Lorenzo Diminta Jangan Takut Balapan di Trek Basah
A
A
A
MELBOURNE - Jorge Lorenzo cuma mampu finis keenam saat tampil di Grand Prix MotoGP Australia, akhir pekan lalu. Hasil minor tersebut seolah jadi penutup akhir pekan kelabu yang lewati pembalap Spanyol.
Gambaran itulah yang dilontarkan Randy Mamola, legenda balap kelas 500cc, perihal penampilan juara dunia MotoGP 2015. Mamola menilai, finis di bawah Cal Crutchlow, Valentino Rossi, Maverick Vinales, Andrea Dovizioso, Pol Espargaro menunjukkan Lorenzo punya masalah 'keberanian' saat berpacu di Sirkuit Phillip Island.
"Jorge Lorenzo ragu dan itulah hal yang terburuk yang bisa terjadi pada pembalap MotoGP. Dia takut segalanya, baik terjatuh atau dirinya terluka," tutur Mamola dalam tulisannya di kolom motorsport, Rabu (26/10/2016).
Dalam tulisannya, Mamola coba mengurai penampilan Lorenzo sejak sesi latihan bebas pertama, Jumat (21/10) hingga balapan GP Australia yang berlangsung Minggu (23/10). Dari semua rangkaian seri balap ke-16, Lorenzo memang gagal bersaing dengan Rossi dan Marquez, atau bahkan Dovizioso dan Vinales.
Di sesi latihan pertama, Lorenzo langsung menempati posisi 19. Di sesi ketiga, setelah sesi kedua dibatalkan lantaran hujan deras, pembalap berusia 29 tahun bahkan jadi juru kunci, berada di posisi 21.
Di sesi keempat, Lorenzo naik ke posisi 11. Di sesi kualifikasi, pembalap Movistar Yamaha itu mengakhiri persiapannya dengan menempati posisi ke-12. Hingga akhirnya dalam balapan sesungguhnya, prestasi terbaiknya mentok di peringkat enam.
Hasil itu memang tak lebih baik ketimbang rekan setimnya, Valentino Rossi. The Doctor sukses jadi runner up di sesi pertama (sebelum dihukum turun ke posisi 20 di FP2 lantaran melanggar jumlah lap penggunaan ban supersoft Michelin), lalu ke-12 di sesi ketiga, dan di kualifikasi menempati peringkat 15.
Namun Rossi tampil gemilang saat race sesungguhnya. Memulai start dari baris kelima, Ia finis di posisi kedua dan akhirnya mendulang 20 poin. Angka yang membuatnya cukup aman untuk menggenggam status runner up di akhir musim.
Mamola menulis jika Lorenzo tidak menunjukkan kapasitasnya sebagai pemilik tiga gelar juara dunia MotoGP. Tampil loyo, lambat, dan gagal bersaing dengan pembalap yang kemampuannya kurang mumpuni sekalipun jadi penilaian utamanya.
Mamola menyayangkan Lorenzo tidak bisa menyelesaikan masalahnya, khususnya pada ban Michelin yang memang sangat menguras emosi pembalap selama tampil di Australia. "Versi yang kita lihat di Australia, Ia tidak mampu meraih banyak kesuksesan seperti yang sudah-sudah," imbuhnya.
Ada pun soal Lorenzo yang seolah trauma dengan insiden Scott Redding dan Loris Baz lantaran terjatuh dengan ban Michelin di pengujian Malaysia awal tahun lalu, menurut Mamola bukan alasan. Sebab, pembalap lain terbukti bisa mengatasi kendala tersebut meski faktanya masih kerap dibuat frustrasi ban asal Prancis di beberapa seri balap musim ini.
Mamola menyontohkan, Marquez bisa membenahi pengaturan motornya dan Rossi mempelajari gaya balapan untuk mengatasi 'liarnya' ban Michelin. "Tapi Lorenzo sejauh ini tidak bisa menemukan solusi atas masalahnya tersebut, baik di ban bagian depan dan belakang,"
Mamola menegaskan, kritikan ini bukan hanya mengingatkan Lorenzo soal kekurangannya musim ini. Catatan serupa dianggap Mamola bakal berperan besar untuk mengetahui performa Lorenzo bersama Ducati, timnya musim depan.
Kesimpulannya, Mamola menilai Lorenzo masih trauma dengan beberapa kecelakannya ketika balapan di trek basah. Namun seharunya, Porfuera bisa segera melawan rasa takutnya untuk membuktikan tidak punya masalah dengan kondisi balapan apapun.
Gambaran itulah yang dilontarkan Randy Mamola, legenda balap kelas 500cc, perihal penampilan juara dunia MotoGP 2015. Mamola menilai, finis di bawah Cal Crutchlow, Valentino Rossi, Maverick Vinales, Andrea Dovizioso, Pol Espargaro menunjukkan Lorenzo punya masalah 'keberanian' saat berpacu di Sirkuit Phillip Island.
"Jorge Lorenzo ragu dan itulah hal yang terburuk yang bisa terjadi pada pembalap MotoGP. Dia takut segalanya, baik terjatuh atau dirinya terluka," tutur Mamola dalam tulisannya di kolom motorsport, Rabu (26/10/2016).
Dalam tulisannya, Mamola coba mengurai penampilan Lorenzo sejak sesi latihan bebas pertama, Jumat (21/10) hingga balapan GP Australia yang berlangsung Minggu (23/10). Dari semua rangkaian seri balap ke-16, Lorenzo memang gagal bersaing dengan Rossi dan Marquez, atau bahkan Dovizioso dan Vinales.
Di sesi latihan pertama, Lorenzo langsung menempati posisi 19. Di sesi ketiga, setelah sesi kedua dibatalkan lantaran hujan deras, pembalap berusia 29 tahun bahkan jadi juru kunci, berada di posisi 21.
Di sesi keempat, Lorenzo naik ke posisi 11. Di sesi kualifikasi, pembalap Movistar Yamaha itu mengakhiri persiapannya dengan menempati posisi ke-12. Hingga akhirnya dalam balapan sesungguhnya, prestasi terbaiknya mentok di peringkat enam.
Hasil itu memang tak lebih baik ketimbang rekan setimnya, Valentino Rossi. The Doctor sukses jadi runner up di sesi pertama (sebelum dihukum turun ke posisi 20 di FP2 lantaran melanggar jumlah lap penggunaan ban supersoft Michelin), lalu ke-12 di sesi ketiga, dan di kualifikasi menempati peringkat 15.
Namun Rossi tampil gemilang saat race sesungguhnya. Memulai start dari baris kelima, Ia finis di posisi kedua dan akhirnya mendulang 20 poin. Angka yang membuatnya cukup aman untuk menggenggam status runner up di akhir musim.
Mamola menulis jika Lorenzo tidak menunjukkan kapasitasnya sebagai pemilik tiga gelar juara dunia MotoGP. Tampil loyo, lambat, dan gagal bersaing dengan pembalap yang kemampuannya kurang mumpuni sekalipun jadi penilaian utamanya.
Mamola menyayangkan Lorenzo tidak bisa menyelesaikan masalahnya, khususnya pada ban Michelin yang memang sangat menguras emosi pembalap selama tampil di Australia. "Versi yang kita lihat di Australia, Ia tidak mampu meraih banyak kesuksesan seperti yang sudah-sudah," imbuhnya.
Ada pun soal Lorenzo yang seolah trauma dengan insiden Scott Redding dan Loris Baz lantaran terjatuh dengan ban Michelin di pengujian Malaysia awal tahun lalu, menurut Mamola bukan alasan. Sebab, pembalap lain terbukti bisa mengatasi kendala tersebut meski faktanya masih kerap dibuat frustrasi ban asal Prancis di beberapa seri balap musim ini.
Mamola menyontohkan, Marquez bisa membenahi pengaturan motornya dan Rossi mempelajari gaya balapan untuk mengatasi 'liarnya' ban Michelin. "Tapi Lorenzo sejauh ini tidak bisa menemukan solusi atas masalahnya tersebut, baik di ban bagian depan dan belakang,"
Mamola menegaskan, kritikan ini bukan hanya mengingatkan Lorenzo soal kekurangannya musim ini. Catatan serupa dianggap Mamola bakal berperan besar untuk mengetahui performa Lorenzo bersama Ducati, timnya musim depan.
Kesimpulannya, Mamola menilai Lorenzo masih trauma dengan beberapa kecelakannya ketika balapan di trek basah. Namun seharunya, Porfuera bisa segera melawan rasa takutnya untuk membuktikan tidak punya masalah dengan kondisi balapan apapun.
(bbk)