Bek Chelsea di Antara Ayah Pahlawan Barcelona dan Kakek Legenda Madrid

Rabu, 15 Maret 2017 - 19:03 WIB
Bek Chelsea di Antara...
Bek Chelsea di Antara Ayah Pahlawan Barcelona dan Kakek Legenda Madrid
A A A
LONDON - Antonio Conte meminta Chelsea buat mengeluarkan uang 24 juta Poundsterling buat mendapatkan jasa Marcos Alonso Mendoza dari Fiorentina pada musim panas 2016. Namun nilai uang segitu, tampaknya sudah terbayar lunas hingga detik ini.

Karena setidaknya sejauh ini, Alonso sudah jadi pilihan utama Conte di sisi kiri The Blues. Mau tidak mau, 22 penampilan plus 4 gol yang disumbangkan pemain 26 tahun itu, ikut berjasa mengantar Chelsea kokoh di puncak klasemen sementara Liga Primer Inggris (EPL) 2016/2017, plus melaju ke semifinal Piala FA.

Kesuksesan bersama Chelsea, ibarat kata merupakan perjalanan panjang pemain asal Spanyol ini setelah mengawali karier di tim akademi sepak bola Real Madrid (1999-2008). Tampil lumayan di tim Castilla (Real Madrid B 2008-2010). Dia sempat mencicipi sekali mentas untuk tim senior Los Blancos.

Tapi setelah itu, Alonso memilih hijrah ke EPL bersama Bolton Wanderers pada musim panas 2010. Fiorentina mencium bakat hebatnya dan menarik pemain bertinggi badan 188 cm itu ke Stadio Artemio Franchi pada musim panas 2013.

Tapi Gustavo Poyet tahu, di skuat utama I Viola, Alonso belum dapat tempat. Karena itu, Poyet menariknya lagi ke EPL buat dipinjam oleh Sunderland yang dibawanya selamat dari degradasi. Namun tak hanya Poyet yang tahu bakat hebatnya, Vincenzo Montella segera memulangkan kembali Alonso ke Firenze dan mulai menikmati kemampuan Alonso yang sebenarnya. Hingga akhirnya Antonio Conte melabuhkannya di Stadion Stamford Bridge musim panas 2016.

Namun mungkin belum banyak yang tahu, rupanya performa moncer Alonso seakan telah menurun dari keluarga besarnya. Ya, karena dia adalah lanjutan dinasti aristokrat Spanyol generasi ketiga di sepak bola profesional dunia.

DNA pemenang dan gelar, tampaknya diwariskan oleh ayah Alonso yang bernama lengkap Marcos Alonso Pena. Dikenal sebagai Marcos, dia adalah bintang Barcelona yang memenangkan gelar La Liga Spanyol bersama pelatih Terry Venables pada 1985, hingga bermain bersama bintang-bintang dunia macam Diego Maradona serta Gary Lineker.

Lucunya, Marcos mengawali pendidikan sepak bola junior di Real Madrid, seperti halnya ayahnya. Tapi saat senior, dia malah pindah ke Atletico Madrid. Lalu pada 1982, dia tercatat sebagai pesepak bola dengan transfer termahal di Spanyol ketika diboyong Barcelona senilai 150 juta pesetas (sekitar 800 ribu Poundsterling). Walau beberapa pekan kemudian, Maradona didatangkan Los Blaugrana untuk 5 juta Poundsterling.

Marcos lalu mencetak gol sundulan spektakuler di injury time final Copa del Rey 1983 dengan mengalahkan Real Madrid 2-1. Tapi pemain yang berposisi di sayap ini, juga masuk bagian salah satu dari empat pemain El Barca yang gagal dalam adu penalti final European Cup 1986 vs Steaua Bucharest.

Sebelum pensiun pada 1991, Marcos mencatat 22 caps untuk Timnas Spanyol. Setelah itu, dia pernah jadi pelatih Atletico Madrid, Rayo Vallecano, Racing Santander, Sevilla, Real Zaragoza, Real Valladolid, Malaga, dan terakhir Granada 74 pada 2008.

Sedangkan kakek Alonso atau ayah dari Marcos, yaitu Maros Alonso Imaz alias Marquitos. Merupakan salah satu pemain kunci dari para pemain hebat Real Madrid di masa memenangkan European Cup lima kali beruntun.

Pada masa keemasan Los Blancos di Eropa, Marquitos bahu-membahu dengan Alfredo Di Stefano hingga Ferenc Puskas. Uniknya, Marquitos merupakan full-back di tiga posisi yang digambarkan situs klub Real Madrid sebagai pemain serbaguna dan berani. Total, dia tampil 158 kali untuk El Real dan 2 caps buat Timnas Spanyol. Dia gantung sepatu pada 1971 dan wafat pada 6 Maret 2012, sebulan sebelum ulang tahunnya yang ke-79.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2005 seconds (0.1#10.140)