Para Penggemar Menanti Pertarungan Duo Amerika Latin
A
A
A
SAMARA - Pertemuan Brasil dan Meksiko pada babak gugur Piala Dunia 2018 di Samara Arena, malam ini, menjadi salah satu laga paling banyak ditunggu.
Pertarungan kedua kekuatan besar Amerika Latin itu selalu menyuguhkan pertandingan berkelas, intens, dan memuaskan. Setidaknya jika melihat sejarah pertemuan kedua tim. Seperti pada laga kedua babak penyisihan grup Copa America 1999 yang diwarnai banyak drama. Saat itu, meski menang 2-1, Canarinho berada di bawah tekanan hebat akibat gempuran Meksiko pada menit akhir hingga membuat staf pelatih berteriak agar laga segera diakhiri. Sebagai juara dunia 1970, Brasil yang selalu memiliki generasi bertalenta tidak pernah kewalahan seperti saat melawan Meksiko. Staf pelatih yang meminta wasit agar segera meniup peluit panjang membuktikan tekanan yang dihadapi tim Samba .
Bagi Meksiko, penampilan itu menjadi momen terbaik. Kekhawatiran Brasil atas kekuatan Meksiko akhirnya berbuah nestapa. Pada Copa 2001, El Tri sukses menekuk Brasil 1-0 pada babak penyisihan. Sejarah serupa juga dicatat Meksiko di tanah Jerman pada Piala Konfederasi 2005. Beberapa bulan kemudian, mereka mengalahkan Brasil 3-0 pada Piala Dunia U-17. Meksiko juga pernah menahan imbang Brasil pada babak penyisihan grup Piala Dunia 2014, yang membuat Brasil berada dalam tekanan dan dibantai Jerman 1-7 pada babak gugur. Laga kali ini juga diprediksi akan berlangsung menarik. Kedua tim telah diperkuat para punggawa yang mumpuni dan energik.
Meksiko dan Brasil sama-sama memikul beban ekspektasi dan impian sama. Capaian menuju babak perempat final di atas tim juara lima kali Piala Dunia yang terjungkal akan menjadi kemenangan besar bagi Meksiko. Sebaliknya, bagi Brasil, kekalahan itu akan menjadi noda hitam di dalam sejarah mereka.
Pelatih Meksiko Juan Carlos Osorio yang pernah menjadi bagian dari staf tim Brasil jelas menjadi keuntungan tersendiri untuk merumuskan strategi menghadapi Marcelo dkk. Brasil patut waspada dan melipatgandakan pertahanan mengingat Osorio sangat terobsesi dengan daya serang, kekuatan, dan kecepatan.
Selain itu, Osorio dikenal sebagai pelatih yang memiliki taktik ganda dan dinamis di lapangan. Penyerang sayap sering dijadikan algojo untuk menembus pertahanan lawan, terlepas diakhiri dengan eksekusi atau assist. Penampilan ini juga dipertontonkan Osorio saat Meksiko mengalahkan Jerman 1-0.
Namun risikonya, ketika serangan itu dipatahkan lawan, formasi pemain yang terlalu melebar akan menjadi kelemahan terbesar. Penyerang lawan yang memiliki kemampuan dan teknik mumpuni dapat menjadi ancaman. Chile juga sukses melakukannya dan menang 7-0 pada Copa Centenario 2016 silam. Brasil juga bukanlah Jerman.
Tim Samba memiliki banyak penyerang yang dianugerahi bakat langka dan diakui dunia. Sementara Meksiko juga bukan Serbia yang dikalahkan Brasil untuk bisa melesat ke babak 16 besar. Serbia tidak memiliki pemain cepat seperti Hirving Lozano atau penyerang tajam Carlos Vela.
Tantangan yang ditebarkan Meksiko akan memaksa Brasil berpikir keras, terutama jika pemain inti seperti Marcelo tidak bisa turun ke lapangan akibat cedera. Pemilihan Thiago Silva sebagai bek tengah akan banyak membantu. Kemampuannya merebut bola dan berduel di udara tidak perlu diragukan lagi.
Meksiko yang mengejar quinto partido akan bertarung mati-matian. Adapun Brasil berupaya menjaga reputasi internasional juga tidak akan membiarkan El Tri memper malukan mereka. “Kami harus menang untuk bisa mencapai laga kelima,” kata kapten Andres Guardado dikutip nbcsports.com .
Pertarungan kedua kekuatan besar Amerika Latin itu selalu menyuguhkan pertandingan berkelas, intens, dan memuaskan. Setidaknya jika melihat sejarah pertemuan kedua tim. Seperti pada laga kedua babak penyisihan grup Copa America 1999 yang diwarnai banyak drama. Saat itu, meski menang 2-1, Canarinho berada di bawah tekanan hebat akibat gempuran Meksiko pada menit akhir hingga membuat staf pelatih berteriak agar laga segera diakhiri. Sebagai juara dunia 1970, Brasil yang selalu memiliki generasi bertalenta tidak pernah kewalahan seperti saat melawan Meksiko. Staf pelatih yang meminta wasit agar segera meniup peluit panjang membuktikan tekanan yang dihadapi tim Samba .
Bagi Meksiko, penampilan itu menjadi momen terbaik. Kekhawatiran Brasil atas kekuatan Meksiko akhirnya berbuah nestapa. Pada Copa 2001, El Tri sukses menekuk Brasil 1-0 pada babak penyisihan. Sejarah serupa juga dicatat Meksiko di tanah Jerman pada Piala Konfederasi 2005. Beberapa bulan kemudian, mereka mengalahkan Brasil 3-0 pada Piala Dunia U-17. Meksiko juga pernah menahan imbang Brasil pada babak penyisihan grup Piala Dunia 2014, yang membuat Brasil berada dalam tekanan dan dibantai Jerman 1-7 pada babak gugur. Laga kali ini juga diprediksi akan berlangsung menarik. Kedua tim telah diperkuat para punggawa yang mumpuni dan energik.
Meksiko dan Brasil sama-sama memikul beban ekspektasi dan impian sama. Capaian menuju babak perempat final di atas tim juara lima kali Piala Dunia yang terjungkal akan menjadi kemenangan besar bagi Meksiko. Sebaliknya, bagi Brasil, kekalahan itu akan menjadi noda hitam di dalam sejarah mereka.
Pelatih Meksiko Juan Carlos Osorio yang pernah menjadi bagian dari staf tim Brasil jelas menjadi keuntungan tersendiri untuk merumuskan strategi menghadapi Marcelo dkk. Brasil patut waspada dan melipatgandakan pertahanan mengingat Osorio sangat terobsesi dengan daya serang, kekuatan, dan kecepatan.
Selain itu, Osorio dikenal sebagai pelatih yang memiliki taktik ganda dan dinamis di lapangan. Penyerang sayap sering dijadikan algojo untuk menembus pertahanan lawan, terlepas diakhiri dengan eksekusi atau assist. Penampilan ini juga dipertontonkan Osorio saat Meksiko mengalahkan Jerman 1-0.
Namun risikonya, ketika serangan itu dipatahkan lawan, formasi pemain yang terlalu melebar akan menjadi kelemahan terbesar. Penyerang lawan yang memiliki kemampuan dan teknik mumpuni dapat menjadi ancaman. Chile juga sukses melakukannya dan menang 7-0 pada Copa Centenario 2016 silam. Brasil juga bukanlah Jerman.
Tim Samba memiliki banyak penyerang yang dianugerahi bakat langka dan diakui dunia. Sementara Meksiko juga bukan Serbia yang dikalahkan Brasil untuk bisa melesat ke babak 16 besar. Serbia tidak memiliki pemain cepat seperti Hirving Lozano atau penyerang tajam Carlos Vela.
Tantangan yang ditebarkan Meksiko akan memaksa Brasil berpikir keras, terutama jika pemain inti seperti Marcelo tidak bisa turun ke lapangan akibat cedera. Pemilihan Thiago Silva sebagai bek tengah akan banyak membantu. Kemampuannya merebut bola dan berduel di udara tidak perlu diragukan lagi.
Meksiko yang mengejar quinto partido akan bertarung mati-matian. Adapun Brasil berupaya menjaga reputasi internasional juga tidak akan membiarkan El Tri memper malukan mereka. “Kami harus menang untuk bisa mencapai laga kelima,” kata kapten Andres Guardado dikutip nbcsports.com .
(don)