Dalam Tiga Tahun, CAS Ibarat Penyelamat Karier Petenis
A
A
A
LAUSANNE - Maria Sharapova bukan atlet tenis pertama yang mendapat keringanan hukuman dari Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Tiga tahun lalu CAS pernah membuat keputusan yang sama kepada Marin Cilic dan Viktor Troicki.
Cilic terbukti mengonsumsi nikethamide setelah melakukan tes usai Munich Terbuka pada April 2013. Saat itu Federasi Tenis Internasional (ITF) menilai petenis Kroasia sengaja mengonsumsi substansi zat terlarang tersebut melalui tablet glukosa Coramine yang telah dibelinya dari apotek.
ITF pun akhirnya menjatuhkan hukuman sembilan bulan. Namun Cilic tak tinggal diam dan ia pun mengajukan banding ke CAS. Usahanya berbuah hasil di mana CAS akhirnya mengurangi hukuman dengan alasan sanksi yang dijatuhkan ITF terlalu berat dan ini dilihat dari pandangan tingkat kesalahannya.
Hal serupa juga pernah dialami Troicki. CAS memotong hukuman 18 bulan yang dijatuhkan ITF menjadi satu tahun (12 bulan). Adapun Sharapova mendapat pengurangan hukuman menjadi 15 tahun dari vonis dua tahun yang dijatuhkan ITF.
Dengan demikian, Sharapova dipastikan bakal tampil di lapangan tenis pada April 2017 mendatang atau sebelum gelaran bergengsi Prancis Terbuka berlangsung pada Mei. Kemungkinan petenis cantik berambut pirang tersebut akan diberikan wildcard untuk bermain di Roland Garros mengingat peringkat dunianya mengalami penurunan ke-95.
Sebagai ajang pemanasan kemungkinan Sharapova bakal turun di turnamen Stuttgart Terbuka 2016. Menurut seorang analis BBC Sport, Russell Fuller mengatakan bahwa mantan kekasih Grigor Dimitrov membutuhkan waktu untuk mengasah ketajamannya. Apalagi tahun depan usianya sudah 30 tahun.
"Inti dari masalah ini adalah bahwa CAS membuat keputusan yang wajar untuk Sharapova. Dan dalam tiga tahun terakhir, baik Cilic maupun Troicki juga menerima potongan hukuman lantaran ketidaktahuan informasi tentang larangan obat terlarang," ungkap Fuller, Rabu (5/10/2016).
Baca juga:
CAS 'Sunat' Hukuman Maria Sharapova
Cilic terbukti mengonsumsi nikethamide setelah melakukan tes usai Munich Terbuka pada April 2013. Saat itu Federasi Tenis Internasional (ITF) menilai petenis Kroasia sengaja mengonsumsi substansi zat terlarang tersebut melalui tablet glukosa Coramine yang telah dibelinya dari apotek.
ITF pun akhirnya menjatuhkan hukuman sembilan bulan. Namun Cilic tak tinggal diam dan ia pun mengajukan banding ke CAS. Usahanya berbuah hasil di mana CAS akhirnya mengurangi hukuman dengan alasan sanksi yang dijatuhkan ITF terlalu berat dan ini dilihat dari pandangan tingkat kesalahannya.
Hal serupa juga pernah dialami Troicki. CAS memotong hukuman 18 bulan yang dijatuhkan ITF menjadi satu tahun (12 bulan). Adapun Sharapova mendapat pengurangan hukuman menjadi 15 tahun dari vonis dua tahun yang dijatuhkan ITF.
Dengan demikian, Sharapova dipastikan bakal tampil di lapangan tenis pada April 2017 mendatang atau sebelum gelaran bergengsi Prancis Terbuka berlangsung pada Mei. Kemungkinan petenis cantik berambut pirang tersebut akan diberikan wildcard untuk bermain di Roland Garros mengingat peringkat dunianya mengalami penurunan ke-95.
Sebagai ajang pemanasan kemungkinan Sharapova bakal turun di turnamen Stuttgart Terbuka 2016. Menurut seorang analis BBC Sport, Russell Fuller mengatakan bahwa mantan kekasih Grigor Dimitrov membutuhkan waktu untuk mengasah ketajamannya. Apalagi tahun depan usianya sudah 30 tahun.
"Inti dari masalah ini adalah bahwa CAS membuat keputusan yang wajar untuk Sharapova. Dan dalam tiga tahun terakhir, baik Cilic maupun Troicki juga menerima potongan hukuman lantaran ketidaktahuan informasi tentang larangan obat terlarang," ungkap Fuller, Rabu (5/10/2016).
Baca juga:
CAS 'Sunat' Hukuman Maria Sharapova
(sbn)