Demi Jadi Petenis, Haddad Maia Tinggalkan Sepakbola
A
A
A
LONDON - Petenis wanita asal Brasil, Beatriz Haddad Maia mengungkapkan jika tidak menjadi pemain tenis atau atlet profesional, maka dia akan menjadi insinyur, karena kecintaannya pada matematika dan fisika.
Meskipun berkarier sebagai petenis, namun Haddad Maia juga mencurahkan pikirannya untuk aktif mengikuti kursus online dalam bisnis. Petenis kelahiran Sao Paulo, 30 Mei 1996 ini mempunyai latar belakang yang beragam. Ibunya merupakan seorang guru tenis di sekolah olahraga.
"Saya belajar dan ketika saya selesai saya akan pergi ke klub bersamanya (ibunya)," kata Haddad Maia, seperti mengutip dari WTA Tennis.
"Saya juga pernah berenang, sepakbola sampai usia saya 12 tahun, dan judo. Saya belajar di dalam sebuah klub. Itu seperti sebuah universitas untuk anak-anak. Bagi saya sangat penting untuk tumbuh besar dalam olahraga, memiliki perasaan untuk memainkan banyak olahraga," jelas dia.
Kendati memainkan banyak olahraga, terutama sepakbola, Haddad Maia tetap memantapkan pandangannya ke tenis. "Saya ingat saat harus memilih, saya berlatih tenis tiga kali seminggu dan dua untuk sepakbola. Lalu, Sabtu saya akan bermain tenis dan kemudian perlahan saya meninggalkan sepakbola untuk tenis," ujarnya.
Saat menginjakkan usia 14 tahun, petenis yang saat ini menghuni nomor 97 dunia itu harus hidup sendirian di Santa Catrina, dia memutuskan untuk meninggalkan keluarga, teman, dan juga sekolah yang sudah ditempuh selama hidupnya di kota kelahirannya, Sao Paulo.
"Itu sulit bagi saya, karena saya berada di sebuah apartemen dan saya pergi ke sekolah, berlatih, dan kemudian jam 7 malam saya harus memasak dan mencuci pakaian," tutur Haddad Maia.
"Itu adalah pengalaman yang sangat bagus bagi saya. Pada usia itu, saya memiliki pemikiran bahwa saya ingin menjadi petenis profesional," pungkasnya.
Sementara itu, di arena grand slam Wimbledon tahun ini, Haddad Maia untuk kali pertama mencapai babak kedua, setelah mengalahkan pemain tuan rumah Inggris, Laura Robson dua set langsung 6-4, 6-2. Lawan yang akan dihadapinya berikutnya adalah pemain nomor dua dunia, Simona Halep.
Meskipun berkarier sebagai petenis, namun Haddad Maia juga mencurahkan pikirannya untuk aktif mengikuti kursus online dalam bisnis. Petenis kelahiran Sao Paulo, 30 Mei 1996 ini mempunyai latar belakang yang beragam. Ibunya merupakan seorang guru tenis di sekolah olahraga.
"Saya belajar dan ketika saya selesai saya akan pergi ke klub bersamanya (ibunya)," kata Haddad Maia, seperti mengutip dari WTA Tennis.
"Saya juga pernah berenang, sepakbola sampai usia saya 12 tahun, dan judo. Saya belajar di dalam sebuah klub. Itu seperti sebuah universitas untuk anak-anak. Bagi saya sangat penting untuk tumbuh besar dalam olahraga, memiliki perasaan untuk memainkan banyak olahraga," jelas dia.
Kendati memainkan banyak olahraga, terutama sepakbola, Haddad Maia tetap memantapkan pandangannya ke tenis. "Saya ingat saat harus memilih, saya berlatih tenis tiga kali seminggu dan dua untuk sepakbola. Lalu, Sabtu saya akan bermain tenis dan kemudian perlahan saya meninggalkan sepakbola untuk tenis," ujarnya.
Saat menginjakkan usia 14 tahun, petenis yang saat ini menghuni nomor 97 dunia itu harus hidup sendirian di Santa Catrina, dia memutuskan untuk meninggalkan keluarga, teman, dan juga sekolah yang sudah ditempuh selama hidupnya di kota kelahirannya, Sao Paulo.
"Itu sulit bagi saya, karena saya berada di sebuah apartemen dan saya pergi ke sekolah, berlatih, dan kemudian jam 7 malam saya harus memasak dan mencuci pakaian," tutur Haddad Maia.
"Itu adalah pengalaman yang sangat bagus bagi saya. Pada usia itu, saya memiliki pemikiran bahwa saya ingin menjadi petenis profesional," pungkasnya.
Sementara itu, di arena grand slam Wimbledon tahun ini, Haddad Maia untuk kali pertama mencapai babak kedua, setelah mengalahkan pemain tuan rumah Inggris, Laura Robson dua set langsung 6-4, 6-2. Lawan yang akan dihadapinya berikutnya adalah pemain nomor dua dunia, Simona Halep.
(nug)