Presiden UEFA Ingin Kembalikan Supremasi Klub Eropa Timur
A
A
A
BRATISLAVA - Sejak Red Star Belgrade memenangkan kompetisi sepak bola Eropa pada 1991, belum ada lagi kesebelasan dari negara di Eropa Timur yang bersinar. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menyinggung tentang hal itu.
Dalam sebuah Kongres Tahunan UEFA di Bratislava, Slovakia, Senin (26/2/2018) Caferin menyebut dominasi klub dari Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia di kompetisi Eropa merupakan tantangan bagi UEFA.
Lebih jauh, Ceferin menyebut sumber pendanaan klub turut berperan dalam fenomena distribusi gelar yang tidak merata. Klub yang punya modal dan dilirik investor, kata Caferin, berpeluang lebih besar memenangkan gelar.
Aleksander Ceferin mengatakan UEFA harus memiliki regulasi yang mengatur tentang kebijakan keuangan klub di Eropa. Tujuannya jelas, untuk menekan hegemoni klub-klub tajir di kompetisi Eropa.
"Kita perlu keberanian untuk memikirkan model baru, terutama untuk menciptakan keseimbangan dalam kompetisi. Salah satu tantangan terbesar dalam sepak bola, khususnya di Eropa," kata Caferin, dikutip Reuters.
"Sekalipun harus, saya akan melawan "taring dan cakar" untuk membuat kompetisi Eropa seimbang. Sekalipun itu bukan jaminan bahwa klub seperti Steaua Bucharest (Rumania) dan Red Star Belgrade (Yugoslavia, sekarang Serbia) akan kembali terukir namanya di trofi Liga Champions.
Beberapa klub seperti Zenit Saint Petersburg (Rusia) dan Dynamo Kiev (Ukraina) memang masih eksis di Liga Champions. Namun, umumnya tim-tim itu akan jadi mangsa bagi Manchester City atau Real Madrid yang didukung kemampuan finansial.
Kemampuan finansial bukan satu-satunya faktor yang membuat tim dariu Eropa Timur 'tenggelam' di Liga Champions maupun di Liga Europa. Jatah untuk meloloskan tim ke babak utama maupun play-off juga masih didominasi liga di Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia.
Dalam sebuah Kongres Tahunan UEFA di Bratislava, Slovakia, Senin (26/2/2018) Caferin menyebut dominasi klub dari Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia di kompetisi Eropa merupakan tantangan bagi UEFA.
Lebih jauh, Ceferin menyebut sumber pendanaan klub turut berperan dalam fenomena distribusi gelar yang tidak merata. Klub yang punya modal dan dilirik investor, kata Caferin, berpeluang lebih besar memenangkan gelar.
Aleksander Ceferin mengatakan UEFA harus memiliki regulasi yang mengatur tentang kebijakan keuangan klub di Eropa. Tujuannya jelas, untuk menekan hegemoni klub-klub tajir di kompetisi Eropa.
"Kita perlu keberanian untuk memikirkan model baru, terutama untuk menciptakan keseimbangan dalam kompetisi. Salah satu tantangan terbesar dalam sepak bola, khususnya di Eropa," kata Caferin, dikutip Reuters.
"Sekalipun harus, saya akan melawan "taring dan cakar" untuk membuat kompetisi Eropa seimbang. Sekalipun itu bukan jaminan bahwa klub seperti Steaua Bucharest (Rumania) dan Red Star Belgrade (Yugoslavia, sekarang Serbia) akan kembali terukir namanya di trofi Liga Champions.
Beberapa klub seperti Zenit Saint Petersburg (Rusia) dan Dynamo Kiev (Ukraina) memang masih eksis di Liga Champions. Namun, umumnya tim-tim itu akan jadi mangsa bagi Manchester City atau Real Madrid yang didukung kemampuan finansial.
Kemampuan finansial bukan satu-satunya faktor yang membuat tim dariu Eropa Timur 'tenggelam' di Liga Champions maupun di Liga Europa. Jatah untuk meloloskan tim ke babak utama maupun play-off juga masih didominasi liga di Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia.
(sha)