Pratu Erich, Atlet Pentathlon TNI AD Andalan Indonesia
A
A
A
Prajurit Satu (Pratu) Erich Fernando Adam, anggota Batalyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 2/ABW/2 Kostrad Malang, tak pernah bermimpi bisa menjadi salah satu atlet nasional andalan TNI AD dalam cabang olahraga (Cabor) Pentathlon dan berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui prestasi yang ditorehkan pada ajang kejuaraan Pentathlon Thailand April 2019 lalu.
Di usianya yang menginjak 23 tahun, pemuda kelahiran Kota Kalurae Sulawesi Utara ini harus melewati banyak tantangan hidup sebelum akhirnya diperhitungkan dalam olahraga yang menggabungkan lima Cabor sekaligus yaitu anggar, berkuda, renang, lari dan menembak. Terlebih bisa bergabung menjadi prajurit TNI AD, berprestasi pula, sungguh suatu berkah yang luar biasa.
Perjalanan Pratu Erich menjadi atlet pentathlon nasional, tidak semudah yang dibayangkan. Lahir dari keluarga yang sangat sederhana, orang tuanya yang seorang petani dan ibu rumah tangga, membuat Erich terbiasa menjalani kerasnya kehidupan sejak kecil.
Masa kecil Erich didominasi kegiatan membantu orang tuanya mencari nafkah, bukan bermain layaknya bocah seusianya. Selain itu Erich sendiri memang gemar berpetualang di hutan. Namun, disadarinya kini, kerasnya tempaan hidup yang ia jalani rupanya bukan tanpa maksud.
“Rencana Tuhan selalu lebih indah dari apa yang kita rencanakan,” ujar Erich penuh rasa syukur. Ucapannya itu didasari kesadaran bahwa ternyata masa kecilnya yang penuh tantangan itulah yang membentuknya menjadi pemuda berfisik kuat dan tangguh seperti sekarang.
Berbekal fisiknya yang prima itu, Erich yang sebelumnya adalah tukang kuli bangunan, mencoba peruntungannya mengikuti rekrutmen prajurit TNI AD di tahun 2015. “Puji Tuhan, sekali tes saya langsung masuk, menjadi prajurit Kostrad lagi. Ini berkat doa orang tua saya juga,” kata pemuda yang taat beragama ini.
“Saya bergabung menjadi anggota TNI AD karena ingin mewujudkan cita-cita saya, untuk membahagiakan kedua orang tua, dan ingin mengabdikan diri kepada bangsa dan negara Indonesia. Bagi saya menjadi atlet profesional ataupun menjadi prajurit sama-sama membanggakan tergantung bagaimana kita bisa memberikan yang terbaik untuk negara Indonesia,” ungkapnya.
Perkenalannya dengan Pentathlon berawal dari capaian prestasinya yang mulai diperhitungkan di Batalyon tempatnya berdinas. “Pratu Erich memang prajurit yang bagus dan sempat tergabung dalam Tim Pleton Tangkas Batalyon. Dia punya kemampuan merata di semua materi. Jika ada temannya yang lebih bagus nilainya di materi tertentu, dia akan memacu dirinya berlatih lebih keras agar bisa lebih baik lagi. Saya sangat salut dan bangga padanya,” puji Komandan Peletonnya.
Komentar serupa juga dikemukakan Komandan Batalyon Arhanud 2/ABW/2 Kostrad, Mayor Arh Agus Guwandi, S.Ap.,M.Tr (Han). Menurutnya, kinerja Pratu Erich sangat baik. “Dia loyal dan disiplin serta belum ada catatan pelanggaran. Selain itu Erich kami nilai potensial, dilihat dari hasil prestasinya dalam pola pembinaan satuan, seperti tergabung dalam Tim Ton Tangkas Batalyon” jelas alumnus Akmil 2002 ini.
Menurut Danyon, sebagai prajurit TNI AD, dan sekaligus sebagai atlet, tentu ada perlakuan khusus terhadap Pratu Erich, yakni diberikan kesempatan yang luas untuk berlatih dengan rekannya yang mengikuti Training Center (TC) di KONI Malang, sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.
Namun, sebagai prajurit, Pratu Erich juga dituntut untuk menjaga dan memelihara kemampuan sesuai dengan jabatannya, yakni wajib berlatih materi alutsista dan ilmu kemiliteran setiap hari Rabu. Karena hari Rabu merupakan hari profesional, dimana seluruh prajurit melaksanakan pemeliharaan kemampuan sesuai tugas dan tanggung jawab jabatannya.
Pratu Erich adalah sosok yang gigih dan tidak kenal putus asa. Ia senantiasa berjuang, berlatih dan berlatih. Dengan modal kesungguhan, tekad dan niat yang kuat, akhirnya kemampuannya diperhitungkan satuannya.
Saat ada permintaan pengkaderan personel dalam materi lomba baru (Pentathlon), kemampuan renang dan lari Erich yang memang di atas rata-rata prajurit lainnya, membuat namanya terpilih sebagai perwakilan Batalyon untuk mengikuti seleksi atlet pentathlon nasional di bawah naungan Modern Pentathlon Indonesia (MPI).
Sejak saat itulah Pratu Erich menunjukkan dirinya sebagai prajurit yang hebat. Hasilnya, ia sukses menjadi peringkat ke-2 nasional, bahkan kemudian Pratu Erich terpilih sebagai salah satu dari 4 atlet pentathlon yang ditunjuk mewakili Indonesia untuk berlomba pada kejuaraan Pentathlon dunia di Thailand bulan April 2019.
Dalam event tersebut, Erich yang menjadi satu-satunya perwakilan TNI AD di tim Indonesia, sempat ragu dan takut mengecewakan satuannya. Namun, dengan keyakinan dan kemampuannya, akhirnya Erich sukses meraih Juara 2 Laser Run(MIX), kategori Estafet berpasangan.
Meskipun sebelum perlombaan, Erich dan beberapa atlet lain mengalami kejadian yang tak menguntungkan saat pengenalan medan lomba, dimana telapak kakinya cedera luka dan lecet akibat terkena butiran batu dan pecahan kaca.
Akan tetapi, hal ini tidak menjadi penghalang bagi Pratu Erich dan Tim Indonesia. Bahkan ia juga sukses menambah pundi-pundi medali dengan meraih perak dalam kategori Triatle Run(lari, renang dan menembak laser), serta medali perunggu pada kategori tunggal putra.
“Puji Tuhan..Komandan, saya menang,” lapor Erich via telepon usai berlomba, memberi kabar kepada pimpinan di satuannya. “Air mata saya menetes tak terbendung saat melihat Sang Merah Putih berkibar di Thailand saat itu,” ceritanya haru, saat ditemui di tengah pelaksanaan TC persiapan perlombaan Pentathlon di Korea Juli 2019 dan Sea Games 2019 di Filipina November mendatang.
“Semoga Tim pentathlon Indonesia mampu meraih prestasi yang membanggakan dan olahraga Super Atlet ini makin dikenal masyarakat,”harap Erich. Pratu Erich patut berbangga dan bersyukur, karena satuannya sangat mendukung dirinya sebagai atlet Pentathlon Nasional.
Pratu Erich, awalnya prajurit yang tidak berprestasi, tetapi kemudian ia membuktikan, bahwa hasil tidak akan pernah membohongi proses. Dengan usaha keras dan diiringi doa kepada Tuhan, siapa saja dapat menjadi yang terbaik dan berprestasi.
Di usianya yang menginjak 23 tahun, pemuda kelahiran Kota Kalurae Sulawesi Utara ini harus melewati banyak tantangan hidup sebelum akhirnya diperhitungkan dalam olahraga yang menggabungkan lima Cabor sekaligus yaitu anggar, berkuda, renang, lari dan menembak. Terlebih bisa bergabung menjadi prajurit TNI AD, berprestasi pula, sungguh suatu berkah yang luar biasa.
Perjalanan Pratu Erich menjadi atlet pentathlon nasional, tidak semudah yang dibayangkan. Lahir dari keluarga yang sangat sederhana, orang tuanya yang seorang petani dan ibu rumah tangga, membuat Erich terbiasa menjalani kerasnya kehidupan sejak kecil.
Masa kecil Erich didominasi kegiatan membantu orang tuanya mencari nafkah, bukan bermain layaknya bocah seusianya. Selain itu Erich sendiri memang gemar berpetualang di hutan. Namun, disadarinya kini, kerasnya tempaan hidup yang ia jalani rupanya bukan tanpa maksud.
“Rencana Tuhan selalu lebih indah dari apa yang kita rencanakan,” ujar Erich penuh rasa syukur. Ucapannya itu didasari kesadaran bahwa ternyata masa kecilnya yang penuh tantangan itulah yang membentuknya menjadi pemuda berfisik kuat dan tangguh seperti sekarang.
Berbekal fisiknya yang prima itu, Erich yang sebelumnya adalah tukang kuli bangunan, mencoba peruntungannya mengikuti rekrutmen prajurit TNI AD di tahun 2015. “Puji Tuhan, sekali tes saya langsung masuk, menjadi prajurit Kostrad lagi. Ini berkat doa orang tua saya juga,” kata pemuda yang taat beragama ini.
“Saya bergabung menjadi anggota TNI AD karena ingin mewujudkan cita-cita saya, untuk membahagiakan kedua orang tua, dan ingin mengabdikan diri kepada bangsa dan negara Indonesia. Bagi saya menjadi atlet profesional ataupun menjadi prajurit sama-sama membanggakan tergantung bagaimana kita bisa memberikan yang terbaik untuk negara Indonesia,” ungkapnya.
Perkenalannya dengan Pentathlon berawal dari capaian prestasinya yang mulai diperhitungkan di Batalyon tempatnya berdinas. “Pratu Erich memang prajurit yang bagus dan sempat tergabung dalam Tim Pleton Tangkas Batalyon. Dia punya kemampuan merata di semua materi. Jika ada temannya yang lebih bagus nilainya di materi tertentu, dia akan memacu dirinya berlatih lebih keras agar bisa lebih baik lagi. Saya sangat salut dan bangga padanya,” puji Komandan Peletonnya.
Komentar serupa juga dikemukakan Komandan Batalyon Arhanud 2/ABW/2 Kostrad, Mayor Arh Agus Guwandi, S.Ap.,M.Tr (Han). Menurutnya, kinerja Pratu Erich sangat baik. “Dia loyal dan disiplin serta belum ada catatan pelanggaran. Selain itu Erich kami nilai potensial, dilihat dari hasil prestasinya dalam pola pembinaan satuan, seperti tergabung dalam Tim Ton Tangkas Batalyon” jelas alumnus Akmil 2002 ini.
Menurut Danyon, sebagai prajurit TNI AD, dan sekaligus sebagai atlet, tentu ada perlakuan khusus terhadap Pratu Erich, yakni diberikan kesempatan yang luas untuk berlatih dengan rekannya yang mengikuti Training Center (TC) di KONI Malang, sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.
Namun, sebagai prajurit, Pratu Erich juga dituntut untuk menjaga dan memelihara kemampuan sesuai dengan jabatannya, yakni wajib berlatih materi alutsista dan ilmu kemiliteran setiap hari Rabu. Karena hari Rabu merupakan hari profesional, dimana seluruh prajurit melaksanakan pemeliharaan kemampuan sesuai tugas dan tanggung jawab jabatannya.
Pratu Erich adalah sosok yang gigih dan tidak kenal putus asa. Ia senantiasa berjuang, berlatih dan berlatih. Dengan modal kesungguhan, tekad dan niat yang kuat, akhirnya kemampuannya diperhitungkan satuannya.
Saat ada permintaan pengkaderan personel dalam materi lomba baru (Pentathlon), kemampuan renang dan lari Erich yang memang di atas rata-rata prajurit lainnya, membuat namanya terpilih sebagai perwakilan Batalyon untuk mengikuti seleksi atlet pentathlon nasional di bawah naungan Modern Pentathlon Indonesia (MPI).
Sejak saat itulah Pratu Erich menunjukkan dirinya sebagai prajurit yang hebat. Hasilnya, ia sukses menjadi peringkat ke-2 nasional, bahkan kemudian Pratu Erich terpilih sebagai salah satu dari 4 atlet pentathlon yang ditunjuk mewakili Indonesia untuk berlomba pada kejuaraan Pentathlon dunia di Thailand bulan April 2019.
Dalam event tersebut, Erich yang menjadi satu-satunya perwakilan TNI AD di tim Indonesia, sempat ragu dan takut mengecewakan satuannya. Namun, dengan keyakinan dan kemampuannya, akhirnya Erich sukses meraih Juara 2 Laser Run(MIX), kategori Estafet berpasangan.
Meskipun sebelum perlombaan, Erich dan beberapa atlet lain mengalami kejadian yang tak menguntungkan saat pengenalan medan lomba, dimana telapak kakinya cedera luka dan lecet akibat terkena butiran batu dan pecahan kaca.
Akan tetapi, hal ini tidak menjadi penghalang bagi Pratu Erich dan Tim Indonesia. Bahkan ia juga sukses menambah pundi-pundi medali dengan meraih perak dalam kategori Triatle Run(lari, renang dan menembak laser), serta medali perunggu pada kategori tunggal putra.
“Puji Tuhan..Komandan, saya menang,” lapor Erich via telepon usai berlomba, memberi kabar kepada pimpinan di satuannya. “Air mata saya menetes tak terbendung saat melihat Sang Merah Putih berkibar di Thailand saat itu,” ceritanya haru, saat ditemui di tengah pelaksanaan TC persiapan perlombaan Pentathlon di Korea Juli 2019 dan Sea Games 2019 di Filipina November mendatang.
“Semoga Tim pentathlon Indonesia mampu meraih prestasi yang membanggakan dan olahraga Super Atlet ini makin dikenal masyarakat,”harap Erich. Pratu Erich patut berbangga dan bersyukur, karena satuannya sangat mendukung dirinya sebagai atlet Pentathlon Nasional.
Pratu Erich, awalnya prajurit yang tidak berprestasi, tetapi kemudian ia membuktikan, bahwa hasil tidak akan pernah membohongi proses. Dengan usaha keras dan diiringi doa kepada Tuhan, siapa saja dapat menjadi yang terbaik dan berprestasi.
(don)