Ambisi Pesta Double Winners Paris Saint Germain Kandas
A
A
A
PARIS - Sepak bola selalu menghadirkan kejutan yang bisa mematahkan prediksi, seperti di final Coupe de France. Ambisi Paris Saint Germain (PSG) menorehkan double winners pada musim ini kandas setelah kalah adu penalti 5-6 dari Stade Rennais, Minggu (28/4).
Kekalahan di Stade de France memupuskan misi PSG mengawinkan gelar Ligue 1 dengan Coupe de France. Hal ini sekaligus menjadi pertama kalinya Les Parisiens gagal meraih lebih satu gelar sejak musim 2012/2013. Meski masih menjadi jawara Coupe de France terbanyak sepanjang sejarah dengan 12 gelar, kekalahan di final kali ini begitu memukul pelatih Thomas Tuchel. Maklum, PSG sangat difavoritkan lantaran memiliki skuad penuh bintang.
Namun, fakta di lapangan justru berkata sebaliknya. Sempat unggul 2-0 lewat Dani Alves (13) dan Neymar (21), PSG malah tertekan. Itu membuat Presnel Kimpembe melakukan gol bunuh diri (40). Gol penyeimbang Rennais lahir melalui Edson Andre Sitoe Mexer (66) yang memaksa duel dilanjutkan ke masa perpanjangan waktu hingga adu penalti.
Di sinilah hal dramatis menimpa PSG. Setelah lima eksekutor pertamanya, yakni Edinson Cavani, Dani Alves, Leandro Paredes, Juan Bernat, dan Neymar mampu melaksanakan tugas, mereka ketiban sial pada penendang keenam. Christopher Nkunku yang dipercaya jadi algojo malah gagal mencetak gol. Sedangkan eksekusi seluruh penendang Rennais menemui sasaran. Itu membuat PSG urung menjuarai Coupe de France untuk kelima kalinya secara beruntun.
“Ini sulit dijelaskan. Kami memulai pertandingan dengan baik. Sangat kuat, terstruktur. Kami berkualitas dan memiliki banyak peluang, tapi setelah unggul 2-0 semuanya berubah. Ini adalah kekecewaan sangat besar. Saya sulit menjelaskannya,” ungkap Tuchel dilansir Foxsportasia.
Tuchel juga menolak menjadikan Kylian Mbappe sebagai kambing hitam kekalahan PSG. Maklum, penyerang asal Prancis itu mendapat kartu merah pada menit ke-118 seusai melanggar bek Damien Da Silva. Menurutnya, Mbappe telah berusaha maksimal meski belum fit setelah mengalami cedera otot.
“Mbappe mendapat sedikit masalah sejak Jumat. Dia menghentikan latihan karena masalah otot. Saya pikir itu membebani pikirannya. Harus diakui kepercayaan dirinya sedikit menurun, tapi dia mampu memberikan ancaman bagi lini pertahanan Rennais,” kata Tuchel.
Hasil buruk kontra Rennais mengindikasikan bahwa PSG harus melakukan evaluasi menyeluruh sebelum memasuki musim depan. Tercatat dari lima pertandingan terakhir di semua kompetisi, Angel di Maria dkk hanya meraih satu kemenangan.
Tekanan terhadap Tuchel kini semakin besar. Pasalnya, hanya gelar Ligue 1 yang berlabuh di Parc des Princes pada musim ini. Sebelumnya, PSG juga gagal di Liga Champions lantaran disingkirkan Manchester United (MU) di babak 16 besar.
Di sisi lain, kesedihan PSG menjadi sukacita bagi Rennais. Klub berjuluk Les Rouges et Noirs itu meraih trofi Coupe de France untuk ketiga kalinya setelah 1964/1965 dan 1970/1971. Bahkan ini menjadi gelar bergengsi pertama bagi mereka setelah memenangi Ligue 2 1982/1983.
Selain itu, pasukan Julien Stephan menjadi spesialis pembunuh raksasa di Coupe de France musim ini. Sebelumnya, Rennais menyingkirkan Lille OSC 2-1 di babak 16 besar dan Olympique Lyon 3-2 di babak semifinal.
Penyerang Mbaye Niang mengatakan, gelar Coupe de France adalah pembuktian kualitas Rennais sekaligus menebus kinerja kurang optimal di Ligue 1. Soalnya selama empat pertandingan terakhir Ligue 1, mereka terus tersungkur dan harus bertengger di peringkat 11 klasemen sementara.
Niang berharap gelar Coupe de France bisa membuat Rennais semakin bersemangat menjalani lima pertandingan sisa Ligue 1. Hatem Ben Arfa dkk bertekad bangkit saat menjamu AS Monaco, Rabu (2/5), agar bisa masuk 10 besar.
“Ini adalah performa luar biasa. Fans telah sangat lama menantikan Rennais berprestasi dan kembali menjuarai Coupe de France. Kami menunjukkan karakter kuat saat menghadapi PSG. Ini adalah kemenangan yang pantas,” kata Niang.
Kekalahan di Stade de France memupuskan misi PSG mengawinkan gelar Ligue 1 dengan Coupe de France. Hal ini sekaligus menjadi pertama kalinya Les Parisiens gagal meraih lebih satu gelar sejak musim 2012/2013. Meski masih menjadi jawara Coupe de France terbanyak sepanjang sejarah dengan 12 gelar, kekalahan di final kali ini begitu memukul pelatih Thomas Tuchel. Maklum, PSG sangat difavoritkan lantaran memiliki skuad penuh bintang.
Namun, fakta di lapangan justru berkata sebaliknya. Sempat unggul 2-0 lewat Dani Alves (13) dan Neymar (21), PSG malah tertekan. Itu membuat Presnel Kimpembe melakukan gol bunuh diri (40). Gol penyeimbang Rennais lahir melalui Edson Andre Sitoe Mexer (66) yang memaksa duel dilanjutkan ke masa perpanjangan waktu hingga adu penalti.
Di sinilah hal dramatis menimpa PSG. Setelah lima eksekutor pertamanya, yakni Edinson Cavani, Dani Alves, Leandro Paredes, Juan Bernat, dan Neymar mampu melaksanakan tugas, mereka ketiban sial pada penendang keenam. Christopher Nkunku yang dipercaya jadi algojo malah gagal mencetak gol. Sedangkan eksekusi seluruh penendang Rennais menemui sasaran. Itu membuat PSG urung menjuarai Coupe de France untuk kelima kalinya secara beruntun.
“Ini sulit dijelaskan. Kami memulai pertandingan dengan baik. Sangat kuat, terstruktur. Kami berkualitas dan memiliki banyak peluang, tapi setelah unggul 2-0 semuanya berubah. Ini adalah kekecewaan sangat besar. Saya sulit menjelaskannya,” ungkap Tuchel dilansir Foxsportasia.
Tuchel juga menolak menjadikan Kylian Mbappe sebagai kambing hitam kekalahan PSG. Maklum, penyerang asal Prancis itu mendapat kartu merah pada menit ke-118 seusai melanggar bek Damien Da Silva. Menurutnya, Mbappe telah berusaha maksimal meski belum fit setelah mengalami cedera otot.
“Mbappe mendapat sedikit masalah sejak Jumat. Dia menghentikan latihan karena masalah otot. Saya pikir itu membebani pikirannya. Harus diakui kepercayaan dirinya sedikit menurun, tapi dia mampu memberikan ancaman bagi lini pertahanan Rennais,” kata Tuchel.
Hasil buruk kontra Rennais mengindikasikan bahwa PSG harus melakukan evaluasi menyeluruh sebelum memasuki musim depan. Tercatat dari lima pertandingan terakhir di semua kompetisi, Angel di Maria dkk hanya meraih satu kemenangan.
Tekanan terhadap Tuchel kini semakin besar. Pasalnya, hanya gelar Ligue 1 yang berlabuh di Parc des Princes pada musim ini. Sebelumnya, PSG juga gagal di Liga Champions lantaran disingkirkan Manchester United (MU) di babak 16 besar.
Di sisi lain, kesedihan PSG menjadi sukacita bagi Rennais. Klub berjuluk Les Rouges et Noirs itu meraih trofi Coupe de France untuk ketiga kalinya setelah 1964/1965 dan 1970/1971. Bahkan ini menjadi gelar bergengsi pertama bagi mereka setelah memenangi Ligue 2 1982/1983.
Selain itu, pasukan Julien Stephan menjadi spesialis pembunuh raksasa di Coupe de France musim ini. Sebelumnya, Rennais menyingkirkan Lille OSC 2-1 di babak 16 besar dan Olympique Lyon 3-2 di babak semifinal.
Penyerang Mbaye Niang mengatakan, gelar Coupe de France adalah pembuktian kualitas Rennais sekaligus menebus kinerja kurang optimal di Ligue 1. Soalnya selama empat pertandingan terakhir Ligue 1, mereka terus tersungkur dan harus bertengger di peringkat 11 klasemen sementara.
Niang berharap gelar Coupe de France bisa membuat Rennais semakin bersemangat menjalani lima pertandingan sisa Ligue 1. Hatem Ben Arfa dkk bertekad bangkit saat menjamu AS Monaco, Rabu (2/5), agar bisa masuk 10 besar.
“Ini adalah performa luar biasa. Fans telah sangat lama menantikan Rennais berprestasi dan kembali menjuarai Coupe de France. Kami menunjukkan karakter kuat saat menghadapi PSG. Ini adalah kemenangan yang pantas,” kata Niang.
(don)