Rossi Bukan Pembalap Biasa
A
A
A
DERETAN prestasi yang mengkilap bukan hanya membuat pembalap MotoGP asal Italia Valentino Rossi jadi pembalap legendaris. Tapi ada hal lain yang membuat Valentino Rossi bukanlah sekadar pembalap biasa. Apa itu?
Anda pasti kenal kota-kota di Italia seperti Roma, Milan, Bologna hingga Venesia. Tapi pernahkah Anda mendengar nama kota Tavullia? Tavullia hanyalah sebuah kota kecil di wilayah propinsi Pesaro dan Urbino. Penduduknya juga tidak banyak hanya berkisar 8.000 orang saja.
Tapi percayakah Anda jika banyak masyarakat di sana justru berkerja karena pembalap MotoGP, Valentino Rossi. Pembalap yang berhasil menjadi juara dunia sebanyak 9 kali tersebut memang bukan lahir di Tavullia. Dia lahir di Urbino namun masa kecil dan dewasa Valentino Rossi dihabiskan di Tavullia.
Prestasi mentereng Valentino Rossi inilah yang membuat Tavullia bukan sekadar kota kecil biasa. Kota ini berubah menjadi kota kecil menjadi kota destinasi wisata. Nama besar Valentino Rossi inilah yang dimanfaatkan oleh warga Tavullia mengingat besarnya jumlah penggemar Valentino Rossi dari berbagai negara.
Cinta Valentino Rossi pada Tavullia memang sangat besar. Dia tidak hanya merelakan masyarakat Tavullia mengeksploitasi popularitasnya. Dia malahan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Tavullia dengan cara membuka bisnis baru.
Di kota ini Vale, panggilan akrabnya membangun sebuah sekolah balap, VR46 Academy. Vale tidak sekadar membangun sekolah balap biasa. Fasilitas yang dimiliki VR46 Academy benar-benar lengkap. Di tempat ini terdapat berbagai trek balap yang bisa digunakan oleh peserta VR46 Academy.
Fasilitas olahraga seperti gym dan lainnya juga tersedia untuk membentuk stamina para pembalap masa depan. Seluruh peserta bahkan didampingi oleh tenaga ahli professional agar benar-benar siap mengarungi ajang balapan motor di berbagai level dunia.
Saat dibentuk pada 2013, Vale menginginkan akademi hanya diikuti oleh anak-anak muda Italia. Alberto 'Albi' Tebaldi, CEO VR46 mengatakan ide akademi tersebut bermula dari invasi pembalap-pembalap muda Amerika Serikat yang berhasil mengalahkan pembalap Eropa pada tahun 1980-an."Kenny Roberts Sr ternyata membuat akademi seperti ini. Hal inilah yang coba dilakukan oleh Vale," ucap Albi.
Namun seiring waktu Vale melihat tidak hanya anak-anak muda Italia saja yang bisa mendapatkan kesempatan. Anak-anak muda dari negara lain juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Anak-anak muda Indonesia seperti Galang Hendra Pratama, Imanuel Putra Pratna dan Anggi Setiawan perah merasakan pusat pelatihan VR46 Academy.
Selain VR46 Academy, Vale juga membuka bisnis apparel dan merchandise VR|46. Bisnis yang berkantor di Tavullia ini awalnya mengurusi kebutuhan apparel dan merchandise Valentino Rossi. Setelah bisnis ini makin professional, VR|46 kemudian mencoba menangani apparel pembalap lainnya.
Pembalap pertama yang menggunakan jasa ini adalah Kevin Schwantz dan setelahnya adalah almarhum Marco Simoncelli. Kedua nama tersebut bukan nama terakhir yang menjadi klien VR|46. Saat ini ada belasan pembalap yang menyerahkan urusan apparel dan merchandise mereka ke VR|46 sebut saja almarhum Nicky Hayden, Cal Crutchlow, Pol Espargaro, Alex Marquez, hingga Dani Pedrosa.
Dua bisnis inilah yang kemudian menggerakkan denyut kehidupan Tavullia. Bisnis yang dibangun Vale berhasil membuka dan menyerap lapangan pekerjaan.
Begitu besarnya kontribusi Vale membuat wali kota Tavullia Francesca Paolucci begitu menghargai pria yang saat ini telah menjalani 300 balapan selama kariernya. "Tavullia lebih dari sekadar kota. Rossi adalah Tavullia," demikian tulis Francesca dalam akun Facebook seperti dikutip dari situs lokal Il Resto de Carlino.
Yang lebih mencengangkan lagi, otoritas setempat pernah membuat kebijakan demi sang legenda hidup di MotoGP. Tepatnya sejak 2008, Dewan Kota membuat kebijakan mengurangi batas maksimal kecepatan dari 50 menjadi 46 kilometer per jam. Perlu diketahui 46 merupakan nomor yang menjadi label Rossi di balapan MotoGP.
Selain nama besarnya, peraturan itu sebagai balas budi atas sumbangan sebesar 580.000 Euro atau sekitar Rp9,08 miliar buat kota tersebut saat itu. "Ia adalah anak terkenal kota ini dan sangat indah ia menyumbangkan uang kepada kami. Mengubah batas kecepatan merupakan persembahan yang pas kepada pria yang terkenal dan kaya berkat kemampuannya di jalanan," terang juru bicara dewan kota itu. (Wahyu Sibarani)
Anda pasti kenal kota-kota di Italia seperti Roma, Milan, Bologna hingga Venesia. Tapi pernahkah Anda mendengar nama kota Tavullia? Tavullia hanyalah sebuah kota kecil di wilayah propinsi Pesaro dan Urbino. Penduduknya juga tidak banyak hanya berkisar 8.000 orang saja.
Tapi percayakah Anda jika banyak masyarakat di sana justru berkerja karena pembalap MotoGP, Valentino Rossi. Pembalap yang berhasil menjadi juara dunia sebanyak 9 kali tersebut memang bukan lahir di Tavullia. Dia lahir di Urbino namun masa kecil dan dewasa Valentino Rossi dihabiskan di Tavullia.
Prestasi mentereng Valentino Rossi inilah yang membuat Tavullia bukan sekadar kota kecil biasa. Kota ini berubah menjadi kota kecil menjadi kota destinasi wisata. Nama besar Valentino Rossi inilah yang dimanfaatkan oleh warga Tavullia mengingat besarnya jumlah penggemar Valentino Rossi dari berbagai negara.
Cinta Valentino Rossi pada Tavullia memang sangat besar. Dia tidak hanya merelakan masyarakat Tavullia mengeksploitasi popularitasnya. Dia malahan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Tavullia dengan cara membuka bisnis baru.
Di kota ini Vale, panggilan akrabnya membangun sebuah sekolah balap, VR46 Academy. Vale tidak sekadar membangun sekolah balap biasa. Fasilitas yang dimiliki VR46 Academy benar-benar lengkap. Di tempat ini terdapat berbagai trek balap yang bisa digunakan oleh peserta VR46 Academy.
Fasilitas olahraga seperti gym dan lainnya juga tersedia untuk membentuk stamina para pembalap masa depan. Seluruh peserta bahkan didampingi oleh tenaga ahli professional agar benar-benar siap mengarungi ajang balapan motor di berbagai level dunia.
Saat dibentuk pada 2013, Vale menginginkan akademi hanya diikuti oleh anak-anak muda Italia. Alberto 'Albi' Tebaldi, CEO VR46 mengatakan ide akademi tersebut bermula dari invasi pembalap-pembalap muda Amerika Serikat yang berhasil mengalahkan pembalap Eropa pada tahun 1980-an."Kenny Roberts Sr ternyata membuat akademi seperti ini. Hal inilah yang coba dilakukan oleh Vale," ucap Albi.
Namun seiring waktu Vale melihat tidak hanya anak-anak muda Italia saja yang bisa mendapatkan kesempatan. Anak-anak muda dari negara lain juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Anak-anak muda Indonesia seperti Galang Hendra Pratama, Imanuel Putra Pratna dan Anggi Setiawan perah merasakan pusat pelatihan VR46 Academy.
Selain VR46 Academy, Vale juga membuka bisnis apparel dan merchandise VR|46. Bisnis yang berkantor di Tavullia ini awalnya mengurusi kebutuhan apparel dan merchandise Valentino Rossi. Setelah bisnis ini makin professional, VR|46 kemudian mencoba menangani apparel pembalap lainnya.
Pembalap pertama yang menggunakan jasa ini adalah Kevin Schwantz dan setelahnya adalah almarhum Marco Simoncelli. Kedua nama tersebut bukan nama terakhir yang menjadi klien VR|46. Saat ini ada belasan pembalap yang menyerahkan urusan apparel dan merchandise mereka ke VR|46 sebut saja almarhum Nicky Hayden, Cal Crutchlow, Pol Espargaro, Alex Marquez, hingga Dani Pedrosa.
Dua bisnis inilah yang kemudian menggerakkan denyut kehidupan Tavullia. Bisnis yang dibangun Vale berhasil membuka dan menyerap lapangan pekerjaan.
Begitu besarnya kontribusi Vale membuat wali kota Tavullia Francesca Paolucci begitu menghargai pria yang saat ini telah menjalani 300 balapan selama kariernya. "Tavullia lebih dari sekadar kota. Rossi adalah Tavullia," demikian tulis Francesca dalam akun Facebook seperti dikutip dari situs lokal Il Resto de Carlino.
Yang lebih mencengangkan lagi, otoritas setempat pernah membuat kebijakan demi sang legenda hidup di MotoGP. Tepatnya sejak 2008, Dewan Kota membuat kebijakan mengurangi batas maksimal kecepatan dari 50 menjadi 46 kilometer per jam. Perlu diketahui 46 merupakan nomor yang menjadi label Rossi di balapan MotoGP.
Selain nama besarnya, peraturan itu sebagai balas budi atas sumbangan sebesar 580.000 Euro atau sekitar Rp9,08 miliar buat kota tersebut saat itu. "Ia adalah anak terkenal kota ini dan sangat indah ia menyumbangkan uang kepada kami. Mengubah batas kecepatan merupakan persembahan yang pas kepada pria yang terkenal dan kaya berkat kemampuannya di jalanan," terang juru bicara dewan kota itu. (Wahyu Sibarani)
(bbk)