Juan Martin del Potro Terus Pelihara Naluri Membunuh
A
A
A
NEW YORK - Sosok petenis ini terus menjadi pembicaraan. Juan Martin del Porto, petenis Argentina berhasil menyita perhatian publik setelah menyingkirkan sejumlah petenis top dunia. Del Porto pun berjanji akan meneruskan naluri membunuhnya.
Pecinta tenis dunia tentunya belum melupakan bagaimana del Porto mempermalukan Novak Djokovic di Olimpiade 2016. Hebatnya, del Porto bisa melesat sampai babak final sebelum ditaklukkan Andy Murray.
Di pentas AS Terbuka, nama del Porto sebenarnya bukan petenis asing. Meski kerap gagal menembus ketatnya persaingan, sejarah pernah dibuat pria berusia 27 tahun pada 2009. Del Porto secara meyakinkan mengangkat trofi seri grand slam terakhir itu setelah menumbangkan Roger Federer.
"Itu seperti baru terjadi kemarin," ucap del Porto mengomentari kemenangannya 2009, seperti dikutip Reuters, Senin (29/8/2016). Anda mempunyai kenangan indah di turnamen ini, di kota ini dan di stadion ini. Sekarang saya tidak tahu apakah saya bisa mengulanginya."
Di antara sejumlah petenis dunia, del Porto memang tidak begitu moncer namanya. Tapi siapa nyana jika prestasi besar selalu akrab dengannya, salah satunya olimpiade. Di dua edisi terakhir, del Porto selalu mendulang medali.
"Enam bulan lalu, saya tidak bermain. Bahkan, saya nyaris untuk berhenti bermain tahun lalu. Jadi saya tak peduli saya ada di ada di posisi 10, 50 atau 100 besar dunia," ungkapnya.
"Saat saya masuk lapangan, melihat kerumunan, mendengar teriakan untuk saya, itu sudah sangat luar biasa. Saya tidak peduli peringkat atau menang dalam turnamen," imbuhnya.
Pecinta tenis dunia tentunya belum melupakan bagaimana del Porto mempermalukan Novak Djokovic di Olimpiade 2016. Hebatnya, del Porto bisa melesat sampai babak final sebelum ditaklukkan Andy Murray.
Di pentas AS Terbuka, nama del Porto sebenarnya bukan petenis asing. Meski kerap gagal menembus ketatnya persaingan, sejarah pernah dibuat pria berusia 27 tahun pada 2009. Del Porto secara meyakinkan mengangkat trofi seri grand slam terakhir itu setelah menumbangkan Roger Federer.
"Itu seperti baru terjadi kemarin," ucap del Porto mengomentari kemenangannya 2009, seperti dikutip Reuters, Senin (29/8/2016). Anda mempunyai kenangan indah di turnamen ini, di kota ini dan di stadion ini. Sekarang saya tidak tahu apakah saya bisa mengulanginya."
Di antara sejumlah petenis dunia, del Porto memang tidak begitu moncer namanya. Tapi siapa nyana jika prestasi besar selalu akrab dengannya, salah satunya olimpiade. Di dua edisi terakhir, del Porto selalu mendulang medali.
"Enam bulan lalu, saya tidak bermain. Bahkan, saya nyaris untuk berhenti bermain tahun lalu. Jadi saya tak peduli saya ada di ada di posisi 10, 50 atau 100 besar dunia," ungkapnya.
"Saat saya masuk lapangan, melihat kerumunan, mendengar teriakan untuk saya, itu sudah sangat luar biasa. Saya tidak peduli peringkat atau menang dalam turnamen," imbuhnya.
(bbk)