Lupakan Euforia Pencapaian Medali Asian Games
A
A
A
JAKARTA - Lupakan euforia pencapaian medali Asian Games 2018. Indonesia harus segera bersiap menghadapi tantangan selanjutnya pada SEA Games 2019 Davao, Filipina.
Ajang olahraga negara-negara ASEAN ini akan menjadi ujian terakhir sebelum tampil di Olimpiade 2020 Tokyo. Asian Games 2018 menjadi ajang Indonesia unjuk kekuatan olahraga yang sempat terpuruk.
Pencapaian 31 medali emas membuat tim Merah Putih mengakhiri pesta olahraga terbesar di Asia tersebut pada peringkat 4 dalam perolehan medali di bawah China, Jepang, dan Korea Selatan. Pencapaian ini membuat asa untuk lebih prestasi pada ajang lebih besar, yakni Olimpiade 2020 Tokyo melambung tinggi.
Indikatornya adalah perolehan medali cabang olahraga yang dipertandingkan di pesta olahraga terbesar di dunia tersebut. Sebut saja bulutangkis, panjat tebing, taekwondo, karate, dan tenis.
Namun, sebelum berkiprah di Tokyo, atlet-atlet Indonesia terlebih dahulu harus fokus mengatasi tantangan terdekat, yakni SEA Games 2019 Davao, Filipina. Ajang olahraga negara-negara ASEAN ini akan menjadi tolok ukur prestasi sekaligus ajang pemanasan sebelum Olimpiade.
Mantan Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2018 Syafruddin pun tidak urung meminta agar para atlet yang mempersembahkan medali pada ajang tersebut untuk meningkatkan performa mereka menghadapi ajang SEA Games.
“Saya minta prestasi yang sudah dicapai dipertahankan dan ditingkatkan. Caborcabor lainnya juga harus bisa memper baiki kemampuan atletnya karena tantangan terdekat kita adalah SEA Games 2018 sebelum melangkah ke Olimpiade 2020,” ujarnya.
Menilik prestasi di Asian Games 2018, Indonesia menjadi satu-satunya negara kawasan ASEAN yang masuk dalam posisi 10 besar perolehan medali. Negara-negara yang selama ini menjadi rival di bidang olahraga, seperti Thailand berada di peringkat 12, Malaysia (14), Vietnam (17), Singapura (18), dan Filipina di posisi 19.
Namun, yang patut menjadi catatan adalah cabor penyumbang medali terbanyak, yakni pencak silat dengan 14 emas belum pasti dipertandingkan di SEA Games. Selain itu, panjat tebing yang meraih tiga medali emas juga tidak tercantum dalam 30 cabor sementara. Tidak hanya pencak silat dan panjat tebing, olahraga unggulan Indonesia, yakni paralayang sejauh ini tidak masuk daftar olahraga yang dipertandingkan.
Kondisi ini tentu menjadi kerugian tersendiri bagi Indonesia pada ajang olahraga tersebut. Apalagi prestasi kontingen Merah Putih pada tiga edisi terakhir SEA Games terbilang merosot secara peringkat. Pada SEA Games 2017 Kuala Lumpur lalu, Indonesia mengakhiri kejuaraan di peringkat 5 dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Pada edisi sebelumnya di Singapura, tim Merah Putih juga menduduki posisi kelima namun dengan perolehan medali jauh lebih banyak, yakni 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu. Prestasi Indonesia jauh lebih baik lima tahun lalu di Myanmar. Pada SEA Games 2013 itu, Indonesia meraih 65 emas, 84 perak, dan 111 perunggu dengan peringkat akhir di posisi 4.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, atlet Indonesia akan mendapatkan banyak kesempatan melakukan try out keluar negeri setelah Asian Games 2018.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu persiapan menuju Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Sedangkan untuk jadwal pelatihan nasional (pelatnas) di dalam negeri dikurangi dengan harapan atlet bisa bertanding dengan para juara dunia di cabangnya.
“Try outdi luar dan dalam negeri dalam waktu dekat akan difokuskan dalam cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan pada Olim piade Tokyo 2020. Tentu dengan tetap memprioritaskan meraih prestasi lebih baik di Asian Games, Huangzhou, China 2022. Termasuk di dalamnya memperjuangkan pencak silat kembali dipertandingkan di Asian Games,” kata Imam.
Ajang olahraga negara-negara ASEAN ini akan menjadi ujian terakhir sebelum tampil di Olimpiade 2020 Tokyo. Asian Games 2018 menjadi ajang Indonesia unjuk kekuatan olahraga yang sempat terpuruk.
Pencapaian 31 medali emas membuat tim Merah Putih mengakhiri pesta olahraga terbesar di Asia tersebut pada peringkat 4 dalam perolehan medali di bawah China, Jepang, dan Korea Selatan. Pencapaian ini membuat asa untuk lebih prestasi pada ajang lebih besar, yakni Olimpiade 2020 Tokyo melambung tinggi.
Indikatornya adalah perolehan medali cabang olahraga yang dipertandingkan di pesta olahraga terbesar di dunia tersebut. Sebut saja bulutangkis, panjat tebing, taekwondo, karate, dan tenis.
Namun, sebelum berkiprah di Tokyo, atlet-atlet Indonesia terlebih dahulu harus fokus mengatasi tantangan terdekat, yakni SEA Games 2019 Davao, Filipina. Ajang olahraga negara-negara ASEAN ini akan menjadi tolok ukur prestasi sekaligus ajang pemanasan sebelum Olimpiade.
Mantan Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2018 Syafruddin pun tidak urung meminta agar para atlet yang mempersembahkan medali pada ajang tersebut untuk meningkatkan performa mereka menghadapi ajang SEA Games.
“Saya minta prestasi yang sudah dicapai dipertahankan dan ditingkatkan. Caborcabor lainnya juga harus bisa memper baiki kemampuan atletnya karena tantangan terdekat kita adalah SEA Games 2018 sebelum melangkah ke Olimpiade 2020,” ujarnya.
Menilik prestasi di Asian Games 2018, Indonesia menjadi satu-satunya negara kawasan ASEAN yang masuk dalam posisi 10 besar perolehan medali. Negara-negara yang selama ini menjadi rival di bidang olahraga, seperti Thailand berada di peringkat 12, Malaysia (14), Vietnam (17), Singapura (18), dan Filipina di posisi 19.
Namun, yang patut menjadi catatan adalah cabor penyumbang medali terbanyak, yakni pencak silat dengan 14 emas belum pasti dipertandingkan di SEA Games. Selain itu, panjat tebing yang meraih tiga medali emas juga tidak tercantum dalam 30 cabor sementara. Tidak hanya pencak silat dan panjat tebing, olahraga unggulan Indonesia, yakni paralayang sejauh ini tidak masuk daftar olahraga yang dipertandingkan.
Kondisi ini tentu menjadi kerugian tersendiri bagi Indonesia pada ajang olahraga tersebut. Apalagi prestasi kontingen Merah Putih pada tiga edisi terakhir SEA Games terbilang merosot secara peringkat. Pada SEA Games 2017 Kuala Lumpur lalu, Indonesia mengakhiri kejuaraan di peringkat 5 dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Pada edisi sebelumnya di Singapura, tim Merah Putih juga menduduki posisi kelima namun dengan perolehan medali jauh lebih banyak, yakni 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu. Prestasi Indonesia jauh lebih baik lima tahun lalu di Myanmar. Pada SEA Games 2013 itu, Indonesia meraih 65 emas, 84 perak, dan 111 perunggu dengan peringkat akhir di posisi 4.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, atlet Indonesia akan mendapatkan banyak kesempatan melakukan try out keluar negeri setelah Asian Games 2018.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu persiapan menuju Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Sedangkan untuk jadwal pelatihan nasional (pelatnas) di dalam negeri dikurangi dengan harapan atlet bisa bertanding dengan para juara dunia di cabangnya.
“Try outdi luar dan dalam negeri dalam waktu dekat akan difokuskan dalam cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan pada Olim piade Tokyo 2020. Tentu dengan tetap memprioritaskan meraih prestasi lebih baik di Asian Games, Huangzhou, China 2022. Termasuk di dalamnya memperjuangkan pencak silat kembali dipertandingkan di Asian Games,” kata Imam.
(don)