Asosiasi Sepak Bola Jerman Bantah Tudingan Oezil
A
A
A
BERLIN - Curahan hati Mesut Oezil yang kecewa atas perlakukan rasial yang dilakukan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) terhadap dirinya mendapat tanggapan balik. Mereka membantah keras tudingan gelandang Arsenal itu.
DFB berkilah bahwa tidak ada rasialisme di dalam organisasinya. Mereka mengatakan selama ini DFB berkomitmen selalu menjunjung tinggi perbedaan dan keanekaragaman di sepak bola Jerman. “Kami jelas menolak gagasan di mana DFB dikaitkan dengan rasialisme. Baik dari perwakilannya, karyawan, klub serta jutaan relawannya. DFB telah bekerja keras dalam pelayanan integrasi di Jerman selama bertahun-tahun,” ungkap pernyataan resmi DFB, dilansir dw.com.
DFB juga mengatakan Oezil merupakan bagian penting dari kesuksesan Jerman terutama saat menjuarai Piala Dunia 2014. Pemain berusia 29 tahun tersebut mengoleksi 92 capsdan mencetak 23 gol. Karena itu, meski telah pensiun, DFB akan selalu memberikan penghormatan dan dukungan kepada Oezil dalam bentuk apa pun.
“Kami menyesalkan Mesut Oezil merasa belum cukup mendapatkan perlindungan terhadap kasus rasial yang dialaminya. Terlepas dari hasil buruk di Piala Dunia 2018 dan hal lainnya, di DFB, kami menang dan kalah bersama,” ujar pernyataan DFB.
Situasi sulit yang dialami Oezil menuai simpati dari berbagai pihak, salah satunya dari mantan juru bicara DFB Harald Stenger. Menurutnya Reinhard Grindel merupakan sosok yang harus bertanggung jawab atas kekisruhan yang terjadi dan mendesaknya mundur dari jabatannya sebagai Presiden DFB.
“Presiden DFB (Grindel) membawa tanggung jawab politik mengenai bagaimana kasus ini ditangani. Dia bertanggung jawab atas komunikasi yang membawa malapetaka. Saya telah mengenal Presiden DFB selama bertahuntahun dan saya dapat mengatakan bahwa Grindel adalah yang terburuk dalam 50 tahun terakhir,” ucap Stenger.
Dukungan juga datang dari mantan Presiden DFB periode 2006-2012 Theo Zwanziger yang merasa sedih dengan keputusan Oezil pensiun dari tim nasional Jerman. Agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari, Zwanziger berharap DFB melakukan evaluasi secara menyeluruh sehingga persatuan dalam sepak bola Jerman kembali terjalin harmonis.
“Ketika ada konflik, Anda harus mencoba menyelesaikannya dengan dialog secepat mungkin. DFB gagal menyelesaikannya sebelum Piala Dunia 2018 bergulir dan permasalahan itu muncul ke permukaan. Karena kesalahan komunikasi, sesuatu telah terjadi dan seharusnya tidak terjadi kepada para imigran. Mereka tidak boleh merasa seperti warga Jerman kelas dua,” tandasnya.
Apresiasi tinggi turut ditunjukkan kanselir Jerman Angela Merkel. Melalui juru bicaranya, Ulrike Demmer, Merkel mengatakan ada sekitar tiga juta warga dengan akar Turki yang tinggal di Jerman terintegasi dengan baik. Demmer turut menyampaikan bahwa Merkel menaruh rasa hormat kepada Oezil yang telah memutuskan pensiun dari tim nasional.
“Kanselir sangat menghargai Oezil. Dia adalah pemain sepak bola yang telah memberikan kontribusi luar biasa kepada tim nasional Jerman,” ucap Demmer.
DFB berkilah bahwa tidak ada rasialisme di dalam organisasinya. Mereka mengatakan selama ini DFB berkomitmen selalu menjunjung tinggi perbedaan dan keanekaragaman di sepak bola Jerman. “Kami jelas menolak gagasan di mana DFB dikaitkan dengan rasialisme. Baik dari perwakilannya, karyawan, klub serta jutaan relawannya. DFB telah bekerja keras dalam pelayanan integrasi di Jerman selama bertahun-tahun,” ungkap pernyataan resmi DFB, dilansir dw.com.
DFB juga mengatakan Oezil merupakan bagian penting dari kesuksesan Jerman terutama saat menjuarai Piala Dunia 2014. Pemain berusia 29 tahun tersebut mengoleksi 92 capsdan mencetak 23 gol. Karena itu, meski telah pensiun, DFB akan selalu memberikan penghormatan dan dukungan kepada Oezil dalam bentuk apa pun.
“Kami menyesalkan Mesut Oezil merasa belum cukup mendapatkan perlindungan terhadap kasus rasial yang dialaminya. Terlepas dari hasil buruk di Piala Dunia 2018 dan hal lainnya, di DFB, kami menang dan kalah bersama,” ujar pernyataan DFB.
Situasi sulit yang dialami Oezil menuai simpati dari berbagai pihak, salah satunya dari mantan juru bicara DFB Harald Stenger. Menurutnya Reinhard Grindel merupakan sosok yang harus bertanggung jawab atas kekisruhan yang terjadi dan mendesaknya mundur dari jabatannya sebagai Presiden DFB.
“Presiden DFB (Grindel) membawa tanggung jawab politik mengenai bagaimana kasus ini ditangani. Dia bertanggung jawab atas komunikasi yang membawa malapetaka. Saya telah mengenal Presiden DFB selama bertahuntahun dan saya dapat mengatakan bahwa Grindel adalah yang terburuk dalam 50 tahun terakhir,” ucap Stenger.
Dukungan juga datang dari mantan Presiden DFB periode 2006-2012 Theo Zwanziger yang merasa sedih dengan keputusan Oezil pensiun dari tim nasional Jerman. Agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari, Zwanziger berharap DFB melakukan evaluasi secara menyeluruh sehingga persatuan dalam sepak bola Jerman kembali terjalin harmonis.
“Ketika ada konflik, Anda harus mencoba menyelesaikannya dengan dialog secepat mungkin. DFB gagal menyelesaikannya sebelum Piala Dunia 2018 bergulir dan permasalahan itu muncul ke permukaan. Karena kesalahan komunikasi, sesuatu telah terjadi dan seharusnya tidak terjadi kepada para imigran. Mereka tidak boleh merasa seperti warga Jerman kelas dua,” tandasnya.
Apresiasi tinggi turut ditunjukkan kanselir Jerman Angela Merkel. Melalui juru bicaranya, Ulrike Demmer, Merkel mengatakan ada sekitar tiga juta warga dengan akar Turki yang tinggal di Jerman terintegasi dengan baik. Demmer turut menyampaikan bahwa Merkel menaruh rasa hormat kepada Oezil yang telah memutuskan pensiun dari tim nasional.
“Kanselir sangat menghargai Oezil. Dia adalah pemain sepak bola yang telah memberikan kontribusi luar biasa kepada tim nasional Jerman,” ucap Demmer.
(don)