Ketika Google Voice Translate Jadi Primadona
A
A
A
MOSCOW - Kesiapan Rusia menggelar Piala Dunia 2018 tak perlu diragukan. Negeri Beruang Merah ini merogoh kocek sangat dalam untuk memperbaiki infrastruktur, stadion dan sarana pendukungnya. Pemerintahan Rusia pun membangun sejumlah Metro (kereta dalam tanah -red) baru demi kelancaran transportasi fans yang hadir untuk menyaksikan event akbar ini.
Namun, di balik itu ada kendala terkait bahasa. Mayoritas masyarakat Rusia tidak dapat berbahasa Inggris. Lalu apa solusinya? Wartawan yang datang ke Rusia untuk meliput Piala Dunia atau fans yang melancong ke negara ini demi mendukung tim kesayangannya ramai-ramai men-download aplikasi penerjemah suara. Di antaranya Google Voice Translate, iTranslate Translator, Voice Translator, Translate Voice serta lainnya.
Jadi, ketika butuh sesuatu atau ingin menanyakan sesuatu tinggal buka aplikasi di smartphone, klik bahasa asal dan hendak diterjemahkan ke bahasa apa, lalu tekan lambang mikrofon dan berbicara. Dengan cepat, akan terdengar translasi dari apa yang kita ingin sampaikan.
“Tidak praktis sih, cuma bagaimana lagi?,” ujar Miguel, pendukung Peru saat kesulitan untuk checked-in di hotel di kawasan Gostinichnyy Proyezd, Moskow.
Aplikasi penerjemah bahasa ini juga tidak sepenuhnya akurat. Ada beberapa kata dari bahasa asal yang tidak ditemukan di bahasa Rusia, atau sebaliknya.
“Tentu saja, itu jadi membingungkan. Tipsnya berbicara dengan kata-kata yang umum dan tidak sulit jadi aplikasi bisa menterjemahkannya secara benar. Selain itu, kita tidak bisa ngomong panjang-panjang, aplikasinya langsung tidak mau bekerja,” imbuh Miguel.
Di ajang Piala Dunia sebenarnya banyak mahasiswa yang membuka jasa sebagai penerjemah untuk fans atau wartawan. Termasuk mahasiswa dari Indonesia. Tapi, untuk mayoritas fans mereka lebih memilih voice translator dari pada menambah pengeluaran untuk membayar penerjemah.
“Ada kalanya kita sendiri, karena penerjemah tidak 24 jam bersama kita. Jadi, kami tetap memakai aplikasi ini. Bagi saya sejauh ini efektif,” tutur Khemkhaeng, wartawan Thailand.
KORAN SINDO /SINDOnews.com pun mengunduh aplikasi Google Voice Translate karena pemilik apartment di Arbat, Moscow, tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Oksana, sang landlord bahkan mengaku kerap mendapat saran agar belajar bahasa Inggris lantaran apartment miliknya laris karena berada tak jauh dari pusat kota.“Mungkin nanti saya akan belajar. Tapi, orang-orang tetap menyewa apartment ini karena lokasi yang strategis. Tak jauh dari (Stadion) Spartak atau Luzhniki,” ujarnya.
Namun, di balik itu ada kendala terkait bahasa. Mayoritas masyarakat Rusia tidak dapat berbahasa Inggris. Lalu apa solusinya? Wartawan yang datang ke Rusia untuk meliput Piala Dunia atau fans yang melancong ke negara ini demi mendukung tim kesayangannya ramai-ramai men-download aplikasi penerjemah suara. Di antaranya Google Voice Translate, iTranslate Translator, Voice Translator, Translate Voice serta lainnya.
Jadi, ketika butuh sesuatu atau ingin menanyakan sesuatu tinggal buka aplikasi di smartphone, klik bahasa asal dan hendak diterjemahkan ke bahasa apa, lalu tekan lambang mikrofon dan berbicara. Dengan cepat, akan terdengar translasi dari apa yang kita ingin sampaikan.
“Tidak praktis sih, cuma bagaimana lagi?,” ujar Miguel, pendukung Peru saat kesulitan untuk checked-in di hotel di kawasan Gostinichnyy Proyezd, Moskow.
Aplikasi penerjemah bahasa ini juga tidak sepenuhnya akurat. Ada beberapa kata dari bahasa asal yang tidak ditemukan di bahasa Rusia, atau sebaliknya.
“Tentu saja, itu jadi membingungkan. Tipsnya berbicara dengan kata-kata yang umum dan tidak sulit jadi aplikasi bisa menterjemahkannya secara benar. Selain itu, kita tidak bisa ngomong panjang-panjang, aplikasinya langsung tidak mau bekerja,” imbuh Miguel.
Di ajang Piala Dunia sebenarnya banyak mahasiswa yang membuka jasa sebagai penerjemah untuk fans atau wartawan. Termasuk mahasiswa dari Indonesia. Tapi, untuk mayoritas fans mereka lebih memilih voice translator dari pada menambah pengeluaran untuk membayar penerjemah.
“Ada kalanya kita sendiri, karena penerjemah tidak 24 jam bersama kita. Jadi, kami tetap memakai aplikasi ini. Bagi saya sejauh ini efektif,” tutur Khemkhaeng, wartawan Thailand.
KORAN SINDO /SINDOnews.com pun mengunduh aplikasi Google Voice Translate karena pemilik apartment di Arbat, Moscow, tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Oksana, sang landlord bahkan mengaku kerap mendapat saran agar belajar bahasa Inggris lantaran apartment miliknya laris karena berada tak jauh dari pusat kota.“Mungkin nanti saya akan belajar. Tapi, orang-orang tetap menyewa apartment ini karena lokasi yang strategis. Tak jauh dari (Stadion) Spartak atau Luzhniki,” ujarnya.
(bbk)