Marquez: Motivasi Ekstra Bikin Bokong Rossi Tetap di Jok Yamaha

Rabu, 10 Agustus 2016 - 18:01 WIB
Marquez: Motivasi Ekstra Bikin Bokong Rossi Tetap di Jok Yamaha
Marquez: Motivasi Ekstra Bikin Bokong Rossi Tetap di Jok Yamaha
A A A
CATALONIA - Akhir pekan ini, Kejuaraan Dunia MotoGP 2016 akan kembali, memulai putaran kedua atau setengah musim terakhir. Sirkuit Red Bull Ring di Austria bakal mencatat gelaran perdana ajang ini.

Marc Marquez (Repsol Honda) sementara ini memimpin klasemen pembalap MotoGP 2016 dengan nilai 170, unggul masing-masing 48 poin atas peringkat kedua, Jorge Lorenzo (Yamaha Movistar) dan 59 angka dari Valentino Rossi (Yamaha Movistar).

Akan tetapi, dalam sebuah wawancara terbaru dengan surat kabar ternama sedaerahnya (Catalonia), El Mundo Deportivo. Juara dunia MotoGP dua kali itu sama sekali tidak membicarakan perihal taktik apa yang bakal digunakannya buat mempertahankan posisi teratas di klasemen sementara.

Lalu apa saja yang dibicarakan oleh rider berusia 23 tahun itu? Ternyata Marquez bercerita tentang banyak hal, kecuali persaingannya saat ini dengan The Doctor dan Porfuera. Berikut kami sarikan wawancara eksklusifnya yang dimuat pada Selasa (9/8) waktu setempat.

Tanya: Anda selalu rajin tersenyum, tapi usai GP Montmelo (Catalunya), senyum Anda tampak lebih lebar ketimbang biasanya. Apakah sebabnya?
Jawab: “Sensasinya agak langka di Montmelo. Pertama karena tragedi kematian Luis Salom. Saya senang saja finis kedua, karena sirkuit ini selalu menyulitkan kami setiap tahun. Setelah balapan, saya mengambil alih klasemen sementara kejuaraan dunia. Dan yang penting juga ialah saya mendapat jabat tangan dari Valentino Rossi. Saya sudah pernah mengatakan di Valencia, tangan saya selalu tersedia (buat siapapun). Lihat, rival Anda amat sulit untuk di ajak minum atau berpesta, tapi minimal adalah untuk menjalin sebuah hubungan, yang profesional. Kini situasinya telah normal, sudah jelas kalau kami memang tidak akan jadi kawan baik.”

Tanya: Dari sudut pandang citra sebuah olah raga, seberapa pentingnya arti jabat tangan di Montmelo?
Jawab: “Bagi saya itu benar-benar penting karena sejujurnya menurut saya, Valentino memiliki sebuah citra hebat, tidak hanya di MotoGP namun juga di dunia balap motor secara umum. Adalah penting untuk mengembalikan segalanya menjadi normal, karena apa yang terjadi musim lalu benar-benar aneh. Saya pikir orang-orang kebingungan, semuanya angkat bicara dan topiknya menjadi seperti pertandingan sepak bola. Dan saya pikir dunia balap motor berbeda. Kami semua amat bergairah tentang hal-hal yang kami lakukan, kami mengambil banyak risiko di lintasan. Ya, tentu itu (jabat tangan) adalah gestur yang baik, dan dia juga berpikir tentang masa depan kejuaraan ini.”

Tanya: Apakah Anda pikir kejadian yang menimpa Salom menyebabkan Rossi mau ‘berdamai’?
Jawab: “Saya tidak tahu, sungguh saya tidak tahu soal itu. Ini adalah pertanyaan yang seharusnya Anda tanyakan kepadanya (Rossi). Tapi seperti yang saya katakan di Valencia, cepat atau lambat keadaan akan kembali menjadi normal. Bagi saya hal itu datang lebih cepat dari yang saya perkirakan. Tapi hal penting lainnya ialah itu telah terjadi.”

Tanya: Menurut Anda apakah Valentino memiliki ‘kekuatan’ yang luar biasa besar di kejuaraan ini?
Jawab: “Dia memiliki kekuatan itu, ya, tapi dia berhak mendapatkannya. Dia meraih kekuatan itu di lintasan. Dia adalah pembalap MotoGP terbaik, memiliki kekuatan yang lebih besar ketimbang pembalap lainnya.”

Tanya: Tahun lalu dalam sebuah wawancara kita sebelumnya di Malaysia sebelum insiden kontroversial dengan Rossi. Anda mengatakan Valentino adalah pahlawan masa kecil Anda. Apakah itu masih berlaku sampai sekarang?
Jawab: “Ya, tentu saja. Terkadang Anda memiliki seorang pahlawan semasa kecil, dan referensi saya saat itu ialah Valentino serta Pedrosa. Tapi ketika saya bergabung di lintasan dan melihat situasinya. Saya belajar dari setiap orang, dan tentu saya Valentino memiliki pengalaman paling banyak ketimbang lainnya. Di akhir cerita, dia kini jadi rival saya pula di lintasan.”

Tanya: Di putaran pertama musim ini, khususnya pada beberapa balapan awal. Jorge (Lorenzo) dan Anda pernah dapat ‘boooe’ dari para penonton di sirkuit. Bagaimana Anda mengatasi situasi tersebut?
Jawab: “Pertama kalinya saya menemukan hal itu adalah pada balapan Malaysia di podium finis, para penonton mem-boooe saya. Sensasinya amat aneh. Sejak itu, saya merasa makin dekat dengan fans dan segalanya berubah. Tapi saya pikir bahwa segalanya akan kembali menjadi normal. Tentu saja situasi di GP Mugello membuat saya kecewa setelah saya melihat sejumlah spanduk. Di akhir cerita, kami adalah atlet dan harus berlaku profesional. Sejumlah orang akan tetap jadi fans kami, sejumlah orang lainnya memiliki opininya sendiri, tapi kami harus tetap melakukan pekerjaan kami.”

Tanya: Apakah Anda pikir gestur di Montmelo akan mengubah perangai pembalap di lintasan?
Jawab: “Saya pikir itu semua tidak berubah. Karena pada akhirnya, Marc Marquez adalah sama seperti sebelumnya. Dua tahun lalu saya merasa amat nyaman dengan fans, hubungan kami sangat bagus. Sekarang saya masih memiliki banyak fans, meski ada juga yang mem-boooe saya. Fans sejati olah raga ini mungkin mengenakan kostum saya, dan fans sejati lainnya memakai kostum Valentino dan Jorge. Namun ketika mereka melihat balapan yang bagus, mereka menyadarinya dan memberi selamat kepada masing-masing pembalap rival, tanpa memandang mereka fans dari salah satu pembalap.”

Tanya: Marc, Anda dikenal sebagai salah pembalap yang bergaya agresif di lintasan dan berani mengambil risiko. Apakah pada saat Anda membalap Anda merasakan sebuah ketakutan?
Jawab: “Melakukan hal seperti yang saya perbuat, pastinya saya mengambil risiko itu. Tapi itulah yang membuat saya dan tim kami menjadi yang terbaik di dunia. Saya selalu mengatakan hal yang sama soal itu, para pembalap tahu apa risiko balapan di lintasan. Tapi banyak dari kami yang tidak mau berpikir soal itu atau berbicara soal itu. Risiko jelas ada, tapi kami melakukan apa yang menjadi passion kami, bukan membicarakan risiko yang kami hadapi. Jadi ketika sesuatu terjadi seperti yang menimpa Salom. Cara terbaik mengatasi situasi seperti itu ialah kembali ke lintasan. Ya, setiap tahun poin keselamatan pembalap di sirkuit memang hanya sedikit mengalami peningkatan. Tapi kami tahu, walaupun dengan adanya keamanan maksimum, risikonya selalu ada di sana.”

Tanya: Bagaimana soal rasa takut, apakah Anda merasa takut?
Jawab: “Ketika saya sedang menunggangi motor, tidak. Momen di mana saya merasa paling takut saat balapan ialah pada 2013, ketika saya terjatuh di akhir lintasan lurus Mugello yang kecepatannya mencapai 300 km/jam.”

Tanya: Oke, risiko memang selalu ada di lintasan, tapi apa lagi yang dapat ditingkatkan soal keamanan?
Jawab: “Akan terasa sempurna jika sirkuitnya sempurna, lintasannya tidak berlubang atau tidak ada tribun di ujung tikungan, tapi sirkuit balap ya seperti adanya sekarang. Saya bisa katakan kalau standar keamanannya benar-benar sangat tinggi. Apa lagi yang bisa ditingkatkan soal itu? Saya tidak tahu. Di organisasi dunia, orang-orang seperti Capirossi, Uncini dan lain-lain, bekerja keras untuk urusan meningkatkan keamanan pembalap di lintasan. Kami hanya dapat memberi opini dan masukan, karena tugas kami adalah berkonsentrasi saat membalap. Kami tidak dapat memikirkan keduanya secara bersamaan.”

Tanya: Mari berbicara pengalaman Anda di MotoGP, yang musim ini menginjak tahun keempat, dengan dua musim awal amat bagus dan musim lalu berjalan kompleks. Apa yang Anda pelajari dari tahun lalu?
Jawab: “Kesalahan saya amat sederhana. Saya datang pada 2013 dan menang. 2014 adalah musim yang luar biasa, di mana saya memenangkan banyak balapan. Dan 2015 berjalan rumit. Dalam olah raga ini, tidak semuanya ada di tangan anda, dan segalanya tidak bergantung pada Anda. Di akhir 2015, saya memahami kalau yang terpenting di akhir ialah memenangkan kejuaraan, bukan memenangkan setiap balapan. Ada kalanya hasil terbaik diperoleh dari kekalahan kita dalam sebuah balapan tapi kita masih bisa meraih sejumlah poin berharga. Mungkin ini agak sulit dimengerti, tapi saya baru mendapat jawabannya setelah kesulitan memahaminya.”

Tanya: Honda kadang jadi motor terbaik, tapi sekarang tidak. Apakah ini karena kesalahan Anda dalam mengembangkan motor, atau Anda masih belum dapat menghilangkan masalah yang ada pada motor Anda? Apakah ini sebuah kasus yang sama dengan Casey Stoner dalam mengembangkan motor Ducati?
Jawab: “Kurang lebih mirip. Sejujurnya, kami sekarang sedang berada dalam masa sulit. Kami mencoba semuanya, dari berbelok ke kiri atau menikung ke kanan. Motornya (Honda) tidaklah buruk, karena dalam beberapa balapan kami menang, tapi memang motor kami bukanlah yang terbaik saat ini. Kami banyak kehilangan poin, namun kami punya yang lainnya di mana kami kuat di sektor itu. Meski dari segi akselerasi, yang mana merupakan fase termudah dari mempercepat catatan waktu atau kehilangan waktu. Kami ada di titik poin di mana ... Hmm! ... Mengapa harus mengangkat tangan? Kami amat berhati-hati mencoba onderdil dan teknologi pada motor, tapi para mekanik benar-benar telah bekerja keras.”

Tanya: Anda kini memimpin kejuaraan dunia, tapi Dani dan Cruthlow tidak bahagia dengan motor Honda. Mereka berkata bahwa amat tidak mungkin mengendarai motor ini menjadi juara?
Jawab: “Memang bagi saya tahun ini adalah yang terberat (dalam segi motor). Saya butuh berkonsentrasi dalam berbagai aspek. Saya juga harus bekerja keras dengan gaya balap saya, mencoba beradaptasi dengan apa yang kami (tim Honda miliki). Masalahnya, motor pabrikan lain telah meningkat pesat ketimbang motor kami. Banyak teman saya bertanya mengapa saya tidak menggunakan motor 2014 yang telah mengantar saya menang 10 kali beruntun. Jawabannya, jika Anda membandingkan catatan waktu kami saat ini dengan 2014, ternyata lebih cepat motor 2016. Namun catatan waktu kami masih tertinggal ketimbang motor kompetitor. Tentu saja saya ingin punya motor yang mudah dikendarai, tapi realitasnya adalah Honda tidak selalu membuat motor yang mudah dikendarai.”

Tanya: Rossi memulai kariernya di kelas bergengsi bersama Honda, tapi kemudian pindah ke Yamaha karena banyak orang bilang kemenangannya disebabkan faktor motor Honda saat itu adalah motor terbaik. Rossi pindah karena ingin seorang pembalap mendapat respek, bukan dari motornya. Bagaimana filosofi Anda, apakah itu berlaku dengan Honda saat ini?
Jawab: “Tidak, saya tidak tahu dengan apa yang terjadi di masa lalu, tapi yang sekarang tidak seperti itu. Ya, mereka adalah pabrikan dari Jepang, dan Jepang berjarak ribuan kilometer dari Spanyol. Mereka terkadang memiliki mentalitas yang amat berbeda dengan bangsa Eropa, tapi saya merasa baik-baik saja di Honda. Contohnya, saya telah menandatangani perpanjangan kontrak baru dengan mereka karena kini mereka mendengarkan saya. Dua tahun lalu kami hanya berbicara dan berbicara, tapi kami menang dan kami tidak khawatir dengan pesaing. Mereka mengambil jalan mereka sendiri (dan kalah pada 2015). Sekarang mereka mendengar apa yang kami katakan dari pit, kami dan tim saya. Kami sekarang bekerja bersama. Kini kami adalah tim pabrikan, sebuah kesatuan tim.”

Tanya: Ketika Anda menghabiskan musim ini, Anda telah genap enam tahun bersama Honda (sejak Moto2). Apakah menurut Anda, seperti yang telah dilakukan Jorge, Anda akan membutuhkan sebuah skenario perubahan untuk memiliki sebuah tantangan baru kedepannya?
Jawab: “Itu adalah hal y ang tidak bisa saya katakan saat ini, saya tidak tahu itu. Pastinya Anda menginginkan yang terbaik, tapi terkadang Anda mengambil keputusan dari apa yang hati dan perasaan Anda katakan. Perasaan saya kini, walau menjalani musim yang sulit, saya ingin bersama Honda. Saya pernah berbicara dengan Ducati sebelum menandatangani perpanjangan kontrak bersama Honda (awal Juni 2016). Namun perasaan saya mengatakan kalau merek saya masih Honda. Soal apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, saya tidak tahu.”

Tanya: Ketika Anda melihat seorang Valentino di usia 37 tahun masih terus fit dan bertarung dengan hebat. Apakah Anda melihat diri Anda sendiri nantinya pada usia segitu akan memiliki motivasi serupa?
Jawab: “Normalnya, pembalap MotoGP pensiun pada usia antara 32-34 tahun. Tapi Valentino sungguh luar biasa. Dia sudah 37 dan masih berpeluang merebut juara dunia, yang mana itu patut mendapat respek. Tapi itu adalah hal yang Anda tidak pernah tahu (terjadi pada saya). Dia telah menemukan motivasi tambahan melalui akademi pembalap muda yang dia rintis dan itulah yang membuat bo****nya tetap berada di jok motor yamaha.”
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6946 seconds (0.1#10.140)
pixels