Walau Hanya Dapat Dana Separuh, Bukan Halangan Untuk Raih Emas
A
A
A
BANDUNG - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menambah satu emas PON XIX 2016 Jawa Barat dari cabang panahan. Okka Bagus Subekti berdiri di podium pertama setelah jadi yang terbaik di kategori Total Jarak Nasional Putra.
Tampil di Lapangan Panahan Gelora Sabilulungan Jalak Harupat, Jum'at (23/9/2016), Okka berhasil mengalahkan pesaing utamanya Fadli (Kalimantan Timur) dan M Fadhil (Riau) di babak final.
Okka jadi juara setelah mengumpulkan total 989 poin, yaitu 344 poin di jarak 30 m, dan 327 poin di jarak 40 m, serta 318 poin di jarak 50 m. Sedangkan Fadli dan Fadhil masing-masing meraih 977 dan 967 poin. Alhasil, mereka merebut medali perak dan perunggu.
“Senang sekali dapat medali emas, apalagi belum pernah ikut PON. Nggak bisa berkata-kata, sempat telepon orang tua, beliau senang sekali saya dapat emas. Yang berat tadi (23/9/2016) dengan Kaltim, poinnya selisih sedikit,” ujar Okka kepada Sindonews.
Merki berstatus atlet puslatda mandiri, tidak menghalangi Okka mengukir prestasi. Apalagi, persiapan dan latihan yang dijalani tidak jauh beda dengan atlet puslatda unggulan maupun reguler panahan lainnya.
Cuma dari segi pembiayaan saja tidak sama. Atlet puslatda dan reguler dalam persiapannya menghadapi PON XIX 2016 menerima akomodasi penuh dari KONI DIY. Sedangkan atlet puslatda mandiri hanya mendapat pembiayaan 50% lantaran terbatasnya anggaran.
Okka tetap nekad bertanding meski sebelumnya sempat diberikan pilihan apakah akan ikut atau tidak ke Bandung jika sekirannya tidak mampu membiayai sisa kontribusi keikutsertaan PON.
Rintangan itu justru membuat anak ketiga dari tiga bersaudara ini makin termotivasi meraih prestasi di kancah nasional. Keberanian serta kerja keras pelajar kelahiran Bantul 19 Oktober 1999 itu terbukti membuahkan hasil luar biasa
“Mandiri sama saja dengan reguler (latihannya), untuk pembiayaan tidak ada masalah karena dibantu KONI Bantul, Pengcab dan Pengda. Dulu tahu panahan karena ikut-ikutan dan termotivasi orang tua, biar ada aktivitas. Ternyata sampai sekarang pun tetap senang dengan panahan,” pungkasnya.
Tampil di Lapangan Panahan Gelora Sabilulungan Jalak Harupat, Jum'at (23/9/2016), Okka berhasil mengalahkan pesaing utamanya Fadli (Kalimantan Timur) dan M Fadhil (Riau) di babak final.
Okka jadi juara setelah mengumpulkan total 989 poin, yaitu 344 poin di jarak 30 m, dan 327 poin di jarak 40 m, serta 318 poin di jarak 50 m. Sedangkan Fadli dan Fadhil masing-masing meraih 977 dan 967 poin. Alhasil, mereka merebut medali perak dan perunggu.
“Senang sekali dapat medali emas, apalagi belum pernah ikut PON. Nggak bisa berkata-kata, sempat telepon orang tua, beliau senang sekali saya dapat emas. Yang berat tadi (23/9/2016) dengan Kaltim, poinnya selisih sedikit,” ujar Okka kepada Sindonews.
Merki berstatus atlet puslatda mandiri, tidak menghalangi Okka mengukir prestasi. Apalagi, persiapan dan latihan yang dijalani tidak jauh beda dengan atlet puslatda unggulan maupun reguler panahan lainnya.
Cuma dari segi pembiayaan saja tidak sama. Atlet puslatda dan reguler dalam persiapannya menghadapi PON XIX 2016 menerima akomodasi penuh dari KONI DIY. Sedangkan atlet puslatda mandiri hanya mendapat pembiayaan 50% lantaran terbatasnya anggaran.
Okka tetap nekad bertanding meski sebelumnya sempat diberikan pilihan apakah akan ikut atau tidak ke Bandung jika sekirannya tidak mampu membiayai sisa kontribusi keikutsertaan PON.
Rintangan itu justru membuat anak ketiga dari tiga bersaudara ini makin termotivasi meraih prestasi di kancah nasional. Keberanian serta kerja keras pelajar kelahiran Bantul 19 Oktober 1999 itu terbukti membuahkan hasil luar biasa
“Mandiri sama saja dengan reguler (latihannya), untuk pembiayaan tidak ada masalah karena dibantu KONI Bantul, Pengcab dan Pengda. Dulu tahu panahan karena ikut-ikutan dan termotivasi orang tua, biar ada aktivitas. Ternyata sampai sekarang pun tetap senang dengan panahan,” pungkasnya.
(mir)