Dia mempersembahkan satu trofi Liga Spanyol (1973/1974) dan Copa del Rey (1977/1978). Kehebatannya ikut diganjar titel Ballon d’Or pada 1974.
Setelah itu Cruyff merambah Los Angeles Aztecs (1979-1980), Washington Diplomats (1980-1981) dan Levante (1981) yang sayangnya tidak berbuah gelar. Tapi, masa paceklik itu usai begitu kembali lagi ke Belanda.
Cruyff hadir lagi ke Amsterdam Arena (1981-1983) dan berhasil merengkuh tiga titel. Dia lalu merapat ke Feyenoord (1983-1984) dan mendulang dua gelar, setelah itu gantung sepatu di usia 37. Selama jadi pemain, Cruyff total mengoleksi 23 gelar.
Meski mereguk sukses besar, Cruyff belum pernah juara bersama Belanda. Dia juga lekat dengan kontroversi. Salah satu kebiasaan buruknya adalah merokok di kamar ganti setelah pertandingan usai.
Setelah vakum setahun, Cruyff alih profesi jadi pelatih. Dia sempat membesut Ajax (1985-1988), Barcelona (1988-1996), dan Katalunya (2009-2013). Torehannya sebagai pelatih juga sangat mentereng. Dia mempersembahkan tiga gelar bagi Ajax, dan 10 trofi untuk El Azulgrana.
Torehan Cruyff yang paling melenggeda selama jadi nakhoda, adalah memperkenalkan sistem Total Football (Totaalvoetbal). Taktik menyerang total itu masih kerap digunakan banyak tim sampai sekarang.
(mir)