Muhammad Ali dan Selaksa Doa dari Penjuru Dunia
A
A
A
LOUISVILLE - Jenazah Muhammad Ali telah selesai dimakamkan di kampung halamannya di Louisville, Amerika Serikat, Jumat (10/6/2016) waktu setempat atau Sabtu (11/6) waktu Indonesia. Ali telah pergi untuk selamanya, tetapi pemikiran dia begitu melekat di benak setiap orang.
Ali dikenal sebagai seorang petinju yang legendaris dengan tiga gelar juara dunia dan sederet prestasi lain, namun pria dengan nama lahir Cassius Marcellus Clay merupakan pejuang dengan karakter kuat dan pemikiran yang luar biasa.
Lahir di Louisville, 17 januari 1942, Ali kecil mengawali kariernya dengan memenangkan medali emas Olimpiade Roma tahun 1960. Konon, medali tersebut dia buang ke sebuah sungai di Ohio setelah dirinya ditolak masuk oleh pelayan restoran khusus warga kulit putih.
Ali kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam yang diyakininya mengajarkan nilai-nilai kesetaraan antar-umat manusia. Ali mengucapkan dua kalimat syahadat dan mencopot nama Cassius Marcellus.
Di puncak karier tinjunya, Ali menolak program wajib militer yang dibuat pemerintah Amerika Serikat kepada warganya untuk memerangi Vietnam. Sebagai seorang Muslim, dia percaya bahwa agama tidak mengajarkan untuk menyerang orang yang tidak menyerangnya.
Akibat penolakan tersebut, seluruh gelar milik Ali dicopot federasi tinju setempat. Dia jatuh miskin dan kelaparan karena dilarang ikut tinju selama beberapa tahun. Beruntung sahabat Ali pada saat itu datang membantunya.
Lepas dari perjuangan menghadapi masa-masa sulit, dunia mulai mengakui prestasi dan pemikirannya. Ali kemudian menunjukan bakat sebagai negosiator ulung. Dari membujuk orang yang berusaha bunuh diri, hingga bertemu presiden Irak, Saddam Hussein untuk membebaskan 15 tawanan perang.
Pada saat itu dunia melihat bagaimana negosiasi damai bisa terlaksana dalam situasi sulit sekalipun. Ali menjadi anti-teori atas kebijakan perang yang diberlakukan pemerintahnya.
Malang bagi sang bintang. Terangnya meredup seiring usia dan penyakit parkinson yang dia lawan selama 32 tahun lamanya. Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak dan umumnya menyerang orang di usia lanjut.
Detik-detik pemakaman Ali pun menjadi begitu emosional. Lautan manusia mengiringi peti jenazah tempat berbaringnya pria tua, 74 tahun, dengan segudang pengalaman dan prestasi di usia emas. Pria berkulit hitam yang membawa pengaruh besar pada tatanan dinamika sosial dan politik di Amerika Serikat, bahkan di dunia.
Presiden AS Bill Clinton, komedian Billy Crystal dan aktor yang memerankan diriya di film "Ali" - Will Smith, dan jurnalis Bryant Gumbel hingga mantan superstar timnas Inggris, David Beckham hadir di upacara pemakaman Ali. Prosesi pemakaman juga diikuti sejumlah tokoh lintas-agama yang mengirimkannya doa.
Seorang Rabbi Yahudi, Michael Lerner, yang juga editor senior di Majalah Tikkun, mewakili kelompok Yahudi dalam memanjatkan doa. "Kirim rahmat Anda untuk Muhammad Ali dan kirim rahmat Anda untuk mereka yang berkabung atasnya serta jutaan orang di dunia,"
Ali dikenal sebagai seorang petinju yang legendaris dengan tiga gelar juara dunia dan sederet prestasi lain, namun pria dengan nama lahir Cassius Marcellus Clay merupakan pejuang dengan karakter kuat dan pemikiran yang luar biasa.
Lahir di Louisville, 17 januari 1942, Ali kecil mengawali kariernya dengan memenangkan medali emas Olimpiade Roma tahun 1960. Konon, medali tersebut dia buang ke sebuah sungai di Ohio setelah dirinya ditolak masuk oleh pelayan restoran khusus warga kulit putih.
Ali kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam yang diyakininya mengajarkan nilai-nilai kesetaraan antar-umat manusia. Ali mengucapkan dua kalimat syahadat dan mencopot nama Cassius Marcellus.
Di puncak karier tinjunya, Ali menolak program wajib militer yang dibuat pemerintah Amerika Serikat kepada warganya untuk memerangi Vietnam. Sebagai seorang Muslim, dia percaya bahwa agama tidak mengajarkan untuk menyerang orang yang tidak menyerangnya.
Akibat penolakan tersebut, seluruh gelar milik Ali dicopot federasi tinju setempat. Dia jatuh miskin dan kelaparan karena dilarang ikut tinju selama beberapa tahun. Beruntung sahabat Ali pada saat itu datang membantunya.
Lepas dari perjuangan menghadapi masa-masa sulit, dunia mulai mengakui prestasi dan pemikirannya. Ali kemudian menunjukan bakat sebagai negosiator ulung. Dari membujuk orang yang berusaha bunuh diri, hingga bertemu presiden Irak, Saddam Hussein untuk membebaskan 15 tawanan perang.
Pada saat itu dunia melihat bagaimana negosiasi damai bisa terlaksana dalam situasi sulit sekalipun. Ali menjadi anti-teori atas kebijakan perang yang diberlakukan pemerintahnya.
Malang bagi sang bintang. Terangnya meredup seiring usia dan penyakit parkinson yang dia lawan selama 32 tahun lamanya. Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak dan umumnya menyerang orang di usia lanjut.
Detik-detik pemakaman Ali pun menjadi begitu emosional. Lautan manusia mengiringi peti jenazah tempat berbaringnya pria tua, 74 tahun, dengan segudang pengalaman dan prestasi di usia emas. Pria berkulit hitam yang membawa pengaruh besar pada tatanan dinamika sosial dan politik di Amerika Serikat, bahkan di dunia.
Presiden AS Bill Clinton, komedian Billy Crystal dan aktor yang memerankan diriya di film "Ali" - Will Smith, dan jurnalis Bryant Gumbel hingga mantan superstar timnas Inggris, David Beckham hadir di upacara pemakaman Ali. Prosesi pemakaman juga diikuti sejumlah tokoh lintas-agama yang mengirimkannya doa.
Seorang Rabbi Yahudi, Michael Lerner, yang juga editor senior di Majalah Tikkun, mewakili kelompok Yahudi dalam memanjatkan doa. "Kirim rahmat Anda untuk Muhammad Ali dan kirim rahmat Anda untuk mereka yang berkabung atasnya serta jutaan orang di dunia,"
(sha)