Vichai Srivaddhanaprabha, Sosok Pengubah Sejarah Leicester City
A
A
A
LEICESTER - Semua pendukung Leicester City pasti mengenal sosok Vichai Srivaddhanaprabha. Semasa hidupnya almarhum terus memperlihatkan dedikasi tinggi yang membuat The Foxes meraih kejayaan di Liga Primer.
Akhir pekan kemarin, tepatnya Sabtu, 27 Oktober 2018 menjadi hari kelabu bagi seluruh fans dan penggawa Leicester, sebab mereka kehilangan pemilik sekaligus idola dengan cara yang tragis. Vichai tewas akibat heli kopter pribadi yang ditumpanginya terjatuh dan meledak.
Kecelakaan itu terjadi tidak lama setelah Vichai menyaksikan duel antara Leicester melawan West Ham United di King Power Stadium yang berakhir 1- 1. Sekitar 45 menit selepas laga usai, pengusaha asal Thailand itu berniat pulang menaiki helikopter pribadinya.
Namun, tidak lama setelah lepas landas, helikopter tersebut kehilangan kendali karena ada masalah teknis pada baling-baling di bagian ekor. Imbasnya, helikopter itu berputar-putar di udara dan akhirnya jatuh di sekitar pelataran parkir yang disertai ledakan dahsyat.
Ketika itu, baik dari pihak Leicester maupun King Power belum bisa memberi keterangan mengenai kabar Vichai. Tapi setelah hampir 24 jam, baru ada pernyataan resmi kalau tewas dalam kecelakaan tersebut dengan usia 60 tahun. “Tentu saja kami sangat bersedih dan terpukul atas berita mengenai ketua kami. Sosok yang dicintai dan dikagumi,” ucap kapten Leicester Wes Morgan, dilansir skysport.
Pantas jika Leicester begitu terpukul atas peristiwa ini. Sebab, Vichai banyak berjasa bagi Pasukan Rubah. Dia rela mencurahkan waktu serta uang agar Jamie Vardy dkk meraih kesuksesan di Inggris. Bukan hanya bagi Leicester, dedikasi Vichai juga memberi pengaruh positif bagi Thailand.
Karena itu tidak mengherankan jika banyak warga Negeri Gajah Putih yang turut bersedih atas peristiwa ini. “Anda mengubah sepak bola. Selamanya. Anda memberi harapan kepada semuanya bahwa hal yang mustahil bisa menjadi mungkin. Bukan hanya bagi fans, juga seluruh pencinta sepak bola di seluruh dunia,” ungkap kiper Kasper Schmeichel.
Vichai mengubah peruntungan Leicester setelah membelinya dari Milan Mandaric pada Agustus 2010.
Ketika itu Leicester hanyalah klub medioker yang terus berkutat di Divisi Championship. Prestasi yang dibukukan juga kurang mengesankan. Tapi berkat sokongan dana melimpah, Vichai membuat Leicester semakin kompetitif.
Alhasil, torehan klub berusia 134 tahun itu kian membaik, di mana salah satunya berhasil mendapat promosi ke Liga Primer dengan memenangi Championship pada 2013/2014. Ketika tampil lagi di Liga Primer pada musim 2014/2015, Leicester memang tidak bisa berbuat banyak dan nyaris terdegradasi lantaran finis di posisi ke-14. Pada musim berikutnya, Vichai melakukan pembenahan dengan mendatangkan amunisi berkelas.
Vichai membiarkan Claudio Ranieri yang saat itu jadi pelatih Leicester menghabiskan hingga 27 juta poundsterling di bursa transfer. Salah satu yang direkrut di antaranya gelandang N’Golo Kante (5,6 juta) serta bek Shinji Okazaki (7 juta), dan Daniel Amartey (5 juta). Meski demikian, Leicester tetap diunggulkan.
Bahkan, menurut sejumlah rumah judi, peluang mereka jadi juara Liga Primer hanya 5000-1. Namun, klub yang terbentuk pada 1884 itu bisa mematahkan prediksi itu. Kolaborasi Jamie Vardy dan Ryad Mahred menyebabkan lini depan Leicester ditakuti. Vardy tampil menggila dengan mengemas 24 gol dan Mahrez meraup 26 gol. Sementara Kante membuat permainan Leicester jadi lebih berwarna.
Ditambah kegemilangan Schmeichel di bawah mistar gawang, Leicester berhasil menjuarai Liga Primer untuk pertama kalinya dalam sejarah. Tidak hanya itu, ada beberapa pemainnya yang juga mendapat penghargaan individu.
Akhir pekan kemarin, tepatnya Sabtu, 27 Oktober 2018 menjadi hari kelabu bagi seluruh fans dan penggawa Leicester, sebab mereka kehilangan pemilik sekaligus idola dengan cara yang tragis. Vichai tewas akibat heli kopter pribadi yang ditumpanginya terjatuh dan meledak.
Kecelakaan itu terjadi tidak lama setelah Vichai menyaksikan duel antara Leicester melawan West Ham United di King Power Stadium yang berakhir 1- 1. Sekitar 45 menit selepas laga usai, pengusaha asal Thailand itu berniat pulang menaiki helikopter pribadinya.
Namun, tidak lama setelah lepas landas, helikopter tersebut kehilangan kendali karena ada masalah teknis pada baling-baling di bagian ekor. Imbasnya, helikopter itu berputar-putar di udara dan akhirnya jatuh di sekitar pelataran parkir yang disertai ledakan dahsyat.
Ketika itu, baik dari pihak Leicester maupun King Power belum bisa memberi keterangan mengenai kabar Vichai. Tapi setelah hampir 24 jam, baru ada pernyataan resmi kalau tewas dalam kecelakaan tersebut dengan usia 60 tahun. “Tentu saja kami sangat bersedih dan terpukul atas berita mengenai ketua kami. Sosok yang dicintai dan dikagumi,” ucap kapten Leicester Wes Morgan, dilansir skysport.
Pantas jika Leicester begitu terpukul atas peristiwa ini. Sebab, Vichai banyak berjasa bagi Pasukan Rubah. Dia rela mencurahkan waktu serta uang agar Jamie Vardy dkk meraih kesuksesan di Inggris. Bukan hanya bagi Leicester, dedikasi Vichai juga memberi pengaruh positif bagi Thailand.
Karena itu tidak mengherankan jika banyak warga Negeri Gajah Putih yang turut bersedih atas peristiwa ini. “Anda mengubah sepak bola. Selamanya. Anda memberi harapan kepada semuanya bahwa hal yang mustahil bisa menjadi mungkin. Bukan hanya bagi fans, juga seluruh pencinta sepak bola di seluruh dunia,” ungkap kiper Kasper Schmeichel.
Vichai mengubah peruntungan Leicester setelah membelinya dari Milan Mandaric pada Agustus 2010.
Ketika itu Leicester hanyalah klub medioker yang terus berkutat di Divisi Championship. Prestasi yang dibukukan juga kurang mengesankan. Tapi berkat sokongan dana melimpah, Vichai membuat Leicester semakin kompetitif.
Alhasil, torehan klub berusia 134 tahun itu kian membaik, di mana salah satunya berhasil mendapat promosi ke Liga Primer dengan memenangi Championship pada 2013/2014. Ketika tampil lagi di Liga Primer pada musim 2014/2015, Leicester memang tidak bisa berbuat banyak dan nyaris terdegradasi lantaran finis di posisi ke-14. Pada musim berikutnya, Vichai melakukan pembenahan dengan mendatangkan amunisi berkelas.
Vichai membiarkan Claudio Ranieri yang saat itu jadi pelatih Leicester menghabiskan hingga 27 juta poundsterling di bursa transfer. Salah satu yang direkrut di antaranya gelandang N’Golo Kante (5,6 juta) serta bek Shinji Okazaki (7 juta), dan Daniel Amartey (5 juta). Meski demikian, Leicester tetap diunggulkan.
Bahkan, menurut sejumlah rumah judi, peluang mereka jadi juara Liga Primer hanya 5000-1. Namun, klub yang terbentuk pada 1884 itu bisa mematahkan prediksi itu. Kolaborasi Jamie Vardy dan Ryad Mahred menyebabkan lini depan Leicester ditakuti. Vardy tampil menggila dengan mengemas 24 gol dan Mahrez meraup 26 gol. Sementara Kante membuat permainan Leicester jadi lebih berwarna.
Ditambah kegemilangan Schmeichel di bawah mistar gawang, Leicester berhasil menjuarai Liga Primer untuk pertama kalinya dalam sejarah. Tidak hanya itu, ada beberapa pemainnya yang juga mendapat penghargaan individu.
(don)