Warning Tunggal Putri Indonesia, Susy: Harus Galak di Lapangan
A
A
A
JAKARTA - Tunggal putri Indonesia menjadi sektor paling tertinggal di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. PB PBSI pun melakukan segala cara untuk menggenjot ketertinggalan tunggal putri Indonesia. Fokus PBSI saat ini melahirkan tunggal putri bermental petarung di lapangan.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI Susy Susanti, mengakui jika hingga saat ini PBSI masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan tim tunggal putri. Hadirnya Rionny Mainaky yang kini menjadi kepala pelatih tunggal putri, kata Susy, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan prestasi Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan.
"Saat ini tunggal putri yang harus ekstra kerja keras. Itulah kenapa saya bawel ngomong terus, bukan menganakemaskan tunggal putri, tapi saya mau memacu semangat mereka. Saya bilang 'saya nggak terima, lho. Kita tuh bisa, bukannya nggak bisa, walaupun cuma satu orang, tapi bisa'. Bagaimana caranya menemukan yang satu orang ini," kata Susy seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org."Kami berharap di Gregoria, tapi dia masihon-offbegitu, kadang bagus, kadang dia kalah dengan dirinya sendiri. Kurang jaga badan, dia harus disiplin sama diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya apa? Latihannya kepotong, sudah naik, turun lagi, bagaimana mau ke atas, kalau sudah mulai naik, sakit, nanti sudah naik lagi, sakit lagi, kan susah," ujar peraih emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona tersebut.
Susy juga mengungkapkan beberapa pemain yang sudah memiliki persiapan begitu bagus di latihan, namun tidak bisa mengeluarkan kemampuannya saat bertanding.
"Sudah, tidak usah memikirkan apa-apa, nekat dulu di lapangan. Sampai saya bercandain, apa perlu dikasih daging macan ya biar galak? Ha ha ha. Jangan kelemer-kelemer, memang kita ini putri Timur, tapi kalau di lapangan kan bukan putri Timur lagi. Di depan kalian itu musuh, lho, harusnya berpikir, dia atau saya yang mati? Harusnya berpikir seperti perang, kalau kita tidak melawan, ya kita yang akan mati. Itu yang kami terapkan, saya sendiri juga gemas," tutur Susy kepada Badmintonindonesia.org.
Hal-hal yang terlihat sepele, dikatakan Susy adalah hal yang terkadang menentukan karakter pemain. Kebiasaan-kebiasaan pemain yang terlalu pasrah bisa menjadi hambatan di lapangan, membuat si pemain dinilai kurang memiliki daya juang yang lebih.
"Di lapangan itu harus kejar bola ke manapun, mungkin ini sepertinya sepele, tapi kan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa 'ya sudah lah". Nggak bisa kayak gitu kan, makanyamindset-nya harus diubah, sikapnya diubah," ujar peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Perbaikan di tunggal putri, dituturkan Susy masih akan memakan waktu yang tak sebentar. Dari target seratus persen, kini progress tunggal putri masih ada di tingkat 20-30 persen.
"Ya, masih 20-30 persen, bahkan belum setengahnya. Salah satunya memang kurangnya materi pemain putri, kan bisa dilihat sendiri. Tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, lalu sakit, bagus lagi, sakit lagi," ujar Susy.
"Sambil kita cari, kalau yang atas nggak bisa, ya cari di yang bawahnya. Tapi kan nggak bisa instan, butuh proses. Kami berusaha kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung, bukan yang 'ya sudah lah'. Menang kalah nggak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, ngelawan," pungkas Susy.
Diakui Susy menemukan pemain yang memiliki potensi dan kemauan memang tidaklah mudah. Ada pemain yang memiliki potensi, tapi tidak memiliki kemauan dan sebaliknya. Ia pun mengatakan sudah banyak memberikan masukan, nasihat dan bimbingan ke atlet, namun kembali lagi, si atlet lah yang akan menentukan nasibnya sendiri dan menjadi ujung tombak dalam menentukan prestasinya.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI Susy Susanti, mengakui jika hingga saat ini PBSI masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan tim tunggal putri. Hadirnya Rionny Mainaky yang kini menjadi kepala pelatih tunggal putri, kata Susy, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan prestasi Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan.
"Saat ini tunggal putri yang harus ekstra kerja keras. Itulah kenapa saya bawel ngomong terus, bukan menganakemaskan tunggal putri, tapi saya mau memacu semangat mereka. Saya bilang 'saya nggak terima, lho. Kita tuh bisa, bukannya nggak bisa, walaupun cuma satu orang, tapi bisa'. Bagaimana caranya menemukan yang satu orang ini," kata Susy seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org."Kami berharap di Gregoria, tapi dia masihon-offbegitu, kadang bagus, kadang dia kalah dengan dirinya sendiri. Kurang jaga badan, dia harus disiplin sama diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya apa? Latihannya kepotong, sudah naik, turun lagi, bagaimana mau ke atas, kalau sudah mulai naik, sakit, nanti sudah naik lagi, sakit lagi, kan susah," ujar peraih emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona tersebut.
Susy juga mengungkapkan beberapa pemain yang sudah memiliki persiapan begitu bagus di latihan, namun tidak bisa mengeluarkan kemampuannya saat bertanding.
"Sudah, tidak usah memikirkan apa-apa, nekat dulu di lapangan. Sampai saya bercandain, apa perlu dikasih daging macan ya biar galak? Ha ha ha. Jangan kelemer-kelemer, memang kita ini putri Timur, tapi kalau di lapangan kan bukan putri Timur lagi. Di depan kalian itu musuh, lho, harusnya berpikir, dia atau saya yang mati? Harusnya berpikir seperti perang, kalau kita tidak melawan, ya kita yang akan mati. Itu yang kami terapkan, saya sendiri juga gemas," tutur Susy kepada Badmintonindonesia.org.
Hal-hal yang terlihat sepele, dikatakan Susy adalah hal yang terkadang menentukan karakter pemain. Kebiasaan-kebiasaan pemain yang terlalu pasrah bisa menjadi hambatan di lapangan, membuat si pemain dinilai kurang memiliki daya juang yang lebih.
"Di lapangan itu harus kejar bola ke manapun, mungkin ini sepertinya sepele, tapi kan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa 'ya sudah lah". Nggak bisa kayak gitu kan, makanyamindset-nya harus diubah, sikapnya diubah," ujar peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Perbaikan di tunggal putri, dituturkan Susy masih akan memakan waktu yang tak sebentar. Dari target seratus persen, kini progress tunggal putri masih ada di tingkat 20-30 persen.
"Ya, masih 20-30 persen, bahkan belum setengahnya. Salah satunya memang kurangnya materi pemain putri, kan bisa dilihat sendiri. Tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, lalu sakit, bagus lagi, sakit lagi," ujar Susy.
"Sambil kita cari, kalau yang atas nggak bisa, ya cari di yang bawahnya. Tapi kan nggak bisa instan, butuh proses. Kami berusaha kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung, bukan yang 'ya sudah lah'. Menang kalah nggak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, ngelawan," pungkas Susy.
Diakui Susy menemukan pemain yang memiliki potensi dan kemauan memang tidaklah mudah. Ada pemain yang memiliki potensi, tapi tidak memiliki kemauan dan sebaliknya. Ia pun mengatakan sudah banyak memberikan masukan, nasihat dan bimbingan ke atlet, namun kembali lagi, si atlet lah yang akan menentukan nasibnya sendiri dan menjadi ujung tombak dalam menentukan prestasinya.
(aww)