Dipermalukan Juru Kunci, Tuchel Cemaskan Laga PSG di Liga Champions
A
A
A
PARIS - Thomas Tuchel merasa cemas jelang lanjutan penyisihan Grup A Liga Champions kontra Club Brugge. Penyebabnya adalah kekalahan memalukan Paris Saint Germain (PSG) dari Dijon di kompetisi domestik.
PSG diharapkan bisa meraih tujuh kemenangan beruntun disemua kompetisi saat menyambangi Dijon di Stade Gaston-Gerard, Sabtu (2/11). Tapi, yang terjadi sebaliknya. Meski sempat unggul dulu lewat Kylian Mbappe di menit ke-19, tim tamu takluk 1-2 akibat gol Mounir Chouiar (45) dan Jhonder Cadiz (47).
Walau tetap menguasai klasemen sementara Ligue 1, kekalahan itu membuat Mauro Icardi dkk gagal menjauh dari Nantes yang berada di posisi kedua. Tapi, dampak terburuk adalah rasa malu karena dikalahkan tim juru kunci.
“Ini sepak bola. Apapun bisa terjadi, bukan?. Ini bukan pertama kali tim yang berada di dasar klasemen bisa mengalahkan tim yang memuncaki klasemen. Ini dipastikan bukan yang terakhir kalinya,” ujar Tuchel, dilansir skysport.
Petaka ini tentunya menjadi indikasi buruk sebelum mengalihkan perhatian ke kompetisi Eropa. Padahal, PSG semula berharap bisa mendapat modal positif sebelum menjamu Club Brugge di Parc des Princes, Kamis (7/11).
Les Parisiens perlu mengalahkan Brugge agar bisa segera mengamankan tempat di babak gugur dan sekaligus menjaga rekor sempurna di Grup B. Saat ini mereka menempati posisi pertama dengan sembilan poin dari tiga laga.
“Kami kebobolan dua gol dan mendapat terlalu sedikit peluang. Ini tidak normal. Kami bermain sangat, sangat, sangat buruk pada babak pertama. Kami tidak bisa mengontrol pertandingan. Kami juga lemah dalam akurasi,” sambung PSG.
Kelemahan lain yang diungkapkan Tuchel adalah kecepatan dan kekuatan mental para pemain. Menurutnya PSG perlu dibiasakan untuk bisa bangkit setelah tertinggal. Nyatanya, saat melawan Dijon, armadanya tidak bisa menyamakan kedudukan meski punya waktu lebih dari 40 menit.
PSG diharapkan bisa meraih tujuh kemenangan beruntun disemua kompetisi saat menyambangi Dijon di Stade Gaston-Gerard, Sabtu (2/11). Tapi, yang terjadi sebaliknya. Meski sempat unggul dulu lewat Kylian Mbappe di menit ke-19, tim tamu takluk 1-2 akibat gol Mounir Chouiar (45) dan Jhonder Cadiz (47).
Walau tetap menguasai klasemen sementara Ligue 1, kekalahan itu membuat Mauro Icardi dkk gagal menjauh dari Nantes yang berada di posisi kedua. Tapi, dampak terburuk adalah rasa malu karena dikalahkan tim juru kunci.
“Ini sepak bola. Apapun bisa terjadi, bukan?. Ini bukan pertama kali tim yang berada di dasar klasemen bisa mengalahkan tim yang memuncaki klasemen. Ini dipastikan bukan yang terakhir kalinya,” ujar Tuchel, dilansir skysport.
Petaka ini tentunya menjadi indikasi buruk sebelum mengalihkan perhatian ke kompetisi Eropa. Padahal, PSG semula berharap bisa mendapat modal positif sebelum menjamu Club Brugge di Parc des Princes, Kamis (7/11).
Les Parisiens perlu mengalahkan Brugge agar bisa segera mengamankan tempat di babak gugur dan sekaligus menjaga rekor sempurna di Grup B. Saat ini mereka menempati posisi pertama dengan sembilan poin dari tiga laga.
“Kami kebobolan dua gol dan mendapat terlalu sedikit peluang. Ini tidak normal. Kami bermain sangat, sangat, sangat buruk pada babak pertama. Kami tidak bisa mengontrol pertandingan. Kami juga lemah dalam akurasi,” sambung PSG.
Kelemahan lain yang diungkapkan Tuchel adalah kecepatan dan kekuatan mental para pemain. Menurutnya PSG perlu dibiasakan untuk bisa bangkit setelah tertinggal. Nyatanya, saat melawan Dijon, armadanya tidak bisa menyamakan kedudukan meski punya waktu lebih dari 40 menit.
(mir)