Danica Patrick Ratu Balap Mobil Sejagat
A
A
A
DANICA Patrick menutup kariernya di dunia balap mobil dengan catatan tragis. Di balik duka tersebut, Danica Patrick masih memberikan kisah inspiratif bagi setiap wanita di berbagai belahan dunia. Seperti apa ?
Berapa harga sebuah inspirasi bagi kaum wanita? Bagi Emmeline Pankhurst, tokoh pergerakan kaum perempuan, harga inspirasi ditukar dengan seringnya dia bolak-balik masuk penjara. Keinginan Emmeline dianggap terlalu radikal bagi Inggris pada era 1930-an.
Waktu itu tidak ada satu pun wanita Inggris yang bisa memiliki hak suara dan Emmeline coba mendobraknya. Di Indonesia, seorang perempuan kelahiran Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur, bernama Marsinah berhasil menggugah banyak orang. Sutradara dan budayawan mengabadikan namanya. Berapa harga inspirasi yang Marsinah tebus? Dibayar tunai dengan nyawanya.
Danica Patrick, seorang perempuan kelahiran 25 Maret 1982 dari Wisconsin, Amerika Serikat, mencoba mematahkan mitos bahwa wanita tidak akan pernah ada di lintasan balap roda empat. Kehadiran wanita di dunia balap mobil memang seperti sebuah ilusi.
Sosok perempuan yang dianggap lemah gemulai dianggap tidak cocok dengan dunia tersebut. Kalaupun harus hadir di lintasan balap, wanita hanya cocok dijadikan sebagai pemanis. Sampai-sampai mantan Presiden Formula 1, Bernie Ecclestone, mengejek wanita untuk tidak pernah coba-coba terjun ke dunia balap mobil. “Secara fisik saja, wanita tidak bisa mengendarai mobil dengan kencang,” kata Bernie.
Saat ucapan tersebut keluar, radar Bernie bisa jadi tidak aktif untuk melihat kiprah Danica Patrick yang ternyata sudah mempersiapkan diri untuk balapan mobil sejak kecil. Latar belakang keluargalah yang mendorong Danica hingga dia bisa sukses berkarier di dunia balap ini.
Ibunya, Beverly Ann, adalah seorang mekanik snowmobile, sementara ayahnya, Terry Jose Patrick Jr, adalah seorang pembalap snowmobile , motocross , dan midget car. Keduanya bertemu secara tidak sengaja di suatu snowmobile event tahun 1970-an. Danica sendiri sudah mengenal dunia balap sejak 1992. Saat itu Danica yang baru berumur 10 tahun mulai melakukan go-karting di Sugar River Raceway, Brodhead, Wisconsin.
Pintu karier balapnya pun semakin terbuka lebar saat dia menghadiri event 1997 Indianapolis 500 dan berkenalan dengan John Mecom Jr. Sosok Johnlah yang kemudian mengarahkan Danica untuk mengikuti kontes balap Formula Fords di Inggris. Keseriusan Danica juga terlihat ketika umurnya menginjak 16 tahun.
Di umurnya yang masih belia itu, Danica memutuskan pindah ke Milton Keynes dan ikut berkompetisi dalam British National Series Events demi mengembangkan karier balapnya. Di negeri Ratu Elizabeth II itulah, dia berkenalan dengan sosok legendaris Formula 1, Sir Jackie Stewart. Di bawah asuhan Sir Jackie Stewart, dia sudah beradu cepat dengan mantan pembalap Formula 1 asal Inggris, Jenson Button.
Sekembalinya dari Inggris, Danica Patrick langsung berkiprah di ajang IndyCar 500 pada 2005. Tidak tanggung-tanggung, dia harus beradu otot dengan pembalap lainnya yang semuanya pria. Di kiprah perdananya, dia malah langsung merasakan kerasnya balapan mobil.
Mobil yang dia kendarai mengalami kecelakaan berat dan memaksanya langsung dibawa ke rumah sakit. Namun, dia tidak menyerah dan terus mencoba meraih hasil terbaik. Baru pada 2008 di ajang IndyCar 300 Twin Ring Motegi, Jepang, Danica Patrick berhasil meraih juara satu. Namanya langsung tercatat sebagai satusatunya wanita yang berhasil menang di ajang IndyCar Series.
Prestasi lain Danica tercatat dalam kompetisi 2009 Indianapolis 500, di mana dia berhasil mencapai finis di urutan ketiga. Posisi ini merupakan pencapaian tertinggi yang pernah diraih pembalap wanita di ajang tersebut. Tidak puas di IndyCar, pada 2012 Danica kemudian mencoba ajang balap mobil lain, Nascar. Di ajang ini, Danica benar-benar harus mengeja lagi satu per satu cara membalap mobil. Nascar merupakan dunia yang berbeda dibanding IndyCar. Seolah mendapat kesempatan, kritikan demi kritikan langsung bermunculan karena kegagalan Danica, padahal kiprah Danica tidak buruk-buruk amat di Nascar.
Pada 2013, Danica Patrick menjadi pembalap Nascar wanita pertama yang memenangi Nascar Sprint Cup Series Pole. “Hambatan fisik bukan masalah bagi wanita. Saya pernah dikalahkan Danica di gym dan sirkuit. Saya rasa Danica sama kuatnya dengan pembalap Formula 1 yang ada saat ini,” ungkap Jenson Button.
Danica sendiri mengatakan, kritikan yang diterima kaum hawa memang tidak bisa dihindari. Menurutnya, hal tersebut adalah hal yang alami karena adanya pandangan miring bahwa kaum adam pasti lebih kuat daripada kaum hawa. “Jadi, banyak pria yang secara tidak sadar merasa lebih kuat dari wanita karena memiliki fisik yang lebih kuat dan otot yang besar. Padahal, di beberapa bidang, seperti balapan, otot tidak serta merta menjadi yang utama.
Yang paling penting adalah keta hanan dan kemam puan menangani masalah dengan baik dan saya rasa itu dimiliki wanita lebih baik,” ujarnya.
Danica sadar keinginannya untuk mengubah persepsi tersebut akan menempuh jalan panjang dan terjal. Dia juga tahu bahwa keinginannya itu tidak akan mudah seperti halnya di film-film Hollywood.
Dia merasakan betul bagaimana bahagianya ketika menang balapan, juga rasa pahit ketika banyak sponsor mulai berpaling darinya. Bahkan, ketika merasa sudah cukup dan memutuskan untuk pensiun, Danica tidak berhasil menutup kariernya dengan cemerlang. Pada Mei lalu, dia kembali ke ajang balapan yang membesarkan namanya, Indy 500, sekaligus mengucapkan salam perpisahan.
Hanya, balapan tersebut berakhir tragis ketika mobil yang dia kendarai melintir di Sirkuit Indianapolis Motor Speedway di lap ke-68. Padahal, saat itu Danica berada di posisi yang sangat bagus. “Bukan akhir yang saya inginkan. Tetapi seperti yang saya bilang dulu, saya hanya beruntung mendapatkan kesempatan membuka pintu bagi perempuan untuk mencoba olahraga ini. Saya rasa apa pun jalan yang saya lalui, harus saya syukuri,” tutur Danica.
Pembalap IndyCar 500 Helio Castroneves mengatakan, banyak orang memandang rendah Danica karena merasa pembalap tersebut hanya mengandalkan posisinya sebagai perempuan.
“Kala itu banyak orang lang sung menutup mata pada bakatnya. Padahal, dia sangat jauh berbakat dari teman pria yang saya kenal. Dia memutuskan ber henti di usia yang masih potensial dan itu adalah kepu tusan berani yang saya sendiri tidak berani lakukan,” ujar Helio. (Wahyu Sibarani)
Berapa harga sebuah inspirasi bagi kaum wanita? Bagi Emmeline Pankhurst, tokoh pergerakan kaum perempuan, harga inspirasi ditukar dengan seringnya dia bolak-balik masuk penjara. Keinginan Emmeline dianggap terlalu radikal bagi Inggris pada era 1930-an.
Waktu itu tidak ada satu pun wanita Inggris yang bisa memiliki hak suara dan Emmeline coba mendobraknya. Di Indonesia, seorang perempuan kelahiran Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur, bernama Marsinah berhasil menggugah banyak orang. Sutradara dan budayawan mengabadikan namanya. Berapa harga inspirasi yang Marsinah tebus? Dibayar tunai dengan nyawanya.
Danica Patrick, seorang perempuan kelahiran 25 Maret 1982 dari Wisconsin, Amerika Serikat, mencoba mematahkan mitos bahwa wanita tidak akan pernah ada di lintasan balap roda empat. Kehadiran wanita di dunia balap mobil memang seperti sebuah ilusi.
Sosok perempuan yang dianggap lemah gemulai dianggap tidak cocok dengan dunia tersebut. Kalaupun harus hadir di lintasan balap, wanita hanya cocok dijadikan sebagai pemanis. Sampai-sampai mantan Presiden Formula 1, Bernie Ecclestone, mengejek wanita untuk tidak pernah coba-coba terjun ke dunia balap mobil. “Secara fisik saja, wanita tidak bisa mengendarai mobil dengan kencang,” kata Bernie.
Saat ucapan tersebut keluar, radar Bernie bisa jadi tidak aktif untuk melihat kiprah Danica Patrick yang ternyata sudah mempersiapkan diri untuk balapan mobil sejak kecil. Latar belakang keluargalah yang mendorong Danica hingga dia bisa sukses berkarier di dunia balap ini.
Ibunya, Beverly Ann, adalah seorang mekanik snowmobile, sementara ayahnya, Terry Jose Patrick Jr, adalah seorang pembalap snowmobile , motocross , dan midget car. Keduanya bertemu secara tidak sengaja di suatu snowmobile event tahun 1970-an. Danica sendiri sudah mengenal dunia balap sejak 1992. Saat itu Danica yang baru berumur 10 tahun mulai melakukan go-karting di Sugar River Raceway, Brodhead, Wisconsin.
Pintu karier balapnya pun semakin terbuka lebar saat dia menghadiri event 1997 Indianapolis 500 dan berkenalan dengan John Mecom Jr. Sosok Johnlah yang kemudian mengarahkan Danica untuk mengikuti kontes balap Formula Fords di Inggris. Keseriusan Danica juga terlihat ketika umurnya menginjak 16 tahun.
Di umurnya yang masih belia itu, Danica memutuskan pindah ke Milton Keynes dan ikut berkompetisi dalam British National Series Events demi mengembangkan karier balapnya. Di negeri Ratu Elizabeth II itulah, dia berkenalan dengan sosok legendaris Formula 1, Sir Jackie Stewart. Di bawah asuhan Sir Jackie Stewart, dia sudah beradu cepat dengan mantan pembalap Formula 1 asal Inggris, Jenson Button.
Sekembalinya dari Inggris, Danica Patrick langsung berkiprah di ajang IndyCar 500 pada 2005. Tidak tanggung-tanggung, dia harus beradu otot dengan pembalap lainnya yang semuanya pria. Di kiprah perdananya, dia malah langsung merasakan kerasnya balapan mobil.
Mobil yang dia kendarai mengalami kecelakaan berat dan memaksanya langsung dibawa ke rumah sakit. Namun, dia tidak menyerah dan terus mencoba meraih hasil terbaik. Baru pada 2008 di ajang IndyCar 300 Twin Ring Motegi, Jepang, Danica Patrick berhasil meraih juara satu. Namanya langsung tercatat sebagai satusatunya wanita yang berhasil menang di ajang IndyCar Series.
Prestasi lain Danica tercatat dalam kompetisi 2009 Indianapolis 500, di mana dia berhasil mencapai finis di urutan ketiga. Posisi ini merupakan pencapaian tertinggi yang pernah diraih pembalap wanita di ajang tersebut. Tidak puas di IndyCar, pada 2012 Danica kemudian mencoba ajang balap mobil lain, Nascar. Di ajang ini, Danica benar-benar harus mengeja lagi satu per satu cara membalap mobil. Nascar merupakan dunia yang berbeda dibanding IndyCar. Seolah mendapat kesempatan, kritikan demi kritikan langsung bermunculan karena kegagalan Danica, padahal kiprah Danica tidak buruk-buruk amat di Nascar.
Pada 2013, Danica Patrick menjadi pembalap Nascar wanita pertama yang memenangi Nascar Sprint Cup Series Pole. “Hambatan fisik bukan masalah bagi wanita. Saya pernah dikalahkan Danica di gym dan sirkuit. Saya rasa Danica sama kuatnya dengan pembalap Formula 1 yang ada saat ini,” ungkap Jenson Button.
Danica sendiri mengatakan, kritikan yang diterima kaum hawa memang tidak bisa dihindari. Menurutnya, hal tersebut adalah hal yang alami karena adanya pandangan miring bahwa kaum adam pasti lebih kuat daripada kaum hawa. “Jadi, banyak pria yang secara tidak sadar merasa lebih kuat dari wanita karena memiliki fisik yang lebih kuat dan otot yang besar. Padahal, di beberapa bidang, seperti balapan, otot tidak serta merta menjadi yang utama.
Yang paling penting adalah keta hanan dan kemam puan menangani masalah dengan baik dan saya rasa itu dimiliki wanita lebih baik,” ujarnya.
Danica sadar keinginannya untuk mengubah persepsi tersebut akan menempuh jalan panjang dan terjal. Dia juga tahu bahwa keinginannya itu tidak akan mudah seperti halnya di film-film Hollywood.
Dia merasakan betul bagaimana bahagianya ketika menang balapan, juga rasa pahit ketika banyak sponsor mulai berpaling darinya. Bahkan, ketika merasa sudah cukup dan memutuskan untuk pensiun, Danica tidak berhasil menutup kariernya dengan cemerlang. Pada Mei lalu, dia kembali ke ajang balapan yang membesarkan namanya, Indy 500, sekaligus mengucapkan salam perpisahan.
Hanya, balapan tersebut berakhir tragis ketika mobil yang dia kendarai melintir di Sirkuit Indianapolis Motor Speedway di lap ke-68. Padahal, saat itu Danica berada di posisi yang sangat bagus. “Bukan akhir yang saya inginkan. Tetapi seperti yang saya bilang dulu, saya hanya beruntung mendapatkan kesempatan membuka pintu bagi perempuan untuk mencoba olahraga ini. Saya rasa apa pun jalan yang saya lalui, harus saya syukuri,” tutur Danica.
Pembalap IndyCar 500 Helio Castroneves mengatakan, banyak orang memandang rendah Danica karena merasa pembalap tersebut hanya mengandalkan posisinya sebagai perempuan.
“Kala itu banyak orang lang sung menutup mata pada bakatnya. Padahal, dia sangat jauh berbakat dari teman pria yang saya kenal. Dia memutuskan ber henti di usia yang masih potensial dan itu adalah kepu tusan berani yang saya sendiri tidak berani lakukan,” ujar Helio. (Wahyu Sibarani)
(nfl)