Laga Melawan Porto Bisa Jadi Penyelamat Karier EDF
A
A
A
PORTO - Pelatih AS Roma Eusebio di Francesco (EDF) tak akan pernah bisa tenang sampai akhir musim, jika dia tidak berada di kursi arsitek tim. Meski sempat mencatatkan empat kemenangan, kekalahan tiga gol tanpa balas saat Derby della Capitale melawan Lazio, membuat kursi yang ditempati kembali menghangat kalau tidak mau dibilang panas.
Sebelumnya posisi EDF juga dalam tekanan saat gagal mendapatkan tiga kemenangan di periode akhir Januari dan awal Februari. Paling memalukan saat mereka dibantai Fiorentina 7-1 di ajang Coppa Italia. Beruntung, setelah itu Daniele de Rossi mendapatkan empat kemenangan beruntun, termasuk menghadapi FC Porto di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
Laga melawan Porto bisa berpotensi kembali menjadi penyelamat karier EDF saat I Giallorossi bertandang ke Estadio Do Dragao, dini hari nanti. Beberapa nama sudah mulai dihubungkan dengan jabatan pelatih. Mantan pelatih Fiorentina Paulo Sousa, bekas Arsitek Bologna Roberto Donadoni, dan legenda AS Roma Christian Panucci masuk bursa.
Tapi, Sousa dikabarkan berada di posisi terdepan menggantikan EDF di Roma. Menurut Corriere della Sport, penasihat Roma Franco Baldini menghubungi Sousa pada awal September, sedangkan pelatih asal Portugal itu belum mau berkomitmen ke Bordeaux sampai menerima jawaban dari Roma.
Bahkan, pelatih berusia 48 tahun itu akan berada di tribune Estadio Do Dragao untuk menyaksikan calon tim barunya menghadapi Porto di babak 16 besar Liga Champions. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi EDF memompa timnya agar mendapatkan kemenangan. “Saya tak ingin mengatakan hasil derby tidak mengecewakan. Tapi, kami benar-benar harus fokus kepada FC Porto sehingga bisa lolos ke perempat final Liga Champions,” kata kapten tim De Rossi.
Menurut dia, kemenangan di Liga Champions akan membuat mereka menjalani musim lebih bergairah. Kehilangan Coppa Italia dan hampir pasti gelar Seri A bisa membuat I Giallorossi fokus ke Zona Eropa. “Jika kami melakukannya, itu juga akan mengubah visi tentang musim ini,” tandasnya. Ambisi itu tentu harus didukung performa di lapangan.
Penampilan Roma saat melawan Lazio tidak boleh terulang di mana EDF menyebut jika timnya terlalu banyak melakukan kesalahan. Terlambat panas, karena buruk di babak pertama dan baru membaik di paruh kedua. “Kami terlalu banyak melakukan kesalahan. Secara mental, ini adalah tim yang membutuhkan banyak perbaikan. Kami memiliki serangkaian hasil positif. Jadi, kemunduran ini bukan yang kami inginkan,” ujar EDF.
Porto juga bukan tanpa celah. Iker Casillas dkk pun terlihat tidak konsisten meski bermain di kandang. Mereka baru saja ditundukkan Benfica 1-2. Sementara di Liga Champions, tim asuhan Sergio Conceicao ini pernah dipermalukan Liverpool lima gol tanpa balas. Juventus juga pernah menang 2-0, bahkan Roma pernah bermain imbang 1-1 pada Liga Champions 2016.
Sebelumnya posisi EDF juga dalam tekanan saat gagal mendapatkan tiga kemenangan di periode akhir Januari dan awal Februari. Paling memalukan saat mereka dibantai Fiorentina 7-1 di ajang Coppa Italia. Beruntung, setelah itu Daniele de Rossi mendapatkan empat kemenangan beruntun, termasuk menghadapi FC Porto di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
Laga melawan Porto bisa berpotensi kembali menjadi penyelamat karier EDF saat I Giallorossi bertandang ke Estadio Do Dragao, dini hari nanti. Beberapa nama sudah mulai dihubungkan dengan jabatan pelatih. Mantan pelatih Fiorentina Paulo Sousa, bekas Arsitek Bologna Roberto Donadoni, dan legenda AS Roma Christian Panucci masuk bursa.
Tapi, Sousa dikabarkan berada di posisi terdepan menggantikan EDF di Roma. Menurut Corriere della Sport, penasihat Roma Franco Baldini menghubungi Sousa pada awal September, sedangkan pelatih asal Portugal itu belum mau berkomitmen ke Bordeaux sampai menerima jawaban dari Roma.
Bahkan, pelatih berusia 48 tahun itu akan berada di tribune Estadio Do Dragao untuk menyaksikan calon tim barunya menghadapi Porto di babak 16 besar Liga Champions. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi EDF memompa timnya agar mendapatkan kemenangan. “Saya tak ingin mengatakan hasil derby tidak mengecewakan. Tapi, kami benar-benar harus fokus kepada FC Porto sehingga bisa lolos ke perempat final Liga Champions,” kata kapten tim De Rossi.
Menurut dia, kemenangan di Liga Champions akan membuat mereka menjalani musim lebih bergairah. Kehilangan Coppa Italia dan hampir pasti gelar Seri A bisa membuat I Giallorossi fokus ke Zona Eropa. “Jika kami melakukannya, itu juga akan mengubah visi tentang musim ini,” tandasnya. Ambisi itu tentu harus didukung performa di lapangan.
Penampilan Roma saat melawan Lazio tidak boleh terulang di mana EDF menyebut jika timnya terlalu banyak melakukan kesalahan. Terlambat panas, karena buruk di babak pertama dan baru membaik di paruh kedua. “Kami terlalu banyak melakukan kesalahan. Secara mental, ini adalah tim yang membutuhkan banyak perbaikan. Kami memiliki serangkaian hasil positif. Jadi, kemunduran ini bukan yang kami inginkan,” ujar EDF.
Porto juga bukan tanpa celah. Iker Casillas dkk pun terlihat tidak konsisten meski bermain di kandang. Mereka baru saja ditundukkan Benfica 1-2. Sementara di Liga Champions, tim asuhan Sergio Conceicao ini pernah dipermalukan Liverpool lima gol tanpa balas. Juventus juga pernah menang 2-0, bahkan Roma pernah bermain imbang 1-1 pada Liga Champions 2016.
(don)