Jalan Terjal Menuju 10 Besar

Sabtu, 13 Januari 2018 - 07:13 WIB
Jalan Terjal Menuju 10 Besar
Jalan Terjal Menuju 10 Besar
A A A
JAKARTA - Sukses mendulang medali dan penyelenggaraan menjadi misi besar Indonesia saat menggelar Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Ratusan miliar dikucurkan agar infrastruktur kita mumpuni kala pesta dihelat. Tapi, apakah semua persiapan atlet sudah dipenuhi?

Pemerintah menargetkan Indonesia bisa finis di 10 besar. Setidaknya jagoan olahraga kita harus menyumbang 15 medali emas agar misi itu tercapai. Beban yang berat mengingat di SEA Games 2017 lalu, Merah Putih berada di urutan kelima perolehan medali. Kontingen Indonesia membawa pulang 38 medali emas, 63 perak dan 90 perunggu. Sedangkan pada Asian Games 2014, Indonesia tenggelam di peringkat 17 (4 emas, 5 perak, 11 perunggu). Tiga tetangga kita, Thailand, Malaysia dan Singapura duduk nyaman di posisi lebih terhormat.

Misi mendulang banyak emas di rumah sendiri 18 Agustus hingga 2 September, semakin berat lantaran adanya pemangkasan dana dari yang diajukan cabang-cabang olahraga (cabor) untuk menjalankan pemusatan pelatihan nasional (pelatnas). Bukan hanya non-unggulan yang anggarannya dikurangi, tapi cabor potensi emas pun mengalami hal sama, di antaranya bulutangkis, wushu, bridge, pencak silat, jet ski, angkat besi, panahan, bowling, balap sepeda, dayung, karate, panjat tebing, paralayang, dan taekwondo.

Dari total anggaran cabor yang telah diinstruksikan oleh Wakil Presiden Indonesia Yusuf Kalla, yang juga Ketua Dewan Pengarah Asian Games 2018 kepada Menteri Pemuda Olahraga Imam Nahrawi sebesar Rp 735 miliar, hanya cair 70% atau sekitar 514, 5 miliar. Dari dana tersebut akan dialokasikan kepada induk-induk cabor dan Komite Paralimpiade Nasional (NPC). Sementara 30% dari total anggaran digunakan untuk membayar pelatih asing, menyewa lapangan, bantuan KONI sebagai pengawas, tes awal fisik atlet, dan bimbingan teknis laporan keuangan.

Cabor dayung misalnya, meminta Rp105 miliar untuk membiayai 120 atlet pelatnas, Kemenpora hanya mengucurkan Rp 30 miliar. Sekretaris Jendral Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Edi Suyono mengatakan bahwa PB PODSI sudah memaparkan kepada Debuti IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenporan Mulyana bahwa target cabor ini adalah empat medali emas.

"Kami pun tidak puas dengan adanya pemotonngan anggaran pelatnas Asian Games 2018. Dana Rp 30 miliar itu jelas masih belum memadai untuk mempelatnaskan tiga disiplin dengan jumlah 120 atlet dayung," kata Edi.

Sebanyak 120 atlet pelatnas dayung Asian Games 2018 itu, mencangkup tiga disiplin yakni kano, rowing, traditional boat race (TBR) dan slalom. Rencananya, rowing akan melakukan tryout di Amsterdam (Belanda) dan Swiss. Sedangkan TBR ke China, kano ke Spanyol, dan Hungaria, serta slalom ke Jepang dan Thailand.

Dia juga menyoroti sistem pencairan dana. "Anggaran dilakukan sebulan setelah atlet dan pelatih mulai menjalani pelatnas atau kerja dulu baru cair. Saya telah mengajukan agar dana pelatnas bagi atlet dan pelatih dapat segera turun sebelum program (pelatnas) berjalan," lanjut Edi.

Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Demokrat Yayuk Basuki menegaskan pemerintah harus sejak dini mempersiapkan kebutuhan para atlet di semua cabang olah raga. Mulai dari keperluan, honor, akomodasi hingga persiapan latihan. “Selain segala keperluan atlet dari honor, akomodasi dan lainnya, pemerintah juga persiapkan atlet dari pra-kompetisi, trial event dan training camp di luar agar atlet lebih siap berkompetisi,” ujarnya kemarin.

Menteri Pemuda dan olahraga Imam Nahrawi berharap beberapa cabor segera menyepakati dana program. Hingga kemarin, baru 21 yang telah meneken dana pelatnas Asian Games 2018. Sedangkan cabor-cabor yang belum menyepakati antara lain dayung, jet ski, menembak, senam, sambo, dan tinju.

Dia menegaskan pemerintah terus berkomitmen untuk memperbaiki termasuk mempercepat seluruh proses fasilitasi kepada atlet, pelatih, menejer dan tenaga yang terlibat di pelatnas. “Bulan Juni akan kami sampaikan cabang olahraga dan nomor event yang mana yang akan prioritas agar tidak menjadi beban psikologis atlet,” paparnya.

Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menyoroti adanya polemik dalam anggaran pelatnas jelang Asian Games. Menurutnya, sistem pengajuan proposal anggaran pelatnas secara langsung oleh induk cabor merupakan model yang baru diterapkan. Sementara sebelumnya, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) yang mengatur penganggaran dan distribusinya ke cabor dan atlet.

Pasca pembubaran Satlak Prima, maka pelaksanaan dan penganggaran pelatnas diserahkan langsung ke induk cabor. Masalah yang muncul, belum tentu semua pengurus induk cabor memahami pola usulan atau proposal penganggaran yang sesuai dengan ketentuan, karena menggunakan dana APBN.

“Tentunya tidak cukup Juknis (Petunjuk Teknis) pembuatan proposal saja, tetapi juga bagaimana pendampingannya sampai tuntas," ungkapnya.

Di sektor infrastuktur, persiapan Indonesia diklaim telah mencapai 90%. Renovasi kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) telah selesai. SUGBK sudah cantik dan bakal diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) besok, saat timnas Indonesia meladeni Islandia.

Di Palembang, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin berulang kali menklaim semua fasilitas yang dibangun dan diperbaiki tidak ada kendala dan berjalan sesuai dengan tahapan. Misalnya pada cabang olahraga menembak dan lokasi venue dayung. Adapun venue bowling dan light rapid transit (LRT), Alex menilai akan selesai pada Mei mendatang. Selain itu perkampungan atlet yang memiliki daya tampung 1.000 peserta juga sudah hampir rampung.

Meski begitu, jumlah tersebut belum tentu bisa menampung semua atlet yang akan bertanding di Palembang. Oleh karena itu lima tower rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan rumah susun sederhana milik (rusunami) dipilih sebagai solusi. Properti tersebut bisa menampung 5 orang per kamar dari 40 kamar setiap menaranya.

Walaupun demikian, anggota Komisi X DPR Yayuk Basuki melihat masih banyak infrastruktur olahraga yang belum layak pakai. "Yang diberitakan selalu di Senayan, GBK dan sekitar Jakarta saja. Coba lihat di Palembang, apakah sudah selesai? Padahal ini sudah Januari dimana tinggal 7 bulan lagi. Dan, Februari harusnya sudah tes event semua agar kalo ada yang belum sempurna masih bisa diperbaiki," desak Yayuk.

Chief de Mission (CdM) Asian Games 2018, Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menekankan pentingnya membangun opini positif menuju Asian Games 2018. Menurutnya, awareness masyarakat terkait perhelatan event empat tahunan ini sangat rendah.

"Ini adalah harkat, martabat bangsa yang perlu diperjuangkan, opini Asian Games sangat rendah hanya 10%," tutur Syafruddin, seusai menggelar pertemuan di Wisma Menpora, kemarin.

Misi Pribadi Atlet
Sementara itu, banyak atlet yang memiliki misi pribadi pada Asian Games tahun ini. Pasangan ganda campuran bulutangkis kebanggaan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir misalnya. Keduanya amat penasaran ingin merasakan manisnya medali emas event paling bergengsi di Asia ini. Jika tercapai, maka lengkaplah koleksi gelar internasional keduanya.

Dari All England, Kejuaraan Dunia, serta Olimpiade. Empat tahun lalu pada Asian Games Incheon 2014, Tontowi/Liliyana ‘hanya’ mampu membawa pulang medali perak. “Tahun ini saya mau juara lagi di All England dan dapat medali emas di Asian Games,” tutur Tontowi dilansir Badmintonindonesia.

“Untuk Asian Games, lawannya itu-itu saja, paling beda partner. Kami mesti lebih siap lagi,” tutur Butet-sapaan Liliyana. (Raikhul Amar/Mula Akmal/sindonews)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9389 seconds (0.1#10.140)