Petenis Putri Inggris Ingin Akhiri Dahaga Gelar Wimbledon, tetapi...
A
A
A
LONDON - Petenis tunggal putri terbaik Inggris Raya, Johanna Konta berupaya untuk mewujudkan ambisinya di ajang grand slam yang digelar di negerinya sendiri, Wimbledon 2017.
Pemain yang sekarang menempati peringkat tujuh dunia itu mengungkapkan bahwa dirinya tumbuh besar karena ingin menjadi bagian dari momen bersejarah tenis. "Saat saya masih muda, saya bermain tenis dengan menjadi bagian dari momen bersejarah, menjadi bagian dari pertempuran epik dan menang," tegasnya kepada Guardian.
"Itu untuk saya adalah apa yang saya lihat dan inginkan, saya tidak mengasosiasikan bermain tenis dengan mencari nafkah sampai saya berumur 18 atau 19 tahun. Saya masih mendekati dari pola pikir anak-anak remaja. Saya bermain karena saya ingin menjadi bagian dari momen itu," jelas Konta.
Dengan memasuki tahun ini, genap 40 tahun sudah Inggris tidak memiliki juara tunggal wanita di Wimbledon. Konta pun akan merasa sangat senang apabila mampu menyudahi dahaga gelar tersebut, namun dia belum mau memandang terlalu jauh ke depan, karena dirinya kerap masih demam panggung. "Jangan salah sangka, saya merasa gugup saat saya melakukan servis dalam pertandingan atau servis untuk gelar," kata dia.
"Juga, ingat saat Anda berada di atas panggung, Anda dikelilingi oleh puluhan ribu orang. Ada banyak energi gelisah. Itu bukan hanya grogi yang Anda rasakan, Anda merasakan untuk mengantisipasi setiap orang. Ada banyak kegembiraan yang bukan hanya milik Anda sendiri yang harus Anda hadapi," terang wanita 26 tahun.
"Jika saya pernah berada dalam posisi di mana saya bertugas untuk memenangkan grand slam, saya yakin saya akan merasa pusing di dalamnya. Saya akan memiliki telapak tangan yang berkeringat. Lalu saya akan memberi tahu Anda bagaimana rasanya," pungkasnya.
Pemain yang sekarang menempati peringkat tujuh dunia itu mengungkapkan bahwa dirinya tumbuh besar karena ingin menjadi bagian dari momen bersejarah tenis. "Saat saya masih muda, saya bermain tenis dengan menjadi bagian dari momen bersejarah, menjadi bagian dari pertempuran epik dan menang," tegasnya kepada Guardian.
"Itu untuk saya adalah apa yang saya lihat dan inginkan, saya tidak mengasosiasikan bermain tenis dengan mencari nafkah sampai saya berumur 18 atau 19 tahun. Saya masih mendekati dari pola pikir anak-anak remaja. Saya bermain karena saya ingin menjadi bagian dari momen itu," jelas Konta.
Dengan memasuki tahun ini, genap 40 tahun sudah Inggris tidak memiliki juara tunggal wanita di Wimbledon. Konta pun akan merasa sangat senang apabila mampu menyudahi dahaga gelar tersebut, namun dia belum mau memandang terlalu jauh ke depan, karena dirinya kerap masih demam panggung. "Jangan salah sangka, saya merasa gugup saat saya melakukan servis dalam pertandingan atau servis untuk gelar," kata dia.
"Juga, ingat saat Anda berada di atas panggung, Anda dikelilingi oleh puluhan ribu orang. Ada banyak energi gelisah. Itu bukan hanya grogi yang Anda rasakan, Anda merasakan untuk mengantisipasi setiap orang. Ada banyak kegembiraan yang bukan hanya milik Anda sendiri yang harus Anda hadapi," terang wanita 26 tahun.
"Jika saya pernah berada dalam posisi di mana saya bertugas untuk memenangkan grand slam, saya yakin saya akan merasa pusing di dalamnya. Saya akan memiliki telapak tangan yang berkeringat. Lalu saya akan memberi tahu Anda bagaimana rasanya," pungkasnya.
(nug)