Merci Francais
A
A
A
Prancis tidak membutuhkan banyak pasukan untuk menaklukkan Moskow, Rusia. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dilakukan Napoleon Bonaparte dengan Grande Armee, berkuatan lebih dari 500 ribu pasukan.
Napoleon ahli strategi perang terbaik yang pernah tercatat dalam sejarah Eropa dan dunia. Dia membawa kemenangan gilang gemilang Prancis, bahkan nyaris menguasai seluruh daratan Eropa, baik dengan kobaran perang maupun diplomasi. Namun, sejarah mencatat, di balik semua kesuksesan tersebut, ada dua kegagalan yang pernah dirasakan Pria Korsika tersebut.
Salah satunya saat membawa pasukannya menyeberangi Sungai Niemen ke Rusia pada 14 September 1812. Grande Armee merupakan kekuatan militer terbesar di Eropa pada masanya, dengan kekuatan lebih dari 500 ribu serdadu. Tapi, apa daya, saat memasuki Moskow, Rusia memilih strategi membumihanguskan seluruh kota sambil mundur teratur.
Kota kosong dan banyak dipenuhi api dan asap. Kebakaran hebat melanda Moskow membuat Napoleon dan pasukannya meninggalkan Moskow dan ke pinggiran kota. Di sana mereka mengepung sambil berharap Rusia menyerah, tapi keinginan itu sia-sia. Napoleon kemudian meminta pasukannya pulang karena tidak kuat dengan suhu dingin yang membuat pasukannya lemah dan kekurangan bahan makanan.
Saat hendak pulang, Komandan Rusia Jenderal Mikhail Kutuzov melakukan serangan di Maloyaroslavets. Grande Armee yang dibanggakan berantakan sehingga harus mundur. Saat manuver mundur itulah, tentara Napoleon terusterusan menderita akibat gempuran pasukan Rusia yang tanpa ampun.
Kini, 206 tahun setelah peristiwa tersebut, pasukan Prancis di bawah ahli strategi Didier Deschamp berhasil menaklukkan Moskow. Dengan pasukan pelangi yang memiliki akar dari banyak negara, agama, dan kepercayaan, mereka berhasil menguasai “Moskow” setelah mengalahkan Kroasia 4-2 pada partai final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Minggu (15/7).
“Merci,” tulis Presiden Prancis Emmanuel Macron di akun media sosial miliknya. “Kalian berhasil. Kalian memperlihatkan permainan luar biasa, membuat 60 juta orang Prancis bangga, dan saya ingin menceritakan kisah ini pada anakanak nantinya,” katanya.
Napoleon ahli strategi perang terbaik yang pernah tercatat dalam sejarah Eropa dan dunia. Dia membawa kemenangan gilang gemilang Prancis, bahkan nyaris menguasai seluruh daratan Eropa, baik dengan kobaran perang maupun diplomasi. Namun, sejarah mencatat, di balik semua kesuksesan tersebut, ada dua kegagalan yang pernah dirasakan Pria Korsika tersebut.
Salah satunya saat membawa pasukannya menyeberangi Sungai Niemen ke Rusia pada 14 September 1812. Grande Armee merupakan kekuatan militer terbesar di Eropa pada masanya, dengan kekuatan lebih dari 500 ribu serdadu. Tapi, apa daya, saat memasuki Moskow, Rusia memilih strategi membumihanguskan seluruh kota sambil mundur teratur.
Kota kosong dan banyak dipenuhi api dan asap. Kebakaran hebat melanda Moskow membuat Napoleon dan pasukannya meninggalkan Moskow dan ke pinggiran kota. Di sana mereka mengepung sambil berharap Rusia menyerah, tapi keinginan itu sia-sia. Napoleon kemudian meminta pasukannya pulang karena tidak kuat dengan suhu dingin yang membuat pasukannya lemah dan kekurangan bahan makanan.
Saat hendak pulang, Komandan Rusia Jenderal Mikhail Kutuzov melakukan serangan di Maloyaroslavets. Grande Armee yang dibanggakan berantakan sehingga harus mundur. Saat manuver mundur itulah, tentara Napoleon terusterusan menderita akibat gempuran pasukan Rusia yang tanpa ampun.
Kini, 206 tahun setelah peristiwa tersebut, pasukan Prancis di bawah ahli strategi Didier Deschamp berhasil menaklukkan Moskow. Dengan pasukan pelangi yang memiliki akar dari banyak negara, agama, dan kepercayaan, mereka berhasil menguasai “Moskow” setelah mengalahkan Kroasia 4-2 pada partai final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Minggu (15/7).
“Merci,” tulis Presiden Prancis Emmanuel Macron di akun media sosial miliknya. “Kalian berhasil. Kalian memperlihatkan permainan luar biasa, membuat 60 juta orang Prancis bangga, dan saya ingin menceritakan kisah ini pada anakanak nantinya,” katanya.
(don)