PBSI Kirim Surat dan Ajak BAC Berdiskusi

Sabtu, 24 Februari 2018 - 14:13 WIB
PBSI Kirim Surat dan...
PBSI Kirim Surat dan Ajak BAC Berdiskusi
A A A
JAKARTA - PBSI rencana akan mengirim surat serta berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, diawali dengan Konfederasi Bulu Tangkis Asia (BAC) untuk membahas mengenai aturan baru Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Hal itu sebaaimana disampaikan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.

Susy mengakui pertemuan dengan BAC dijadwalkan bakal berlangsung pada bulan depan. Dalam pertemuan itu rencananya akan dihadiri beberapa negara untuk berdiskusi mengenai aturan baru BWF tersebut. (Baca juga: Indonesia Pertanyakan Aturan Baru BWF Soal Ketinggian Servis )

"Akan ada pertemuan dengan BAC bulan depan, kami akan diskusikan dengan negara lain, karena beberapa negara memang keberatan juga, bukan cuma Indonesia. Peran Indonesia juga harus lebih aktif, karena banyak aturan yang sifatnya mendadak dan tidak ada pihak yang bisa menjelaskan secara detail, apa tujuan aturan baru ini?" ungkap Susy seperti dikutip dari Badmintonindonesia, Sabtu (24/2/2018).

"Mungkin saja akan ada pemungutan suara, saya harus cek lagi dengan tim hubungan internasional soal ini. Indonesia adalah salah satu negara yang dipandang di bulu tangkis, seperti China, Korea, Denmark, Malaysia yang punya suara cukup kuat untuk memberikan masukan," sambung Susy.

Sementara itu, Susy juga akan meminta penjelasan lebih mendalam soal aturan batasan servis yang akan mulai dicoba di All England 2018. Beberapa ketentuan servis ini dinilai Susy masih memiliki kekurangan yang dapat merugikan pemain, sehingga ia akan mempertanyakan hal ini dalam manager meeting All England nanti.

Selain itu, waktu penerapan aturan juga dinilai terlalu mendadak bagi pemain untuk beradaptasi. (Baca juga: Soal Aturan Baru BWF, Susy Susanti: Sebetulnya Bulu Tangkis Mau Dibawa Kemana? )

"Waktunya sempit (untuk adaptasi). Ini mengubah kebiasaan selama puluhan tahun, jadi tiap atlet harus mengukur lagi, dan ada yang dirugikan ada yang diuntungkan. Kalau yang kurang tinggi diuntungkan, yang tinggi agak sedikit dirugikan. Plus minus untuk semua. Tetapi namanya aturan, kami mencoba untuk menanggapi positif dan menyesuaikan diri," ujarnya.

"Kami melihat beberapa kelemahan dari aturan ini diantaranya berapa jarak pasti antara hakim servis dengan alat pengukur, karena ini mempengaruhi sudut pandang, mempengaruhi servis atlet fault atau tidak. Kalau hakim servis matanya minus atau plus juga mempengaruhi, tentunya kami tidak mau atlet kami dirugikan. Berapa ukuran standardnya, alatnya kan bisa dipindah-pindah, dari simulasi hari ini bisa terlihat semua," tukas Susy.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1059 seconds (0.1#10.140)