Jalan Panjang Kun Aguero Menuju Kesuksesan

Kamis, 08 Maret 2018 - 11:10 WIB
Jalan Panjang Kun Aguero...
Jalan Panjang Kun Aguero Menuju Kesuksesan
A A A
PESEPAK bola Sergio Aguero tinggal selangkah lagi mencatat rekor istimewa buat Manchester City. Siapa sangka perjalanan hidup yang dirasakan pesepak bola asal Argentina itu justu penuh air mata.

Seperti apa kisahnya? Masih teringat dalam benak Sergio Aguero ketika dia pertama kali bergabung dengan klub Liga Spanyol, Atletico Madrid, pada Mei 2006. Kun Aguero, panggilan akrabnya, sedikit termangu ketika wartawan Spanyol bertanya apakah dia merasakan tekanan besar karena pindah dari klub Liga Argentina, Independiente, ke klub Liga Spanyol, Atletico Madrid.

Saat itu Atletico Madrid memang mengeluarkan jumlah uang yang tidak sedikit untuk membawa pesepak bola bernama lengkap Sergio Leonel Aguero tersebut ke Atletico Madrid. Saat itu Atletico Madrid mengeluarkan uang sebesar 20 juta poundsterling yang saat ini mencapai Rp375 miliar. Dengan banderol yang besar, tidak mengherankan jika banyak orang mempertanyakan kemampuannya, apakah dia mampu lepas dari tekanan nilai transfer yang sangat besar. "Tekanan? Tekanan itu bagi saya adalah saat saya hidup di vila," kata Kun Aguero.

Vila yang dimaksud menantu pesepak bola legendaris Argentina, Maradona, tersebut bukanlah rumah peristirahatan yang besar. Vila hampir mirip dengan favela yang ada di Brasil. Seperti favela, vila di Argentina adalah kawasan kumuh yang dipadati warga miskin.
Di situlah Kun Aguero kecil menjalani sebagian kecil fragmen kehidupannya yang penuh derita.

Kun Aguero memang datang dari keluarga miskin. Ayahnya, Leonel, adalah seorang sopir taksi. Dengan penghasilan sebesar 20 pound atau sekitar Rp285.000 per pekan, sang ayah harus menghidupi tujuh anaknya. Hari-hari penuh derita harus dilalui Aguero dan keluarga. Ada saat di mana mereka dilanda kelaparan karena tidak memiliki cukup uang.

"Saya hanya mulai makan dengan layak saat berusia 15 tahun, saat mendapat kontrak dari klub. Sebelumnya sering kami tidak cukup makan," tutur Aguero. "Saya ingat, kami harus merebus mate (sejenis minuman herbal khas Argentina), lalu dimakan dengan roti. Setidaknya ada sesuatu yang membuat Anda kenyang," ungkapnya. "Ada hari di mana ayah saya tidak punya cukup uang untuk membeli makanan dan kami harus tidur dengan perut lapar seraya esok hari dia mendapat banyak uang setelah bekerja," tutur penyerang timnas Argentina itu.

Sepak bola memang menyelamatkan Kun Aguero. Sejak direkrut klub lokal, Independiente, pada 1997, dia sedikit mengalami perbaikan nasib. Hanya, dia tidak serta-merta menjadi pemain bola dengan kesempatan yang besar untuk menjadi terkenal. Setelah sekian lama berlatih dengan Independiente, baru pada 5 Juli 2003 dia bisa menerobos masuk tim utama Independiente ketika melawan klub San Lorenzo. Waktu itu pun Pelatih Independiente Oscar Ruggeri memasukkannya sebagai pemain pengganti. Uniknya, meski saat itu dia mendapatkan apresiasi positif dari pers dan masyarakat, Oscar Ruggeri justru tidak pernah lagi memainkan Kun Aguero.

"Dia sepertinya ingin memberi tahu Aguero kalau dialah orang yang paling berperan dalam kesuksesan karier Aguero. Sepertinya dia ingin mengatakan kalau tanpa dia, Aguero tidak akan pernah menjejakkan kaki di lapangan hijau," ujar Richardo Bochini, legenda dan pelatih tim junior Atletico Madrid.

Tidak hanya di tangan Oscar Ruggeri saja nasib Kun Aguero terkatung-katung. Pengganti Oscar Ruggeri, Osvaldo Sosa juga seperti menutup mata pada pesepak bola kelahiran 2 Juni 1988 tersebut. Seperti Oscar Ruggeri, Osvaldo Sosa hanya memainkan Kun Aguero dalam satu pertandingan.

Peruntungan baru menyapa Kun Aguero saat Independiente memilih Jose Omar Pastoriza sebagai pelatih. Bersama Jose Omar Pastoriza, striker Manchester City ini langsung menunjukkan tajinya. Keberhasilannya di Independiente inilah yang kemudian mencuri perhatian Atletico Madrid menggelontorkan uang dalam jumlah yang besar buat Kun Aguero.

Setelahnya, Kun Aguero saat ini menjelma menjadi seorang pesepak bola yang sangat disegani. Dia begitu dicintai Argentina dan diidolakan penggemar Manchester City. The Citizens tidak pernah lupa saat Kun Aguero berhasil mencetak gol penentu juara Liga Inggris 2012 saat dia berhasil mencetak gol di ujung babak kedua. Berkat gol tersebut, Manchester City bisa memenangi Liga Inggris setelah 1968.

"Keajaiban benar-benar terjadi di Manchester waktu itu. Saat gol terjadi, saya langsung mengejar Kun Aguero. Dia menangis sambil duduk, semuanya ikut menangis. Dia sangat luar biasa, sangat bermental baja," ucap Vincent Kompany, bek dan kapten tim Manchester City. Keajaiban ini bukan sekali dilakukan Kun Aguero.

Saat ini dia menjelma menjadi sosok game changer yang sangat brilian, berkali-kali dia mampu menanggung beban berat yang diembankan padanya. Tidak jarang gol-gol yang dia lesakkan berhasil mengubah keadaan bagi Manchester City yang harusnya bisa dikalahkan. "Saya harus mengakui, sebuah kehormatan bagi saya memiliki pemain seperti Kun Aguero. Dia adalah tipikal pemain yang selalu ingin bermain," kata Guardiola, dikutip situs resmi klub.

"Dia punya kualitas luar biasa. Kami memang punya pemain lain yang bisa mencetak gol, tetapi dia adalah tipikal pemain yang mampu mencetak dua gol dalam waktu singkat," kata pelatih Manchester City saat ini, Pep Guardiola.

Saat ini Kun Aguero merupakan pencetak gol paling subur buat Manchester City. Sejak membela klub tetangga, Manchester United, pada 2011, Kun Aguero telah mengoleksi 199 gol. Tinggal satu gol lagi, maka rekornya semakin fenomenal. Rekor ini akan menjadi catatan sangat manis buat Kun Aguero.

Perjalanan hidupnya yang dramatis kini terasa lebih manis buatnya. Dia mungkin tidak harus lagi menahan rasa lapar karena tidak punya uang. Terlebih, perjuangan hidupnya justru menginspirasi saudara-saudaranya untuk tetap berjuang. Adik bungsunya saat ini bahkan mencoba mengikuti jejak kariernya di lapangan hijau. Kesuksesan inilah yang sangat berarti buat Kun Aguero, menginspirasi semua orang atas usahanya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3038 seconds (0.1#10.140)