Efek Domino Brexit Bisa Ubah Tradisi Liga Inggris
A
A
A
LONDON - Keputusan Britania Raya keluar dari Uni Eropa dipastikan membawa pengaruh pada tatanan politik, ekonomi, sosial dan olahraga. Sepak bola menjadi bidang olahraga yang menghadapi masa depan abu-abu menyusul keputusan tersebut.
Rakyat Inggris telah menentukan sikapnya, dimana mayoritas warga di negeri Ratu Elizabeth memilih 'leave' atau menginginkan Brexit. Artinya, Inggris bakal keluar setelah 43 tahun bergabung dengan blok 28 negara Eropa yang dibentuk 60 tahun lalu.
Beberapa bulan sebelum keputusan ini diambil warga Inggris, wakil presiden klub West Ham United, Karren Brady menulis surat untuk semua klub sepak bola profesional di Inggris, Skotlandia dan Wales.
Dalam surat tersebut, Brady menyebut dunia sepak bola domestik di negara-negara Britania Raya, dihadapkan pada ancaman serius menyusul referendum di Uni Eropa. Dia merujuk pada peraturan FA yang mewajibkan pemain non-Uni Eropa untuk membela negaranya dalam kurun waktu tertentu sebelum diterima tampil di Liga Inggris.
Sebut saja Anthony Martial (Manchester United), N'Golo Kante (Leicester City) dan Dimitri Payet (West Ham United), yang ketiganya berasal dari Prancis. Bisa dipastikan ketiga pemain itu akan ditolak masuk jika tidak memenuhi persyaratan negara Uni Eropa.
Meski begitu, tanggapan lain muncul dari ketua Aosiasi Profesional Pesepakbola, Gordon Taylor yang mengatakan bahwa keputusan tersebut harus di lihat jangka panjang.
Selama ini, klub Inggris dibanjiri bakat-bakat pemain muda yang berasal dari negara Uni Eropa lain. Kemampuan finansial klub untuk memboyong mereka, dianggap membuat pemain muda Inggris tersisih dari tim utama. Sehingga tidak cukup ruang untuk mengembangkan potensi pemain lokal.
Chairman Liga Inggris, Richard Scudamore, mengatakan bakal berangkat ke Brussels untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa terkait masa depan Liga Inggris, pasca-referendum. "Tak ada yang menanggung bekas luka lebih dari saya. Saya harus pergi ke Brussels dan menyarakan kepentingan kami," katanya.
Rakyat Inggris telah menentukan sikapnya, dimana mayoritas warga di negeri Ratu Elizabeth memilih 'leave' atau menginginkan Brexit. Artinya, Inggris bakal keluar setelah 43 tahun bergabung dengan blok 28 negara Eropa yang dibentuk 60 tahun lalu.
Beberapa bulan sebelum keputusan ini diambil warga Inggris, wakil presiden klub West Ham United, Karren Brady menulis surat untuk semua klub sepak bola profesional di Inggris, Skotlandia dan Wales.
Dalam surat tersebut, Brady menyebut dunia sepak bola domestik di negara-negara Britania Raya, dihadapkan pada ancaman serius menyusul referendum di Uni Eropa. Dia merujuk pada peraturan FA yang mewajibkan pemain non-Uni Eropa untuk membela negaranya dalam kurun waktu tertentu sebelum diterima tampil di Liga Inggris.
Sebut saja Anthony Martial (Manchester United), N'Golo Kante (Leicester City) dan Dimitri Payet (West Ham United), yang ketiganya berasal dari Prancis. Bisa dipastikan ketiga pemain itu akan ditolak masuk jika tidak memenuhi persyaratan negara Uni Eropa.
Meski begitu, tanggapan lain muncul dari ketua Aosiasi Profesional Pesepakbola, Gordon Taylor yang mengatakan bahwa keputusan tersebut harus di lihat jangka panjang.
Selama ini, klub Inggris dibanjiri bakat-bakat pemain muda yang berasal dari negara Uni Eropa lain. Kemampuan finansial klub untuk memboyong mereka, dianggap membuat pemain muda Inggris tersisih dari tim utama. Sehingga tidak cukup ruang untuk mengembangkan potensi pemain lokal.
Chairman Liga Inggris, Richard Scudamore, mengatakan bakal berangkat ke Brussels untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa terkait masa depan Liga Inggris, pasca-referendum. "Tak ada yang menanggung bekas luka lebih dari saya. Saya harus pergi ke Brussels dan menyarakan kepentingan kami," katanya.
(sbn)