Babak Belur di Kelas Baru, Ini Saran Sulaiman buat Chocolatito
A
A
A
MEXICO CITY - Ketika memasuki tahun 2017, Roman "Chocolatito" Gonzalez merupakan petinju yang cukup disegani. Dia berstatus sebagai juara dunia kelas terbang super WBC tak terkalahkan. Mantan juara dunia empat divisi itu juga dinilai sebagai petinju pound-for-pound terbaik.
Namun, petinju berkebangsaan Nikaragua itu justru berada dalam kondisi sebaliknya di akhir 2017, bahkan sempat berada di persimpangan jalan dalam kariernya.
Gonzalez harus menelan dua kekalahan secara beruntun dari petinju Thailand, Wisaksil Wangek alias Srisaket Sor Rungvisai. Pada pertemuan pertama, Gonzalez mengalami kekalahan angka mayoritas, dan di laga ini untuk kali pertama dalam kariernya dia tersungkur di kanvas.
Dalam tarung ulang kontra Wangek, Gonzalez menderita kekalahan KO di ronde keempat. Alhasil, dua pertempuran di tahun ini semuanya berakhir dengan kekalahan.
Sebelumnya, petinju berusia 29 tahun ini penampilannya penuh dengan kekuatan tak terkalahkan, hingga pada akhirnya semuanya itu runtuh ketika dia naik ke kelas terbang super.
Dalam debutnya di kelas 115pon, Gonzalez memang merebut kemenangan angka dan merebut mahkota WBC dari Carlos Cuadras. Akan tetapi, wajahnya benar-benar babak belur.
Meskipun saat ini Gonzalez kembali berlatih dengan tujuan merebut gelar juara kelas terbang super lagi. Namun, banyak yang memiliki keyakinan bahwa pemilik rekor 46-2 (38KO) itu bukan petinju yang sama untuk kelas terbang super, dan sudah sepatutnya kembali turun ke kelas terbang (112pon).
Pendapat tersebut ternyata juga diamini oleh Presiden World Boxing Council (WBC), Mauricio Sulaiman. "Semua juara hebat kalah, dan dia adalah salah satu pemain hebat," ungkap Sulaiman, seperti dilansir Boxing Scene.
"Saya tidak yakin apakah divisi kelas terbang super itu tepat untuknya, mungkin dia ingin kembali ke kelas terbang, di mana dia memiliki lebih banyak kekuatan dan daya tahan," jelasnya.
Namun, petinju berkebangsaan Nikaragua itu justru berada dalam kondisi sebaliknya di akhir 2017, bahkan sempat berada di persimpangan jalan dalam kariernya.
Gonzalez harus menelan dua kekalahan secara beruntun dari petinju Thailand, Wisaksil Wangek alias Srisaket Sor Rungvisai. Pada pertemuan pertama, Gonzalez mengalami kekalahan angka mayoritas, dan di laga ini untuk kali pertama dalam kariernya dia tersungkur di kanvas.
Dalam tarung ulang kontra Wangek, Gonzalez menderita kekalahan KO di ronde keempat. Alhasil, dua pertempuran di tahun ini semuanya berakhir dengan kekalahan.
Sebelumnya, petinju berusia 29 tahun ini penampilannya penuh dengan kekuatan tak terkalahkan, hingga pada akhirnya semuanya itu runtuh ketika dia naik ke kelas terbang super.
Dalam debutnya di kelas 115pon, Gonzalez memang merebut kemenangan angka dan merebut mahkota WBC dari Carlos Cuadras. Akan tetapi, wajahnya benar-benar babak belur.
Meskipun saat ini Gonzalez kembali berlatih dengan tujuan merebut gelar juara kelas terbang super lagi. Namun, banyak yang memiliki keyakinan bahwa pemilik rekor 46-2 (38KO) itu bukan petinju yang sama untuk kelas terbang super, dan sudah sepatutnya kembali turun ke kelas terbang (112pon).
Pendapat tersebut ternyata juga diamini oleh Presiden World Boxing Council (WBC), Mauricio Sulaiman. "Semua juara hebat kalah, dan dia adalah salah satu pemain hebat," ungkap Sulaiman, seperti dilansir Boxing Scene.
"Saya tidak yakin apakah divisi kelas terbang super itu tepat untuknya, mungkin dia ingin kembali ke kelas terbang, di mana dia memiliki lebih banyak kekuatan dan daya tahan," jelasnya.
(nug)