Pencak Silat Rukunkan Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Ketegangan politik yang beberapa tahun belakangan tiada henti mewarnai bangsa ini kemarin serta-merta mencair.
Suasana ini terwujud setelah dua tokoh yang akan kembali bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, berpelukan. Momen istimewa ini terjadi ketika keduanya menyaksikan laga puncak pencak silat Asian Games 2018 yang digelar di Padepokan Pencak Silat di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, kemarin.
Apa yang mereka suguhkan seolah-olah sama sekali tidak ada konflik atau persaingan untuk memperebutkan kekuasaan di antara keduanya. Baik Jokowi maupun Prabowo menunjukkan bahwa sekeras apa pun pertarungan politik yang terjadi tidak mengurangi kekompakan untuk mengedepankan kebanggaan atas prestasi bangsa.
Di sisi lain, fakta tersebut memverifikasi kebenaran bahwa olahraga menyatukan perbedaan. Secara khusus pencak silat telah berhasil merukunkan Jokowi dan Prabowo. Pencak silat merekatkan bangsa.
Adegan berpelukan antara Jokowi dan Prabowo yang juga ketua umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) terjadi begitu saja kala atlet pencak silat Hanifan Yudani Kusumah yang turun di Tarung Putra Kelas C (55-60 kg) dinyatakan menang 3-2 atas pesilat Vietnam Thai Linh dan menyum bangkan medali emas ke-29 untuk Indonesia.
Setelah sempat mengelilingi gelanggang dengan membawa bendera Merah Putih, atlet kelahiran 25 Oktober 1997 tersebut kemudian mendatangi tribune VVIP tempat Jokowi dan Prabowo berada.
Awalnya Hanifan memeluk Ketua Kontingen Asian Games 2018 Komjen Pol (Purn) Syafruddin, menyalami mantan Presiden Ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri, dan memeluk Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Selanjutnya atlet asal Jawa Barat tersebut menyalami dan dipeluk Jokowi. Kemudian dia menyalami Prabowo yang tepat berada di sisi kiri Jokowi untuk bersalam dan ber pelukan dengan durasi waktu yang agak lama hingga tepukan tangan penonton semakin terdengar. Jokowi dan para tokoh yang menyaksikan peristiwa tersebut bahkan turut bertepuk tangan dengan bersemangat. Tanpa dinyana, Hanifan lantas memeluk Jokowi dan Prabowo secara bersamaan dalam selubung bendera Merah Putih.
Tepuk tangan pun semakin menggema di Padepokan Pencak Silat TMII. JK, Megawati, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, dan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristanto juga bertepuk tangan dan memperlihatkan kegembiraannya.
Jokowi dan Prabowo juga tidak menutupi kegembiraannya atas peristiwa langka tersebut. Ekspresi tersebut mereka sampaikan saat melakukan jumpa pers bareng seusai acara penyerahan medali atlet pencak silat.
“Tadi saya dipeluk Hanifan. Tadi saya sama Pak Prabowo enggak tahu, mendadak barengan, tapi yang jelas bau. Tapi baunya harum karena menang, bau apa pun harum karena menang,” ucap Jokowi.
Jokowi lantas menyampaikan kehadirannya untuk mengucapkan terima kasih kepada para atlet pencak silat yang telah berprestasi dan memberikan selamat kepada Prabowo yang mengomandani pencak silat, yang ia sebut sebagai teman baik dan sahabat.
"Beliau (Prabowo) adalah ketua IPSI sehingga kita tahu semuanya, kita mendapatkan emas dari cabang olahraga pencak silat ini 14 sehingga total sekarang kita mendapatkan emas 30. Saya kira semuanya untuk Indonesia, untuk negara, dan untuk rakyat semuanya,” ucap Jokowi. Prabowo yang mengatasnamakan masyarakat pencak silat Indonesia membalas dengan mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi.
“Bayangkan semua hadir di sini, di saat-saat kritis ini, membangkitkan semangat untuk masyarakat pencak silat. Kita bangga bisa berperan, bisa berbuat yang terbaik untuk negara dan bangsa. Kalau sudah untuk negara dan bangsa, kita semua bersatu, tidak ada perbedaan,” ujar Prabowo.
Jokowi menimpali pernyataan Prabowo dengan mengatakan, “Bersatu, bersatu.” Selain Prabowo, dalam jumpa pers tersebut Jokowi juga didampingi Megawati, Puan Maharani, Syafruddin, dan Ketua Harian PB IPSI Edhy Prabowo.
Suasana gelak tawa dan akrab kental mewarnai selama jalannya jumpa pers, termasuk antara Prabowo dan Megawati. Salah satunya terjadi saat mantan Danjen Kopassus itu menyebut nama Ibu Presiden kepada Megawati, namun agak kelupaan menyebut presiden ke berapa.
Mantan menantu Presiden Soeharto itu lantas melihat ke arah Megawati, dan putri proklamator Soekarno itu merespons dengan memegang bahu kiri Prabowo dengan mengatakan, “Lima. Jangan lupa,” yang kontan disambut gelak tawa bersama.
Untuk mengekspresikan kegembiraan atas momen berpelukan tersebut, Jokowi membagikan foto tersebut kepada publik lewat Instragramnya. Prabowo pun turut memposting foto momen yang sama lewat akun Instragram@Prabowo.
“Kita boleh berbeda pendapat di antara kita, tapi satu, kalau menyangkut kepentingan nasional, kita harus bersatu,” tulis Prabowo dalam akun Instagramnya kemarin.
Keakraban Jokowi-Prabowo tidak berhenti di situ. Seusai penyerahan medali kepada pesilat peraih medali dan lagu Indonesia Raya berkumandang, Jokowi mengeluarkan ponselnya dan mengajak Prabowo dan pesilat peraih medali emas Wewey Wita nge-vlog bersama.
Prabowo tampak bersemangat berbicara, termasuk Wewey. Selain dua momen tersebut, suasana akrab juga dipertunjukkan sebelumnya ketika Prabowo menjemput Jokowi di pelataran parkir. Prabowo saat mengantarkan ke venue terlihat sempat menggandeng tangan Jokowi.
Selain itu, selama duduk di tribun VVIP untuk menyaksikan jalannya pertandingan pencak silat, mereka juga terlihat terus mengobrol, termasuk dengan tokoh-tokoh lain yang duduk berjajaran.
Adapun Hanifan tidak menutupi rasa bangganya bisa membuat Jokowi dan Prabowo berpelukan. Dia bahkan berharap apa yang dilakukannya bisa memperkuat persatuan bangsa.
“Sensasinya terharu. Pertama-tama, saya kenapa harus mempererat seperti itu karena Indonesia harus saling menghargai karena banyak di socmed kan saling mencerca Prabowo-Jokowi. Tapi, sisi lain tidak seperti itu, makanya dengan pencak silat (sebagai) budaya bangsa Indonesia, saya mempererat silaturahmi kita,” ucap Hanifan.
Pesilat muda ini berharap semua pihak bisa menjunjung sportivitas dan tidak terus terpecah-belah. Dia mengingatkan bahwa Jokowi dan Prabowo sama-sama orang hebat untuk Indonesia.
“Biar tahu masyarakat Indonesia, Prabowo dan Jokowi tidak ada apa-apa. Hanya itu orang-orang yang syirik karena kesuksesan mereka. Saya sebagai insan silat Indonesia bahwa silat itu artinya silaturahmi. Jadi kita harus jaga menjaga hati kita sama-sama. Kita satu bangsa, satu negara, masak kita harus terpecah belah karena hal tidak penting,” tutur Hanifan.
Kalangan partai politik merespons positif suguhan kerukunan yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang menyaksikan langsung momen tersebut menilai suasana tersebut membawa pesan perdamaian. Dua pemimpin tersebut memberi pelajaran bahwa walaupun berbeda pilihan, kebersamaan harus tetap dijaga.
“Dan inilah pelajaran hari ini, bagaimana persaingan boleh, tetapi intinya adalah mana yang membawa prestasi bagi bangsa dan negara, mana yang membawa keharuman, dan untuk itu kita di tengah-tengah kontestasi harus bergandengan tangan,” ucapnya.
Sekretaris timses Jokowi-Ma’ruf Amin ini meminta politik untuk belajar dari olahraga. “Iya, ini sangat bagus, menyejukkan suasana politik bahwa olahraga itu menyatukan karena membawa nama harum bangsa dan negara. Politik harus belajar dari olah raga. Membawa nilai keadaban publik kemudian semua bisa berangkulan karena olahraga itu sportif,” tandasnya.
Adapun Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad yang juga menyaksikan momentum bersejarah tersebut mengapresiasi Hanifan. Dia menilai Hanifan sebagai atlet pencak silat yang mengerti bahwa olah raga pencak silat ini menjunjung tinggi sportivitas dan sikap ksatria.
Dengan memeluk dua tokoh bangsa ini, Hanifan hendak menunjukkan pesan agar dua capres tersebut bertarung layaknya pencak silat dengan menjunjung tinggi sportivitas dan sikap ksatria. “Nanti harapannya di pilpres begitu, bertarung secara ksatria, bertarung secara jantan, dan apa pun pertandingan itu sama dengan pencak silat ini,” tuturnya.
Dia juga menandaskan agar semua pihak dalam Pilpres 2019 nanti bisa mencontoh pelaksanaan Asian Games 2018 ini di mana medali-medali yang dihasilkan merupakan pencapaian atas jerih payah semua pihak baik itu para atlet, pelatih, pengurus organisasi olahraga seperti Prabowo,maupun pemerintah sebagai pembina dan penyelenggara.
“Ini keberhasilan semua pihak kalau menurut saya. Harusnya pilpres bisa seperti Asian Games, penyelenggara dan peserta kompak, penyeleng gara pemilu juga harus begitu, kompak, enggak berpihak juga,” tandasnya.
Ketua Pemuda Partai Perindo Effendi Syahputra melihat perilaku yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo tersebut menurunkan tensi suhu politik yang akhirakhir ini memanas. Jokowi dan Prabowo maju dalam Pilpres 2019.
“Ini bermakna seperti menyiram panasnya suhu politik akhir-akhir ini. Dan, hanya olahraga yang bisa menyatukan semua ini,” terangnya.
Harus Dilihat Para Pendukung
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai Jokowi dan Prabowo menunjukkan sikap yang cair mesti keduanya menjadi rival dalam pemilu mendatang. Hubungan baik, cair, dan erat ini mestinya dilihat juga terutama oleh masing-masing pendukung fanatik mereka juga masyarakat luas.
”Pada dasarnya dua pemimpin ini memeliki hubungan yang baik cuma kompetisi membuat keduanya harus bersaing,” ucapnya.
Dalam pandangannya, kompetisi memperebutkan kekuasaan ini hanya butuh satu pemenang. Karena itu, muncul perpecahan dan kadang perpecahan terjadi bukan hanya di atas, tapi sampai pada tahap bawah masyarakat pendukung.
“Harusnya para diehard (pendukung) keduanya bisa melihat adegan tersebut bahwa di pucuk kekuasaan saja mereka masih berdamai, tidak bersitegang seperti yang mereka tafsirkan,” ungkapnya.
Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta Emrus Sihombing menandaskan, sebenarnya antara Jokowi dan Prabowo sejauh ini memiliki hubungan yang sangat bagus sebagai teman. Hal ini berbeda dengan persepsi yang dimunculkan media bahwa hubungan keduanya seolah memanas.
Dalam pandangnya, persepsi negatif yang muncul sebagai dampak ulah kader parpol yang disampaikan ke media. Dia menduga ada pihak ketiga yang sengaja memanaskan hubungan keduanya.
“Mereka otomatis saling merangkul. Ini perilaku yang tidak dirancang, tapi spontanitas dan biasanya ini di-drive oleh isi hati. Ketika mereka dirangkul, tidak ada satu pun lambang nonverbal menolak. Bahkan mereka terlihat begitu dekatnya,” ujarnya.
Suasana ini terwujud setelah dua tokoh yang akan kembali bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, berpelukan. Momen istimewa ini terjadi ketika keduanya menyaksikan laga puncak pencak silat Asian Games 2018 yang digelar di Padepokan Pencak Silat di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, kemarin.
Apa yang mereka suguhkan seolah-olah sama sekali tidak ada konflik atau persaingan untuk memperebutkan kekuasaan di antara keduanya. Baik Jokowi maupun Prabowo menunjukkan bahwa sekeras apa pun pertarungan politik yang terjadi tidak mengurangi kekompakan untuk mengedepankan kebanggaan atas prestasi bangsa.
Di sisi lain, fakta tersebut memverifikasi kebenaran bahwa olahraga menyatukan perbedaan. Secara khusus pencak silat telah berhasil merukunkan Jokowi dan Prabowo. Pencak silat merekatkan bangsa.
Adegan berpelukan antara Jokowi dan Prabowo yang juga ketua umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) terjadi begitu saja kala atlet pencak silat Hanifan Yudani Kusumah yang turun di Tarung Putra Kelas C (55-60 kg) dinyatakan menang 3-2 atas pesilat Vietnam Thai Linh dan menyum bangkan medali emas ke-29 untuk Indonesia.
Setelah sempat mengelilingi gelanggang dengan membawa bendera Merah Putih, atlet kelahiran 25 Oktober 1997 tersebut kemudian mendatangi tribune VVIP tempat Jokowi dan Prabowo berada.
Awalnya Hanifan memeluk Ketua Kontingen Asian Games 2018 Komjen Pol (Purn) Syafruddin, menyalami mantan Presiden Ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri, dan memeluk Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Selanjutnya atlet asal Jawa Barat tersebut menyalami dan dipeluk Jokowi. Kemudian dia menyalami Prabowo yang tepat berada di sisi kiri Jokowi untuk bersalam dan ber pelukan dengan durasi waktu yang agak lama hingga tepukan tangan penonton semakin terdengar. Jokowi dan para tokoh yang menyaksikan peristiwa tersebut bahkan turut bertepuk tangan dengan bersemangat. Tanpa dinyana, Hanifan lantas memeluk Jokowi dan Prabowo secara bersamaan dalam selubung bendera Merah Putih.
Tepuk tangan pun semakin menggema di Padepokan Pencak Silat TMII. JK, Megawati, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, dan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristanto juga bertepuk tangan dan memperlihatkan kegembiraannya.
Jokowi dan Prabowo juga tidak menutupi kegembiraannya atas peristiwa langka tersebut. Ekspresi tersebut mereka sampaikan saat melakukan jumpa pers bareng seusai acara penyerahan medali atlet pencak silat.
“Tadi saya dipeluk Hanifan. Tadi saya sama Pak Prabowo enggak tahu, mendadak barengan, tapi yang jelas bau. Tapi baunya harum karena menang, bau apa pun harum karena menang,” ucap Jokowi.
Jokowi lantas menyampaikan kehadirannya untuk mengucapkan terima kasih kepada para atlet pencak silat yang telah berprestasi dan memberikan selamat kepada Prabowo yang mengomandani pencak silat, yang ia sebut sebagai teman baik dan sahabat.
"Beliau (Prabowo) adalah ketua IPSI sehingga kita tahu semuanya, kita mendapatkan emas dari cabang olahraga pencak silat ini 14 sehingga total sekarang kita mendapatkan emas 30. Saya kira semuanya untuk Indonesia, untuk negara, dan untuk rakyat semuanya,” ucap Jokowi. Prabowo yang mengatasnamakan masyarakat pencak silat Indonesia membalas dengan mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi.
“Bayangkan semua hadir di sini, di saat-saat kritis ini, membangkitkan semangat untuk masyarakat pencak silat. Kita bangga bisa berperan, bisa berbuat yang terbaik untuk negara dan bangsa. Kalau sudah untuk negara dan bangsa, kita semua bersatu, tidak ada perbedaan,” ujar Prabowo.
Jokowi menimpali pernyataan Prabowo dengan mengatakan, “Bersatu, bersatu.” Selain Prabowo, dalam jumpa pers tersebut Jokowi juga didampingi Megawati, Puan Maharani, Syafruddin, dan Ketua Harian PB IPSI Edhy Prabowo.
Suasana gelak tawa dan akrab kental mewarnai selama jalannya jumpa pers, termasuk antara Prabowo dan Megawati. Salah satunya terjadi saat mantan Danjen Kopassus itu menyebut nama Ibu Presiden kepada Megawati, namun agak kelupaan menyebut presiden ke berapa.
Mantan menantu Presiden Soeharto itu lantas melihat ke arah Megawati, dan putri proklamator Soekarno itu merespons dengan memegang bahu kiri Prabowo dengan mengatakan, “Lima. Jangan lupa,” yang kontan disambut gelak tawa bersama.
Untuk mengekspresikan kegembiraan atas momen berpelukan tersebut, Jokowi membagikan foto tersebut kepada publik lewat Instragramnya. Prabowo pun turut memposting foto momen yang sama lewat akun Instragram@Prabowo.
“Kita boleh berbeda pendapat di antara kita, tapi satu, kalau menyangkut kepentingan nasional, kita harus bersatu,” tulis Prabowo dalam akun Instagramnya kemarin.
Keakraban Jokowi-Prabowo tidak berhenti di situ. Seusai penyerahan medali kepada pesilat peraih medali dan lagu Indonesia Raya berkumandang, Jokowi mengeluarkan ponselnya dan mengajak Prabowo dan pesilat peraih medali emas Wewey Wita nge-vlog bersama.
Prabowo tampak bersemangat berbicara, termasuk Wewey. Selain dua momen tersebut, suasana akrab juga dipertunjukkan sebelumnya ketika Prabowo menjemput Jokowi di pelataran parkir. Prabowo saat mengantarkan ke venue terlihat sempat menggandeng tangan Jokowi.
Selain itu, selama duduk di tribun VVIP untuk menyaksikan jalannya pertandingan pencak silat, mereka juga terlihat terus mengobrol, termasuk dengan tokoh-tokoh lain yang duduk berjajaran.
Adapun Hanifan tidak menutupi rasa bangganya bisa membuat Jokowi dan Prabowo berpelukan. Dia bahkan berharap apa yang dilakukannya bisa memperkuat persatuan bangsa.
“Sensasinya terharu. Pertama-tama, saya kenapa harus mempererat seperti itu karena Indonesia harus saling menghargai karena banyak di socmed kan saling mencerca Prabowo-Jokowi. Tapi, sisi lain tidak seperti itu, makanya dengan pencak silat (sebagai) budaya bangsa Indonesia, saya mempererat silaturahmi kita,” ucap Hanifan.
Pesilat muda ini berharap semua pihak bisa menjunjung sportivitas dan tidak terus terpecah-belah. Dia mengingatkan bahwa Jokowi dan Prabowo sama-sama orang hebat untuk Indonesia.
“Biar tahu masyarakat Indonesia, Prabowo dan Jokowi tidak ada apa-apa. Hanya itu orang-orang yang syirik karena kesuksesan mereka. Saya sebagai insan silat Indonesia bahwa silat itu artinya silaturahmi. Jadi kita harus jaga menjaga hati kita sama-sama. Kita satu bangsa, satu negara, masak kita harus terpecah belah karena hal tidak penting,” tutur Hanifan.
Kalangan partai politik merespons positif suguhan kerukunan yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang menyaksikan langsung momen tersebut menilai suasana tersebut membawa pesan perdamaian. Dua pemimpin tersebut memberi pelajaran bahwa walaupun berbeda pilihan, kebersamaan harus tetap dijaga.
“Dan inilah pelajaran hari ini, bagaimana persaingan boleh, tetapi intinya adalah mana yang membawa prestasi bagi bangsa dan negara, mana yang membawa keharuman, dan untuk itu kita di tengah-tengah kontestasi harus bergandengan tangan,” ucapnya.
Sekretaris timses Jokowi-Ma’ruf Amin ini meminta politik untuk belajar dari olahraga. “Iya, ini sangat bagus, menyejukkan suasana politik bahwa olahraga itu menyatukan karena membawa nama harum bangsa dan negara. Politik harus belajar dari olah raga. Membawa nilai keadaban publik kemudian semua bisa berangkulan karena olahraga itu sportif,” tandasnya.
Adapun Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad yang juga menyaksikan momentum bersejarah tersebut mengapresiasi Hanifan. Dia menilai Hanifan sebagai atlet pencak silat yang mengerti bahwa olah raga pencak silat ini menjunjung tinggi sportivitas dan sikap ksatria.
Dengan memeluk dua tokoh bangsa ini, Hanifan hendak menunjukkan pesan agar dua capres tersebut bertarung layaknya pencak silat dengan menjunjung tinggi sportivitas dan sikap ksatria. “Nanti harapannya di pilpres begitu, bertarung secara ksatria, bertarung secara jantan, dan apa pun pertandingan itu sama dengan pencak silat ini,” tuturnya.
Dia juga menandaskan agar semua pihak dalam Pilpres 2019 nanti bisa mencontoh pelaksanaan Asian Games 2018 ini di mana medali-medali yang dihasilkan merupakan pencapaian atas jerih payah semua pihak baik itu para atlet, pelatih, pengurus organisasi olahraga seperti Prabowo,maupun pemerintah sebagai pembina dan penyelenggara.
“Ini keberhasilan semua pihak kalau menurut saya. Harusnya pilpres bisa seperti Asian Games, penyelenggara dan peserta kompak, penyeleng gara pemilu juga harus begitu, kompak, enggak berpihak juga,” tandasnya.
Ketua Pemuda Partai Perindo Effendi Syahputra melihat perilaku yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo tersebut menurunkan tensi suhu politik yang akhirakhir ini memanas. Jokowi dan Prabowo maju dalam Pilpres 2019.
“Ini bermakna seperti menyiram panasnya suhu politik akhir-akhir ini. Dan, hanya olahraga yang bisa menyatukan semua ini,” terangnya.
Harus Dilihat Para Pendukung
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai Jokowi dan Prabowo menunjukkan sikap yang cair mesti keduanya menjadi rival dalam pemilu mendatang. Hubungan baik, cair, dan erat ini mestinya dilihat juga terutama oleh masing-masing pendukung fanatik mereka juga masyarakat luas.
”Pada dasarnya dua pemimpin ini memeliki hubungan yang baik cuma kompetisi membuat keduanya harus bersaing,” ucapnya.
Dalam pandangannya, kompetisi memperebutkan kekuasaan ini hanya butuh satu pemenang. Karena itu, muncul perpecahan dan kadang perpecahan terjadi bukan hanya di atas, tapi sampai pada tahap bawah masyarakat pendukung.
“Harusnya para diehard (pendukung) keduanya bisa melihat adegan tersebut bahwa di pucuk kekuasaan saja mereka masih berdamai, tidak bersitegang seperti yang mereka tafsirkan,” ungkapnya.
Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta Emrus Sihombing menandaskan, sebenarnya antara Jokowi dan Prabowo sejauh ini memiliki hubungan yang sangat bagus sebagai teman. Hal ini berbeda dengan persepsi yang dimunculkan media bahwa hubungan keduanya seolah memanas.
Dalam pandangnya, persepsi negatif yang muncul sebagai dampak ulah kader parpol yang disampaikan ke media. Dia menduga ada pihak ketiga yang sengaja memanaskan hubungan keduanya.
“Mereka otomatis saling merangkul. Ini perilaku yang tidak dirancang, tapi spontanitas dan biasanya ini di-drive oleh isi hati. Ketika mereka dirangkul, tidak ada satu pun lambang nonverbal menolak. Bahkan mereka terlihat begitu dekatnya,” ujarnya.
(don)