City Tetap Butuh Adaptasi dengan Taktik Guardiola
A
A
A
MANCHESTER - Superioritas Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola kembali terbukti bisa diredam saat The Citizen ditahan imbang Everton di Etihad Stadium, Sabtu (15/10/2016). Hal itu membuat kiper Claudio Bravo mengirim pesan kepada pelatih berkepala plontos agar bersabar untuk melihat para pemain bisa menerapkan taktiknya.
Kedatangan Guardiola sebagai pelatih anyar City memang sempat menimbulkan harapan positif. Bagaimana tidak, dalam sepuluh laga awal, Sergio Aguero dkk tak tersentuh kekalahan.
Setelah membuka pekan pertama Liga Inggris 2016/2017 dengan kemenangan atas Sunderland 2-1, City mulai menunjukkan agresivitas permainan menyerang nan indah ala Guardiola di pekan-pekan selanjutnya. Mulai dari menggasak Steau Bucharest 5-0 di Liga Champions, hingga menggebuk AFC Bournemouth 4-0.
Bahkan ujian melawan tim kuat seperti Manchester United bisa dilewati dengan mulus. Dalam Derby Manchester pertamanya, Guardiola membawa City menangkan laga dengan skor 1-2 di Old Trafford.
Tapi seperti ungkapan tak ada gading yang tak retak, celah dalam taktik Guardiola di City akhirnya ditemukan. Berawal saat ditahan imbang Celtic 3-3 di lanjutan Liga Champions akhir September lalu, City yang kemenangan beruntunnya berhasil dipatahkan langsung drop dalam dua pertandingan pertama di bulan Oktober.
Kekalahan pertama bahkan diraih ketika bertandang ke White Hart Lane dua pekan lalu. Melawan Tottenham Hotspur, City menyerah 0-2 berkat gol bunuh diri Aleksandar Kolarov dan sepakan Dele Alli.
Guardiola jelas tak berdiam diri. Perubahan ia lakukan di mana mengubah taktik 4-2-3-1 saat melawan Tottenham menjadi 3-4-3 saat melawan Everton. Namun penggunaan taktik di mana menitikberatkan serangan balik yang dilancarkan pemain eksplosif semacam Aguero, De Bruyne, Iheanacho, Sane dan Silva nyatanya malah menimbulkan celah di lini pertahanan.
Gol Everton terjadi berkat kejelian lawan melihat celah tersebut. Kemampuan Lukaku merobek pertahanan dari sayap berujung gol yang bersarang ke gawang Bravo. Meski harusnya bisa menang secara beruntung berkat dua penalti yang didapat Aguero dan De Bruyne, City harus puas bermain imbang 1-1 setelah Nolito jadi penyelamat di menit ke-72. (Baca Juga: Gagal Eksekusi Penalti, Manchester City Urung Raih Angka Penuh)
Tiga pertandingan tanpa kemenangan itu yang langsung disoroti Bravo. Seperti dikutip Daily Mail, Senin (17/10/2016), eks kiper Barcelona menilai sebagus apapun taktik Guardiola, pemain City tetap dinilai butuh waktu untuk bisa menerapkannya dengan baik.
"Ini begitu cepat dan menjengkelkan. City telah mengubah cara mereka bermain sebelumnya di Inggris. Tapi pembahasan yang baru akan segera datang. Saya sendiri cukup tenang sebab saya baru di sini dan sedang bersaing," tuturnya.
"Kami mengenal pemain lain serta cara bermain tim ini. Dan, anda tidak akan bisa belajar itu (taktik Guardiola) dalam semalam,"
"Kami memikirkan apa yang sudah terjadi. Kami harusnya bisa mengambil tiga poin dari apa yang kami mainkan, tapi itu tidak terjadi," tegasnya.
Bravo pun akhirnya menyadari betapa kerasnya persaingan di Liga Inggris. Ia pun lebih memilih belajar dari kekalahan ketimbang terus menerus memikirkannya.
"Saya melihat Liga Inggris punya daya tarik tersendiri. Setiap tim lebih seimbang. Secara fisik juga lebih superior ketimbang Liga Spanyol dan dengan permainan yang cepat tentunya. Saya kira tidak ada yang memandang (hasil imbang atas Everton) adalah sesuatu yang negatif," tutupnya.
Kedatangan Guardiola sebagai pelatih anyar City memang sempat menimbulkan harapan positif. Bagaimana tidak, dalam sepuluh laga awal, Sergio Aguero dkk tak tersentuh kekalahan.
Setelah membuka pekan pertama Liga Inggris 2016/2017 dengan kemenangan atas Sunderland 2-1, City mulai menunjukkan agresivitas permainan menyerang nan indah ala Guardiola di pekan-pekan selanjutnya. Mulai dari menggasak Steau Bucharest 5-0 di Liga Champions, hingga menggebuk AFC Bournemouth 4-0.
Bahkan ujian melawan tim kuat seperti Manchester United bisa dilewati dengan mulus. Dalam Derby Manchester pertamanya, Guardiola membawa City menangkan laga dengan skor 1-2 di Old Trafford.
Tapi seperti ungkapan tak ada gading yang tak retak, celah dalam taktik Guardiola di City akhirnya ditemukan. Berawal saat ditahan imbang Celtic 3-3 di lanjutan Liga Champions akhir September lalu, City yang kemenangan beruntunnya berhasil dipatahkan langsung drop dalam dua pertandingan pertama di bulan Oktober.
Kekalahan pertama bahkan diraih ketika bertandang ke White Hart Lane dua pekan lalu. Melawan Tottenham Hotspur, City menyerah 0-2 berkat gol bunuh diri Aleksandar Kolarov dan sepakan Dele Alli.
Guardiola jelas tak berdiam diri. Perubahan ia lakukan di mana mengubah taktik 4-2-3-1 saat melawan Tottenham menjadi 3-4-3 saat melawan Everton. Namun penggunaan taktik di mana menitikberatkan serangan balik yang dilancarkan pemain eksplosif semacam Aguero, De Bruyne, Iheanacho, Sane dan Silva nyatanya malah menimbulkan celah di lini pertahanan.
Gol Everton terjadi berkat kejelian lawan melihat celah tersebut. Kemampuan Lukaku merobek pertahanan dari sayap berujung gol yang bersarang ke gawang Bravo. Meski harusnya bisa menang secara beruntung berkat dua penalti yang didapat Aguero dan De Bruyne, City harus puas bermain imbang 1-1 setelah Nolito jadi penyelamat di menit ke-72. (Baca Juga: Gagal Eksekusi Penalti, Manchester City Urung Raih Angka Penuh)
Tiga pertandingan tanpa kemenangan itu yang langsung disoroti Bravo. Seperti dikutip Daily Mail, Senin (17/10/2016), eks kiper Barcelona menilai sebagus apapun taktik Guardiola, pemain City tetap dinilai butuh waktu untuk bisa menerapkannya dengan baik.
"Ini begitu cepat dan menjengkelkan. City telah mengubah cara mereka bermain sebelumnya di Inggris. Tapi pembahasan yang baru akan segera datang. Saya sendiri cukup tenang sebab saya baru di sini dan sedang bersaing," tuturnya.
"Kami mengenal pemain lain serta cara bermain tim ini. Dan, anda tidak akan bisa belajar itu (taktik Guardiola) dalam semalam,"
"Kami memikirkan apa yang sudah terjadi. Kami harusnya bisa mengambil tiga poin dari apa yang kami mainkan, tapi itu tidak terjadi," tegasnya.
Bravo pun akhirnya menyadari betapa kerasnya persaingan di Liga Inggris. Ia pun lebih memilih belajar dari kekalahan ketimbang terus menerus memikirkannya.
"Saya melihat Liga Inggris punya daya tarik tersendiri. Setiap tim lebih seimbang. Secara fisik juga lebih superior ketimbang Liga Spanyol dan dengan permainan yang cepat tentunya. Saya kira tidak ada yang memandang (hasil imbang atas Everton) adalah sesuatu yang negatif," tutupnya.
(sha)